Hanan

9.8K 699 16
                                    

Pagi hari seperti biasa Hanan bangun pagi sekali matahari belum menampakkan dirinya.sekarang sudah pukul lima pagi....

Gemericik air di dapur menandakan Hanan yang sedang mencuci piring ia juga sedang memasak sup rumput laut serta tumis capcay. Sup nya sudah matang tinggal tumis capcay nya saja. Dulu Hanan tidak bisa memasak bisa di bilang Hanan dulu ialah anak manja.apa apa harus di turuti dan di beritahu namun sekarang Hanan ta boleh seperti itu ayah'nanti akan marah atau bahkan menghukum nya ...

"Sudah selesai. Ayah belum bangun juga?" Melihat jam yang menunjukkan pukul tujuh kurang ia pun memutuskan untuk membangun kan Ayah nya terlebih dahulu

Tok

Tok

Tok

"A-ayah makanan nya sudah si-siap" Ia masih berdiri di depan pintu itu menunggu balasan dari si pemilik kamar

"Ya" lega ketika sudah mendengar suara ayah. Kemudian ia berjalan menuju kamar Abang tertua nya.. di lihat nya kamar itu terbuka sedikit lantas Hanan mengintip dari celah pintu. Yang ia lihat adalah Abang menangis?

Mahen mengelus lembut figuran sang bunda yang tengah tersenyum memeluk dirinya. "Bunda aku sekarang sudah besar. Seperti kata bunda aku rajin belajar Sekarang. Si kembar juga suka bermain basket sama seperti ayah'...lalu anak itu...ia suka memasak seperti bunda.masakan nya ta buruk.enak" mengambil nafas lagi satu tetes air mata Mahen turun membasahi figuran sang bunda "aku setiap melihat dirinya kenapa persis seperti bunda? Saat ia masak di pagi hari ku kira itu bunda." Ia elus kembali foto itu lalu ia cium dalam..

"Abang.. maafin Hanan. gara gara Hanan bunda ga ada. Hanan emang anak pembawa sial." Setelah itu ia pergi menjauh saat sang pemilik kamar keluar...

Sarapan pagi hari ini di lakukan dengan tenang. Ayah yang makan sembari melihat jadwal si kembar dengan tablet nya serta Mahen dengan jadwal osis nya.

"Bang mau nambah capcay nya ga?" Tanya Vino kepada Mahen yang di balas gelengan. Vino segera membawa piring yang berisi setengah capcay itu keluar rumah untuk di buang di tong sampah depan. Jangan tanya untuk apa? Agar adik nya Hanan ta bisa makan. Adik? Apakah masih ia anggap?

"Sudah semua?" Tanya ayah Vino mengangguk kemudian mereka ber empat berangkat bersama.

Hanan mulai menampakkan dirinya ia sendari tadi menahan lapar di tambah perut nya yang sakit.mungkin karna roti semalam? ia kemudian berjalan ke arah meja makan. Harapannya hancur ketika melihat semua masakannya habis... kalau begini bagaimana dia makan? tapi ia tepis rasa laparnya kalau habis semua berarti masakannya enak!

"Wah Habis'?! Berarti Abang sama Ayah makan banyak dong! hehehehe" ia kemudian membersihkan kotoran di meja kemudian mengambil roti di lemari nya ia makan di lantai dapur dengan air keran yang ada di bekas air mineral tadi malam.

Walau Hanan yang menyiapkan semua tapi ia ta berani mengambil nya.kecuali ada sisa pernah ia mengambil air putih dari kulkas dan berakhir ketauan sang Vino. Lalu ia berakhir di gudang dengan di cambuk serta di caci maki.bukan hanya sakit fisik namun hatinya juga.

"Huek..aduh kayanya rotinya udah ga enak banget" Hanan meminum rakus air tadi jujur perutnya sudah sangat sakit.  "Jangan sakit perut.harus kuat" katanya lirih ia elus perutnya berharap sakitnya hilang..

Sekarang sudah pukul empat sore Hanan sudah menyelesaikan pekerjaan nya dari tadi sembari menahan sakit di perut nya. ia sudah memasak semua sudah siap. Glek ia minum air keran lagi untuk mengganjal perutnya.setelah itu ia masuk ke kamar tubuhnya sangat lemas karna ia muntah banyak tadi.hanya cairan bening...

"Ugh..sa sakit. hiks sakit!" Hanan meremas perut bawahnya sakit sekali rasanya perutnya seperti di lilit,ngilu yang amat menyakitkan.

Huek Hanan muntah di kasurnya lagi.ia ta ada tenaga untuk pergi ke kamar mandi lama lama tubuhnya lemas tenaganya terkuras habis...

Tes

Sesuatu yang hangat mengalir di hidung nya. Tangannya perlahan menyentuh sesuatu itu seketika ia membeku.darah  kenapa banyak sekali yang keluar? "Ugh.. be-berhenti keluar. Hanan lelah." Seketika tubuhnya terbaring lemah dengan darah yang terus keluar dari hidung nya.

Juhan serta tiga putra sudah berada di tempat makan. mereka mulai satu persatu mengambil makanan...

"Cuih! Asin!"teriakan Mahen mengundang kebingungan yang lain. Ini makanan seperti biasanya. Juhan mulai mencicipi di ikut yang lain.seketika matanya melebar sempurna benar kata Mahen asin sekali. Vano mulai mencoba menu yang lainnya ternyata sama asin serta hambar..

"Anak itu! cari masalah ternyata!" Bangun dari duduknya juhan melangkah menuju kamar kecil pojok dapur menggedor pintu itu dengan ke setanan..

Brak

Brak

Brak

"HANAN! Buka! Hei anak sialan saya bilang buka!" Ta ada jawaban membuat Juhan menyerit kemana anak itu? lantas ia buka pindu itu krett ta di kunci.lantas ia masuk yang i lihat Hanan yang sedang tidur menungguinya..

"CIH! ga tau di untung! Heh bangun kamu! Anak kurang ajar! Mau macem macem kamu?!"  Juhan menendang kecil Hanan menggunakan kakinya namun sama sekali ta ada pergerakan.

"Nan Hanan! Punya kuping gak sih?!" Kesal juhan membalikan tubuh Hanan menghadap dirinya dengan kasar. Tubuh nya menegang ketika melihat darah itu masih mengalir bahkan sudah mengotori bantal lusuh itu..

"Ja-jangan bercanda! Hanan!" Ia guncang tubuh itu sama seperti sebelumnya ta ada pergerakan. Tanpa menunggu lama ia segera menggendong Hanan keluar..

Suara gaduh dari kamar membuat ketiga saudara itu mengalihkan perhatian mereka. seketika mata mereka melotot sempurna saat sang ayah menggendong Hanan dengan kondisi ta baik baik saja mimisan yang terus keluar,bibir pucat Pasih serta tubuhnya yang kurus..

"MOBIL! CEPAT SIAPKAN MOBIL!" Vano segera mengambil kunci mobil dan menyiapkan di luar Mahen mengunci pintu serta Vino yang mengambil selimut.. Juhan masih menggendong Hanan sesekali ia lihat wajah pucat itu memastikan bahwa sang anak masih bernafas melalui mulutnya.

"AYAH AYOK!" Juhan mengangguk kemudian segera masuk bersama Vino di belakang..

"Nyusahin bisanya"

Dokter segera melakukan pertolongan pertama pada Hanan. Sementara Juhan serta anaknya menunggu di luar..

"Yah kok bisa?" Tanya Mahen mengawali percakapan

"Ayah ga tau.sampe kamar dia ayah kira dia tidur.pas ayah balikin badannya darah udah merembes ke bantal.banyak" jawab Juhan seadanya.Vano serta Vino diam menyimak bukan karna ta mau ikut campur.hanya saja mereka malas membalas si pembawa sial..

"Anak sial bisanya cuma nyusahin." Vino berdecih sembari bermain gem di tablet nya..

Juhan menutup matanya sebentar ia lelah..

Sementara di ruangan UGD Hanan tengah berjuang antara hidup dan mati.tanpa di sadari oleh dokter setetes air mata jatuh di ujung matanya..

Tiga jam berlalu dokter yang di tunggu akhirnya keluar... "Wali pasien?" Tanya dokter Juhan berdiri "saya pak" "mari ikuti saya.kita bicara tentang Hanan " mau ta mau Juhan mengikuti langkah dokter untuk ke ruangannya....

"Silahkan duduk pak"Juhan duduk ketika dokter yang ber teg nama Bagas menyuruhnya.
"Bisa di jelaskan anak saya kenapa?" Tanya Hanan to the poin

Dokter Bagas mengeluarkan tiga amplop sekaligus. Amplop apa isinya?...,




Hiii penasaran ga? Ehehehe ini udah termasuk panjang ga sih? Jangan lupa vote sama comen ya! See you!

𝐈𝐧𝐢 𝐇𝐚𝐧𝐚𝐧 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang