06

8 2 0
                                    

[⚠AKAN ADA PEMAIN YANG SUDAHKU JELASKAN DI CERITA PENYESALAN DI LAPAK SEBELAH JADI KALAU MAU SEMUANYA NYAMBUNG, AKAN LEBIH BAIK MEMBACA PENYESALAN TERLEBIH DAHULU.⚠]

Hari yang indah telah hadir, banyak awan dengan girang menari-menari menyegarkan sanubari. Dan dengan balutan baju tipis yang di lapisi dengan jaket denim kesukaannya, Reno hanya bisa melihat bagaimana ruangan yang merawat Calva di penuhi anggota The Cezanne sebanyak lima sampai sepuluh orang. Reno tidak mungkin nekat kesana karna dia tau semua anggota The Cezanne perlahan tapi pasti masih membencinya. Jadi dari pada dia menimbulkan kerusakkan suasana dia memilih pergi dengan otak yang terus berputar keras supaya bisa mengatakan  kata-kata yang sempurna untuk dia utarakan pada Jaidan yang tempramental.

Sedangkan di dalam ruangan Calva dan Jaidan sama sama membiarkan semuanya dalam lingkup ruangan itu di lelap sepi tanpa ramai. Jaidan yang sibuk dengan handphone  miliknya, dan Calva yang sibuk dengan pikiran kosongnya. "Bang Reno apa nggak punya pikiran buat jenguk gue yaa?" Ujar Calva di sela atensinya yang tertuju dengan penuh kearah lukisan abstrak di samping sudut paling pojok.

Jaidan menghela nafas lelah. "Kapan sihh lo berhenti berharap sama orang kaya Reno?" Jaidan mengontrol emosinya yang seakan bisa meluap kapanpun saat mendengar nama Reno di sebut.

"Kenapa sihh semua harus benci sama dia? Gue yakin bang Reno ketekan sama ancaman Yordan. lo nggak inget kalau Yordan suka ngancem?"

"Cal. Cukup yaa, Gue nggak mau berantem sama lo cuma gara-gara dia."

Sebuah notifikasi dari handphone yang masih di genggam oleh Jaidan berbunyi, membuat Calva menghela nafas dengan mata yang mulai kembali tertuju pada lukisan abstrak di samping sudut paling pojok.

0882xxxxxxxx

|gue tnggu d tmn rumah sakit
|#RenNoccio

Jaidan yang tidak mengingat apapun, langsung menyerahkan handphonenya pada Calva dan dengan begitu saja Calva bergerak dengan girang. Laki-laki itu mengibak selimut yang menutupi dua kaki jenjangnya. "Lo mau kemana?" Jaidan panik sendiri saat Calva mencoba turun dari brangkar.

"Lo tau bang Reno jengukin gue. Ayo anter gue ke taman."

"Lo nggak bisa banyak gerak. Lo harus banyak istirahat." Jaidan mencegahnya.

"Gue mau ketemu bang Reno."

Jaidan hanya bisa menghela nafas lelah, akhirnya setelah sebelumnya berperang dengan pikiran, Jaidan membawa Calva keluar dari ruangan rawat laki-laki kaya itu. Sesuai dugaan semua anak The Cezanne langsung mengarahkan atensi mereka kearah Jaidan dan Calva.

"Mau kemana Jai,, Cal?" Tanya Putra.

"Gue mau nyari angin, suntuk di dalem terus." Jawab Calva dengan tipu daya.

"Mau kita temenin?" Tanya Xavier.

"Enggak usah." Kali ini Jaidan yang menjawab. Setelah semuanya mengangguk, Jaidan dan Calva memilih pergi dari sana.

Butuh waktu sekitar lima sampai lima belas menit untuk mereka bisa melihat punggung yang sama seperti dulu. Punggung milik seseorang yang mereka rindukan, sosok yang dulu ini di jadikan contoh. punggung yang awalnya kuat sekarang terlihat sangat rapuh dan kentara sangat membutuhkan dukungan.

"Bang." Panggil Calva membuat Reno menoleh dengan senyum tipis saat kedua mata mereka bertemu pandang. Reno memilih mendekat. "Bang gue mohon balik lagi yaa." Calva meraih telapak tangan Reno yang bebas di samping tubuhnya.

"Lo gila yaa?!" Jaidan yang menyerukan itu semua.

Reno masih mengembangkan senyum tipisnya. "Gue nggak bisa Cal." Reno berujar lirih. "Tapi gue bakal bantu kalian buat ngalahin Yordan."

{2} Pelangi diujung Senja | Huang Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang