first attachment

111 13 2
                                    

Usai perkenalan ruang rapat itu pun kini kembali kosong, semua segera bubar dan kembali ke ruang kerja masing - masing. Sementara yin berbagi ruangan dengan war. Keheningan menyelimuti ruangan itu, masih dalam diam yin sibuk dengan berkas  - berkas project yang diserahkan jeni padanya. Mata war mengekor mengikuti pergerakannya.

"Gue gak suka sama partner kerja yang kerjaannya gaji buta. Daripada lo ngeliatin gue terus, mending lo review berkas projek series di meja lo!"

"Cih! Jangan nge sok ya! Dan gak usah belaga kita itu akrab, gue tau apa kerjaan gue!"

Yin akhirnya memilih untuk mengabaikannya dan focus dengan apa yang ada di depan matanya. Namun jujur saja, cukup risih juga kalau terus terusan ditatap dengan tatapan intimidasi olehnya.

"Mending balik gih! Gue bisa kerjain sendiri! Manusia useless tuh cuman nyempit - nyempitin ruangan aja!!"  Pungkas yin ketus masih bergelut dengan beberapa berkas projek ditangannya.

War mendelik dan menggertakan giginya, tangannya mengepal jadi tinju.

Kesal! Kesal! Kesal!
Dia emang bajingan!

Batinnya, setelah melihat kalau yin sama sekali tidak peduli atau bahkan ingat kalau dia telah melakukan pelecehan seksual padanya.

Dia membuka ponsel menerima pesan dari meta.

"War, gimana? Lo baek baek aja kan?"

War mendesah dan segera membalasnya, "iya aman kok. Cuman kalo boleh gue sebenarnya gak mau seruangan ama dia, trauma gue!!"

"Hah? Lo trauma apaan?
"Btw, gimana yin anan? Jeni bilang dia orangnya asik dan enak kalo diajak ngobrol?!"

"Iya gitu aja. Gak gimana gimana!" Dia membalas sembari mendecakan lidahnya dan memutar kedua bola matanya..

asik? Enak kalo diajak ngobrol?

Jeni pasti mengobrol dengan beda orang, bukan dengan pria yang ada di ruangan ini dengannya.

"Eh anyway.. entar lunch lo ajakin yin anan ya, gue disuruh jeni buat bawa dia keliling liat liat..  tapi gue lagi ribet."
"Jadi gue titipin dia ama elo aja ya. Lagian lo partner kerja dia, biar sekalian lebih deket."

War buru-buru membalas namun mendasak jarinya begitu lambat sehingga selalu kalah argumen duluan dengan sahabatnya meta.

"Oh iya.. tolong anter dia sekalian ambil Id cardnya dia ya. Ati ati jangan ampe nyasar ya. Thx u boo."

War mendelik, boo boo pala lu miring! Bentaknya dalam hati, dia mendesah sembari melirik meja yin lalu mengeluh kesal.  Dia akhirnya hanya menaruh ponsel dan bergegas membuka berkasnya di meja.

~~

War menaruh berkas - berkasnya dan menatap jam tangannya. Sudah waktu makan siang.

Dia menggigit ujung bibirnya, demi Tuhan kalau bukan karena metawin sudah menitipkan yin anan padanya dia malas sekali berurusan dengan manusia cyborg seperti yin anan.

"Yin anan.. " panggilnya pelan, namun sepertinya pria yang dipanggil tidak mendengar.

"Yin anan.." sekali lagi dia memanggil, kali ini mendapat perhatian dari pria itu.

"Mm?"

"Udah jam makan siang."

"Terus?" Balas yin tanpa melepaskan tatapan dari berkas yang ia baca.

"Sfdjdkdlpqpmxncbejwiepeofkrk" war meracau tidak jelas, kesal oleh balasan dingin dari yin. Dahi yin mengerut, dia menoleh tanya pada war..

"Lo ngomong apaan sih!?" Tanyanya sedikit agak kencang, war terkejut sedikit.

T H R E E  WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang