String of fate

160 19 0
                                    


    VOTEMEN JUSEYO <3

Reality sometime can be so harsh.

War merasa paru-parunya terbakar saat dia berlari keluar dari dalam lift menuju satu restaurant yang telah tunangannya booking untuk pertemuan mereka malam ini.  Rambutnya sudah meledak ke sejuta arah dan setelah jas yang ia pakai sudah tampak compang-camping setelah berkeringat saat dia terus berlari seperti ada kawanan setan mengejarnya.  Tapi itu yang paling dikhawatirkannya saat ini.  Dia sudah terlambat lima menit dan tunangannya bukan tipe orang yang senang menunggu.

Saat dia berpapasan dengan seorang pelayan, mereka segera menunjukan ruangannya. Sementara war mencoba merapihkan dirinya dengan tekad, pikirannya secara aktif menenun seratus alasan yang masuk akal per detik.  Kegelisahannya terus tumbuh saat dia membayangkan dia melihat arlojinya dengan alis yang dirajut.  Bernapas melalui mulutnya, war menambah kecepatannya memaksa pelayan yang berjalan dengan hak sepatu 13 cm nya untuk berjalan sedikit cepat.

Sesampainya di ruangan, war tiba-tiba berhenti dan mencoba mengatur napas sambil mendongak, menepuk pelan dadanya agar ia tampak tenang.  Apa yang gagal dia perhatikan adalah pria yang berdiri di sebelah kirinya di depan pintu yang sama, dengan tangan dimasukkan ke dalam saku sambil melihat ke atas dengan alis berkerut.  Lengan kanannya dipenuhi dengan tato dan matanya mencerminkan kemarahan di dalam dirinya.

Setelah mobilnya dengan naas mogok di pinggir jalanan kota, dia memutuskan mengabaikan keberadaan mobilnya itu dan bergegas mencari taxi yang nyatanya tak ada satu pun yang mau dia tumpangi, tak ada yang berhenti untuknya sementara waktu terus berputar, dia akhirnya berlari keliling kota seperti rambutnya terbakar, dia sekarang terlihat seperti baru saja merangkak keluar dari neraka.  Dia menghela napas dalam-dalam dan bersiap untuk pertengkaran yang tidak diragukan lagi akan terjadi antara dia dan tunangannya mengingat dia terlambat beberapa menit. 

Baik war dan laki-laki itu mulai berjalan bersamaan dengan langkah tergesa-gesa dan saat memasuki ruangan, war berbelok ke kanan mencari table- nya sedangkan lelaki itu berbelok ke kiri.

~

WAR POV

"Lets break up", kata billi sekali lagi.

"Apa?", tanyaku merasa bodoh.  Setelah berlari seperti orang gila dari pinggir jalan ke restoran hotel mewah ini, apakah ini masalah mendesak yang perlu kami diskusikan?

"Lets break up", ulangnya.

A-Apa?

Tidak. Aku tidak akan menangis.  aku tidak.  AKU TIDAK akan mena-..sialan.

“Siapa sih yang memotong bawang di sini?”, kataku bercanda sambil berkedip cepat untuk menghentikan air mataku.  Tapi mataku mulai bocor dan aku tidak bisa menghentikan air mata sialan itu untuk jatuh.  Aku memutar-mutar jariku di pangkuanku sambil memikirkan sesuatu yang tidak akan membuatku terlihat menyedihkan, meskipun air mata terus mengalir di pipiku.

"Maafkan aku, war", katanya tanpa sedikit pun kesedihan dalam suaranya.

"Eng-engga bisakah kita menyelesaikannya dengan benar?", begitulah.  'Status menyedihkan' aku sekarang telah ditetapkan.

"Mungkin kita memang gak ditakdirkan untuk menjadi bersama", jawabnya.

Gak ditakdirkan untuk menjadi bersama? apa? Aku ingin berteriak dan melemparkan setiap piring yang tersedia dalam jangkauanku ke wajahnya.  Aku sudah melakukan segalanya dengan kekuatanku untuk menjadi seseorang yang dia inginkan.  Aku bahkan banyak melakukan hal gila yang sebenarnya tak mungkin aku lakukan agar aku bisa menjadi kekasih ideal untuknya! 

T H R E E  WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang