Hanan

9.6K 718 5
                                    

Ia mengamati seseorang yang terbaring lemas di keranjang pesakitan. Hanan bocah itu belum membuka matanya tiga hari yang lalu.mungkin mimpi nya terlalu indah untuk bangun...

"Bangun.di rumah ga ada yang masak." Laki laki itu memulai percakapan setelah sekian jam ruangan itu sunyi

"Gue benci liat lo lemah. Tapi gue juga benci liat lo bahagia." Vano mendekat kan wajah nya pada wajah Hanan. Ya laki laki yang membawa tubuh penuh luka Hanan ke rumah sakit ialah Vano.

Masih teringat di otak nya saat ia menuju gudang untuk mengambil bola basket namun alangkah terkejutnya ia saat menemukan Hanan yang ta sadarkan diri dengan darah yang sudah kering di kedua lubang hidungnya. Ia sudah menduga sang Ayah lah yang melakukan ini. Setelah kejadian di malah hari itu juhan segera berangkat menuju ke luar kota karena perusahaan nya ada sedikit masalah..

"Ga capek tidur terus? Ga ada yang masakin gue semur telur lagi. Ayah ke luar kota nan. Kalo lo bangun gue jajanin coklat.lo belum pernah coba pop ice coklat kan?" Vano terkikik geli ia ingat saat vino pulang sekolah sembari meminum pop ice coklat Hanan melihat nya sembari meneguk ludah beberapa kali. Setelah es itu tinggal setengah vino menaruhnya di wastafel dapur kemudian dengan takut takut Hanan meminumnya seketika matanya melebar senang saat rasa manis itu menyapa lidah nya. Enak! Katanya dengan lompat kecil

Sendari dulu Hanan belum pernah mencoba jajanan seperti itu. Bunda selalu memberikan Hanan bekal saat sekolah dulu.jadilah ia tidak jajan..

Jujur Vano sudah memaafkan Hanan. Lagi pula Hanan saat itu masih kecil ia tidak tahu apa apa. Di usap nya dahi sang adik lebam itu sudah pudar hanya tingal samar samarnya saja. Vano ingin bilang bahwa ia sangat menyayangi Hanan namun rasa egois nya mengalah kan semuanya

"Cepet bangun.kasian vino pingin tumis kangkung lo. Gue pulang dulu" setelah mengusap lembut dahi Hanan vano segera beranjak dari sana. tanpa ia sadari sudut mata Hanan mengeluarkan air mata ia menangis mungkin ia mendengar ocehan sang Abang yang menyuruhnya untuk bangun.

"A..abang"

Sekarang sudah pukul delapan malam
Vano melangkah dengan santai masuk ke dalam rumah ia melihat Vino yang sedang bermain hp di ruang tengah. Seketika ide jail muncul di otak nya,pelan pelan ia melangkah mendekati Vino kemudian...

"HA! VIN KEBAKARAN!" Teriak Vano. Seketika Vino menjatuhkan hp sembari berdiri panik

"HA?! API! TOLONG KEBAKARAN TOLONG! VAN CEPET TELPON PEMADAM VAN! BANG MAHEN TOLONG!" Vino berlari melilingi i ruangan itu sementara Vano Ter tawa terbahak-bahak adik nya yang satu ini sungguh manis..

"Ahahahaha stop Vin ga ada yang ke bakaran" Ucap Vano sembari mengusap air matanya ia duduk di sofa kemudian mulai menyalakan tv

"Sialan lo. O iya darimana Van?" Tanya Vino penasaran. Ia juga heran kenapa Hanan tidak ada? Saat ia bertanya pada sang ayah ia bilang bahwa Hanan berada di rumah nenek nya. Membatu mereka. Vino cukup terkejut saat mendengar itu karena yang lebih ke jam ke timbang ayah nya ialah sang nenek ibu dari bundanya.

"Emm biasalah main sama Reza. Yaudah lo udah makan belum? Kalo belum bikin mie sana gue juga nitip" setelah itu secepat kilat Vano lari dari lemparan bantal Vino.

"Cih nyuruh elit,di suruh balik sulit. Ngomong ngomong tu bocah sialan gimana ya? apa ia baik baik aja?" Gumang Vino pelan.

Lantas ia segera menuju ke dapur untuk membuat kan sang kembaran mie rebus.

Sementara si kembar sedang beristirahat berbeda lagi dengan si sulung siapa lagi kalo bukan Mahen.

Mahen saat ini ia masih sibuk dengan tugas serta jadwal osis nya. Ternyata menjadi ketua osis tidak lah mudah. Badannya ia rentang kan agar ototnya tidak kaku kemudian ia senderkan punggung nya pada kursi

"Rindu bunda. Kalo capek gini bunda suka bikin cemilan kecil bundar bundar itu " Mahen mengelus lembut foto sang bunda. Ia teramat rindu masih teringat dalam benaknya bagaimana cara sang ibu yang mendidiknya agar menjadi Abang yang baik untuk ke tiga adik nya. Namun sayang ia melanggar janjinya kepada sang bunda. Nyatanya yang menyakiti si bungsu ia sendiri

"Bunda maafin Abang ya Bun. Abang gagal bunda, rasanya liat dia bahagia bikin Abang sakit Bun. Apalagi liat dia senyum, senyumnya sama kaya bunda. Mahen benci sama Hanan." Se tetes air  mata jatuh mengenai foto bunda. Ia melanggar semua janjinya yang seharusnya melindungi adik adik nya terutama si bungsu ia malah melukai nya.

"Sekali lagi Bun. Mahen benci liat Hanan bahagia"






Hallo! Hi semua terimakasih sudah mengikuti Hanan! Yuk vote and komen biar author nya semakin semangat! Buat yang baru dateng terimakasih sudah mau vote serta kome!
Komen mu adalah semangat ku
Ce ilah! Bay bay semua!

𝐈𝐧𝐢 𝐇𝐚𝐧𝐚𝐧 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang