Hanan

10K 679 33
                                    

"BIADAB! KAU JUHAN!" Bagas cengkram kuat kerah baju Juhan,air matanya siap menetes ia baru saja keluar dari ruangan terkutuk untuk menyelamatkan di mungil yang ta berdaya..

"apa..apa YANG KAU LAKUKAN HA?! APA JUHAN APA? APA SALAH HANAN HA?!hiks..apa Juhan.."cengkraman nya melemah ia menangis sesenggukan.masih ingat di benaknya saat Juhan membawa tubuh si mungil yang telah dingin.. masih teringat jelas detak jantung yang hampir hilang tadi.

Tiga jam lebih ia lakukan CPR di atas tubuh si mungil agar detak nya kembali..

"Bagas hiks anak ku ta apa kan?,Hanan baik baik saja kan ?" mendengar pertanyaan Juhan, Bagas menatap sengit. Ia terkekeh dengan air mata yang menetes..

"dirimu  bertanya seperti itu seolah ta melakukan apapun ha? ayah macam apa kau?" Tatapan beralih kepada tiga pemuda yang menunduk di belakang Juhan..

"Kalian.mana janji kalian hm? Janji yang akan menjaga adik kalian.janji yang akan selalu ada untuk nya. namun apa? saat melihat tubuh mungil itu terluka kalian hanya diam saja begitu?jika sudah ta peduli pada Hanan.berika ia padaku."setelah mengatakan itu ia pergi dari sana.meninggal kan mereka yang menangis penuh penyesalan.

Bagas bersandar di dinding tangga darurat ia menangis mengingat tubuh mungil yang penuh luka.bagaimana si mungil ta bernafas juga detak jantungnya yang melemah..suara monitor ECG yang nyaring masih terngiang di otaknya.. untuk saat ini entah si mungil menyerah atau bertahan.harapan untuk hidup hanya tinggal sedikit..

________

Juhan bersandar di pintu ruang ICU.ia menyentuh kaca pembatas mengelus pelan seolah-olah mengelus kening putra nya ...

"anak ayah.sekali ini saja ayah mohon, bertahan ya?ayah janji ta akan menyakiti dirimu lagi sayang.."Juhan menangis mengingat perbuatannya. Bagas belum memberi tahunya tentang kondisi putranya.tapi yang ia tahu anaknya ya baik baik saja, terbukti dengan beberapa dokter yang masuk bolak balik ruangan ICU..

Mereka belum boleh masuk ke sana.tubuh itu di tempeli beberapa alat yang ia tak tahu gunanya..

Mahen berdiri di depan cermin toilet.ia melihat bayangannya sendiri yang nampak ta baik baik saja. sedetik kemudian ia menangis kencang.memukuli dirinya sendiri,ia telah melanggar janjinya sendiri..

"Bodoh! bodoh lo Hen! lo Abang terbodoh hiks! adik lo! hiks adik lo masuk ke ruangan terkutuk itu!hiks hiks gara gara lo! bodoh! ga bisa pegang omongan sendiri hiks! Abang ga guna! Akhhhh!"

Plak

Ia menampar wajah nya sendiri.tubuh nya merosot lemah..masih teringat kata kata Bagas tadi.ia ta akan memberikan adiknya pada siapapun.adiknya harus bersama dengannya..

"Hanan...hiks anan.maafin Abang hiks.." ia menangis sembari memukuli dadanya yang sesak..

Lain halnya dengan si kembar.. mereka di atas gedung rumah sakit.menikmati angin semilir yang menerpa wajah tampan mereka..

Setelah puas menangis tadi mereka saling berpelukan menguatkan satu sama lain. Vino merogoh saku nya mengeluarkan foto seorang wanita cantik dengan bayi mungil lucu di gendongan nya. Iya itu Bunda Tania dan Hanan,orang yang paling mereka sayangi..

"bunda marah no.bunda pasti kecewa sama kita.." Vano melihat ke arah Vino yang bersandar di pundaknya.ia melihat bagaimana kembaran nya meneteskan air mata lagi tangannya juga mengelus lembut foto lusuh itu.

Foto yang slalu ia bawa ke mana saja.foto yang slalu ia rindukan kenangannya.. masih teringat di benak mereka berdua saat bahagia nya mereka mendengar suara tangis bayi mungil itu..

Masih teringat juga bagaimana bunda selalu menitipkan si mungil ke pada mereka lalu berjanji akan membelikan coklat jika si mungil anteng.

Masih teringat juga bagaimana Mahen dengan senangnya mengajari si mungil berjalan dengan pelan..

Semua masih teringat jelas di benaknya.mereka menunggu si malaikat kecil terlahir di dunia.mereka mengajari segalanya hal pada si mungil, menjaganya tetap aman dan berjanji akan menjadi Abang yang baik apapun yang terjadi..

Namun itu semua bohong.adiknya masih kecil namun di paksa bangun oleh ke adaan sendiri.adik yang seharusnya mereka jaga malah mereka siksa. Jujur Vino dan Mahen, Vano menyesali itu semua. Mereka melupakan janjinya pada sang bunda..

"Iya. Vano langgar janji sama bunda Vin." Vino mengangguk

"bukan cuma Vano yang langgar. Vino,bang Mahen sama ayah juga.. bunda jangan bawa Hanan pulang.. Vino masih pingin bahagia sama Hanan." Vano memeluk adik kembarnya erat. berbisik ta apa semua akan baik baik saja. namun entah kapan.. ia dengar dari beberapa dokter yang masuk bahwa penyakit itu telah menyebar.. ia takut.takut jika semesta nya di ambil lagi...

"semua bakalan baik baik aja Vin hiks.. Vino j-janji" katanya lirih.namun ia sendiri ta yakin,ia takut langgar janji lagi..

----------

Bagas berada di ruangan ICU dengan pakaian khusus.mengelus kulit putih pucat itu dengan lembut.. tubuh mungil itu banyak tertempel berbagai macam kabel untuk membantu nya bertahan...

Hanya suara monitor ECG yang menemani Bagas. Hanan mengingat kan nya pada adiknya dulu..persis seperti Hanan..

Ia juga sama seperti Mahen dan Vano Vino. membenci seseorang tanpa tau bukti yang nyata.. termakan omongan busuk yang membuat adiknya menderita..

hingga saat ia sadar.semua telah usai.adiknya meninggal di hari ulang tahunnya,di hari ia mengetahui segala kebenaran. Ia menemukan adiknya meninggal di kamar dengan posisi memeluk foto keluarga mereka..

Adiknya yang malang.sudah terbujur kaku dengan senyum indah di bibir pucat nya. menanggung semua kebencian keluarga besarnya karena di tuduh membunuh orang tuanya..

Masih teringat saat Bagas ta sengaja mendengar obrolan bibi dan juga pamannya yang mengatai dirinya bodoh.karna dengan gampang nya percaya pada mereka,semua harta yang seharusnya untuk dirinya dan sang adik di pindah alihkan untuk bibi dan juga pamannya..

Setelah mengetahui itu Bagas marah.dengan air mata yang menetes ia menghampiri mereka. menghajar sang paman hingga ta berdaya lalu berlari menuruni tangga untuk menuju ruangan pojok di dapur tempat adiknya menghabiskan waktunya..

Ceklek..

"Ya-yasya?" Ia melihat adiknya yang tertidur meringkuk sembari memeluk foto mereka dengan orang tuanya.. hatinya menghangat melihat itu..

Ia hampiri sang adik.duduk dengan pelan di kasur tipis yang sudah tak layak.. ia mengelus rambut yang sedikit kusut itu,namun beberapa helai tertinggal di jari jemarinya.

Kulit adiknya juga dingin.dengan panik Bagas membangun kan sang adik berharap ia terbangun.namun yang ia dapat hanyalah tubuh kaku dengan senyum sendu..

"dek? ayo bangun.kakak mau minta maaf.. Sya.. Yasya! ja-jangan bercanda hiks! Yasya bangun!" Ia rengkuh sang adik erat.menangis menyesali semuanya.. ia juga melihat bahwa hidung sang adik terdapat noda darah yang telah mengering..

"YASYA! HIKS JANGAN TINGGALIN KAKAK!" raungannya seakan membuat siapapun yang mendengarnya ikut merasakan penyesalan Bagas. Langit pun begitu,ia juga menumpahkan kesedihan..

Para keluarga datang saat mendengar tangisan Bagas. mereka  terdiam saat melihat betapa hancurnya Bagas..

"kalian membunuh adik ku hiks.kalian membuat ku menjadi monster hiks.. adik ku mati karna ulah kalian hiks.. YASYA! " dirinya belum sempat meminta maaf pada sang adik. Menyesali kebodohannya mengapa lebih percaya mereka ketimbang adiknya sendiri? Yasya berulang kali mengatakan bahwa ia bukan pembunuh..

"Dokter takut nan...mereka menyesal.bertahan sekali lagi ya?.. setelah itu jika sudah selesai makan kamu akan sembuh..." Air mata Bagas menetes mengenai pipi tirus si mungil. Ia mencium kening Hanan lama.. dirinya berharap agar mereka tak menyesal seperti dirinya..







Hallow kak! kiw kiw ni Hanan pulang nih... Jangan lupa vote yah! emm maap ya jika rada ga nyambung
Wul beberapa hari yang lalu di malahin bunda! Soalnya nilai mtk jelek ueeeeಥ_ಥ tapi gpp kita berusaha lage!

Yang sama jangan berkecil hati ya! Kita belajar lebih giat lagi!

Oteyy bay bay Kaka, bunda, ayahnya Hanan! Siuuuuuu

Lope sekebon 💚💚💚💚 kiw

𝐈𝐧𝐢 𝐇𝐚𝐧𝐚𝐧 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang