you again!

120 16 3
                                    

POV WAR

Seorang bijak pernah berkata bahwa keberuntungan datang dalam dua rasa - baik dan buruk.  Coba tebak apa rasa keberuntunganku saat ini.

Tali merah yang tidak mau lepas, makhluk gaib muncul entah dari mana, pria bertato dengan napas panas menyembur dari segala sudut kepalanya... malam yang sangat luar biasa.

Di dunia digital ini, siapa yang mengira kegilaan magis semacam ini masih ada?  Dan ada apa dengan pria tua itu?  Apa sebenarnya yang dia katakan barusan?  Aku bahkan masih bingung, mungkin aku masih diambang dunia mimpi jadi semua kejadian ini terjadi terasa begitu nyata?

Aku melirik pria yang terikat padaku yang disebut pria tua itu 'Yin Anan'.  Dia hanya berdiri diam sambil menatap tali merah, tenggelam dalam pikiran yang mendalam.

“war!”, aku mendengar seseorang berteriak dan saat aku berbalik, aku melihat meta berlari ke arah kami.

"Lo baik-baik aja, kan? Apa yang terjadi? Gue nyari lo kemana - mana! Apa dia ngelakuin sesuatu ke elo?", dia bertanya dan menatap yin dengan curiga.  Aku melirik pria bermata cuek itu sekali lagi, kebingungan mencari jawaban yang paling masuk akal saat ini.

"Umm.. gue baik-baik aja. Anu.. hanya salah paham", kataku lemah.

Meta menatapku dan menghela nafas, "Ayo, gue anter lo balik!".  Dia memegang pergelangan tangan kananku dan hendak menyeretku pergi, tapi yang mengejutkanku, pria bertato yang sedari tadi bisu itu tiba-tiba meraih pergelangan tangan kiriku.

"Dia ikut gue", katanya.

Apa?!

Aku menatapnya dan dia balas menatap, lalu dia melirik tali merah yang mengikat kami.  Kesadaran muncul padaku bahwa aku jelas tidak punya pilihan selain tetap bersamanya untuk saat ini karena kami terikat bersama.

"Eh, iya. Ta, you know lah hehe.. ", kataku memberinya kode seductive palsu.

Ada jeda sesaat sebelum meta akhirnya berbicara lagi, "lo yakin?"

"Hah?"

Meta menatap pria disampingku dari atas sampai bawah, jelas - jelas sahabat gilaku ini sedang menilai pria ini."hmm not bad. Oke lah kalo gitu. Sukses ya."

Dia mengedipkan mata padaku dan berbisik di telingaku dengan nada menggoda, "Update me, ok"

Aku meninju pelan bahunya sebelum dia pamit pergi. Setelah dia pergi aku melirik canggung kepada pria jangkung disampingku ini.

Dia membalas melirik lalu mengernyitkan dahi, "lo punya pisau, gunting atau sesuatu yang tajam gak?"

Aku mendengus, "lo kira gue kriminal bawa - bawa senjata tajam kaya gitu."

Dia menaikan alis sebelah sebelum dia berbalik ke suatu arah dan mulai berjalan sementara aku diam di tempat bengong, namun itu bertahan beberapa detik sebelum tanpa sadar tanganku tertarik. Aku menatap horor tali merah yang kini membentang diantara jarak aku dan pria itu. Pria itu menoleh dan menatapku tajam, "jalan gak, atau gue seret!" Katanya bengis. Ini orang kenapa sih dengan mulutnya?

Kami pun berjalan sampai tiba di bangku depan barista, pria itu meminjam pisau dan gunting ke barista. Aku dengan polosnya hanya menyaksikan saat pria itu tampak frustasi dan hampir menjadi gila saat melihat tali merah ini tidak bisa sama sekali di gunting atau di potong dengan pisau.

"Kita harus pergi. Kita harus cari bapak bapak tadi." Dia berkata dan berjalan tanpa menunggu responku, namun tali merah sialan yang mengikatku ini menarikku dengan sangat kencang saat pria itu berlari. Aku terbanting ke depan, membentur punggung pria itu.

T H R E E  WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang