Part II

225 11 1
                                    

"Nama kamu siapa, Dek?" tanya Keyra di sela-sela menyuapi bocah itu.

"Ano, Bunda." jawabnya.

"Ano?" beo Keyra merasa lucu dengan nama tersebut.

Karena makannya sudah selesai, Keyra meletakkan peralatan makan diatas meja samping tempat tidur.

"Kenapa Ano panggil Kak Keyra dengan sebutan Bunda?" tanya Keyra melanjutkan.

Ano menatap Keyra dengan intens. Setelah itu, Ano buru-buru berdiri di atas kasur dan memeluk Keyra erat-erat.

"Bunda Ano ...."

"Ano, Kak Keyra bukan--"

"Ano mau bobok. Ngantuk," sela Ano cepat, wajahnya tampak mengantuk dan mulutnya terbuka saat menguap.

"Kalau gitu, Ano bobok cepat-cepat." ujar Keyra melepaskan lengan yang melilit lehernya.

Dengan lembut dan hati-hati, Keyra membaringkan Ano. Keyra juga menyediakan selimut untuk menutupi tubuh Ano.

"Bentar, terus gue tidur dimana? Masa tidur sama Ano sih. Gapapa deh, cuma satu malam. Gue bisa tidur di lantai misalnya. Nggak, lebih baik gue tidur di ruang tamu. Untung aja di situ ada sofa." batin Keyra.

Keyra hendak turun dari kasur. Tapi, sepasang tangan menghentikannya.

"Bunda mau kemana?" tanya Ano menatap Keyra dengan mata terbuka lebar-lebar.

"Em ... itu ... Ano tutup mata, lalu bobok. Kak Keyra nggak mau kemana-mana kok. Kakak juga mau tidur ini." jawab Keyra.

"Bunda bobok sama Ano 'kan? Bunda nggak akan ninggalin Ano 'kan? Bunda, peluk!" Ano merasa panik dan secepat kilat bangun untuk memeluk Keyra seperti baby koala di gendongan induknya.

"Ano, Kak Keyra bukan bunda Ano," bisik Keyra berharap agar bocah itu akan mengerti.

"Bunda, hiks."

Yah, nangis lagi.

"Ano jangan nangis, cup cup cup." bujuk Keyra mengusap rambut Ano, berharap bisa menenangkan bocah laki-laki itu.

"Bunda, hiks. Nggak mau bobok bareng Ano, hiks!" tangis Ano semakin menjadi-jadi.

Keyra merasa dibuat kelebihan secara lahir maupun batin. Yang sabar, Bun.

"Iyayaya, Bunda bobok sama Ano. Tapi, Ano harus berhenti nangis, oke?" bujuk Keyra.

Bagaikan mantra sihir ajaib, Ano langsung berhenti menangis. Setelah berbaring lagi di kasur, Ano menepuk posisi di sebelahnya.

"Bunda, tidur sini." pinta Ano.

"Ternyata ribet juga kalau punya anak. Apalagi kalau anaknya se--manja Ano. Kalau gue udah nikah nanti, terus punya anak, anak gue bakal se--manja Ano nggak yah?"  batin Keyra mulai melamun.

"Bunda." panggil Ano membuyarkan lamunan Keyra.

Keyra menggelengkan kepalanya mengusir lamunan bodohnya. Kemudian, Keyra berbaring di sebelah Ano dengan perasaan tidak karuan. Bagaimana kalau saat dia sedang tidur, Keyra menggeliat dan menendang Ano secara tidak sadar dari kasur?

"Bunda nyanyiin lagu buat Ano." ucap Ano membuat Keyra membelalakkan matanya.

"Nyanyi? Nggak usah deh!" tolak Keyra tidak mau.

"Pokoknya nyanyi, Bunda ayo nyanyi!" tekan Ano ingin dinyanyikan lagu sebelum tidur.

"Suara Kak Keyra nggak ada bagus-bagusnya Ano. Kalau Kak Keyra nyanyi, seluruh alam semesta akan protes karena suara Kak Keyra mirip bambu terbelah. Kacau pokoknya, percaya deh." jelas Keyra membuat Ano tertawa kali ini.

Keyra mengangkat sebelah alisnya saat mendengar suara tawanya Ano.

"Bunda lucu, Ano makin sayang sama Bunda. Hoam ... I want sleeping. Good night, Bunda." kata Ano dengan akhir kalimat bahasa Inggris sebelum menutup mata dan tertidur.

"Bisa bahasa Inggris nih bocah? Berarti pinter dong? Nggak sia-sia gue bawa pulang. Good night too, Ano." gumam Keyra bergeser sedikit untuk menjaga jarak sebelum ikut tertidur.

****

Di tempat lain, seorang pria dengan setelan jas keluar dari lift dan berjalan dengan santai. Namanya Andrea Ramatha, ia memegang sebuah map biru di tangannya.

"Selamat malam, Tuan Andrea." sapa seorang wanita yang memakai kacamata dan memiliki setumpuk dokumen di tangannya.

"Malam, Jessica." balas Andrea secara formal.

"Apakah Tuan Andrea ingin bertemu dengan Tuan Marshel? Tuan, saya sarankan jangan!" seru Jessica serius.

"Kenapa?" tanya Andrea.

"Karena hari ini suasana hati Tuan Marshel sedang buruk. Banyak karyawan dimarahi jika melakukan kesalahan, sekecil apapun kesalahan itu. Bahkan ada yang sampai dipecat! Tidak ada yang berani menemui Tuan Marshel sejak sore tadi. Termasuk saya yang ingin memberikan dokumen penting ini!" jelas Jessica panjang lebar.

Andrea melirik sekilas dokumen-dokumen yang berbeda di tangan Jessica.

"Bukan salah Mars memecat orang yang tidak kompeten. Sudahlah, kau pulang sekarang. Bukannya jam kerja kau hari ini sudah berakhir?"

Jessica menundukkan kepalanya dan mengangguk sekali.

"Tapi, sebagai seorang sekretaris, saya tidak bisa pulang sebelum menyerahkan dokumen-dokumen ini kepada Tuan Marshel!" keluh Jessica.

"Kau bisa menyerahkannya besok." saran Andrea.

"Baiklah kalau begitu saya permisi, Tuan Andrea." pamit Jessica meninggalkan Andrea dengan langkah anggun.

Andrea menatap pintu di depannya. Tertulis 'Ceo Room' di atas pintu tersebut. Tanpa berniat mengetuk, pintu langsung dibuka oleh Andrea.

Setelah memasuki ruangan, Andrea bisa melihat seorang pria dewasa tampan duduk di kursi kebesarannya. Pria bernama Marshel Arsenan itu menatap Andrea dengan mata sipit.

"Dimana Ano?" tanya Mars dingin.

"Anak itu aman," jawab Andrea tidak sesuai dengan pertanyaan.

"Andrea, jangan main-main!" tegas Mars.

"Kenapa Tuan Marshel yang terhormat marah? Padahal Ano sudah menemukan pengganti Erika, Bunda barunya, dan calon istri untuk papahnya." Andrea meletakkan map biru yang dibawanya di depan Mars.

"Apa ini?" tanya Mars tanpa berniat menyentuh apalagi mengambil map itu.

"Setelah membacanya, kau akan tahu sendiri." balas Andrea tersenyum misterius.

Mars berdecak kesal dan dengan enggan membuka map itu dan membacanya. Dari pertama hingga akhir, ekspresi Mars semakin berubah masam.

Tak.

"Buat apa informasi yang tidak penting ini?" sinis Mars melempar map itu ke udara hingga jatuh ke lantai.

"Tuan Mars sangat sombong sekali. saya mendapatkan informasi tentang bundanya Ano yang baru dengan susah payah, tapi map ini malah dijatuhkan ke lantai?" Andrea membungkuk untuk mengambil kembali map itu.

"Andrea, jika kau tidak memiliki pekerjaan, harap jangan menggangguku. Kembalikan Ano besok ke rumah, kalau tidak kau akan dikirimkan ke London. Urus saja perusahaan di sana!" ancam Mars.

Andrea tidak mempan dengan ancamannya itu. Malahan, Andrea tersenyum smirk dan terkekeh.

"Mars, ingat janjimu pada Alamarhumah Erika. Kau harus menikah lagi agar Ano bisa merasakan kasih sayang seorang ibu. Menggantikannya yang tidak bisa bertahan hidup setelah melahirkan Ano." kata Andrea menatap Mars yang juga sedang menatapnya.

"Tapi aku tidak ingin menikah lagi!" kesal Mars merasa sedikit frustasi.

"Kita lihat saja nanti." balas Andrea sengit.


____________11-08-2022____________

Bad Girl Jadi Bunda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang