35. Mini Party (Failed)

1.8K 294 73
                                    

Happy Reading!

💫💫💫

"Yuk, udah. Kita lanjut jalan lagi ke sekolah," kata Jeno menghampiri Renjun yang masih duduk sambil menunggunya membayar. Kepala Renjun terdongak kemudian tangannya pun segera menyambar tas.

"Ayo! Untung aja dompetnya ada, ya. Gak kebayang kalau sampai dompet ketinggalan juga," ucap Renjun langsung bergidik ngeri membayangkannya. Mereka berdua pasti akan pingsan di jalan karena kelaparan.

Jeno menganggukkan kepala. "Iya tapi menurut saya ini semua agak aneh juga, sih. Dimulai dari ponsel ketinggalan, ban bocor di jalanan yang sepi, dan harus jalan kaki sampai sekolah. Sengaja dibikin sial banget kayaknya hari ini."

"Iya, 'kah? Tapi buat saya sih ini bukan kesialan. Kalau gak ada kejadian kayak gini, mana bisa 'kan kita ngobrol banyak hal kayak tadi, hehehe," jawab Renjun sambil memperlihatkan senyumannya. Jeno menoleh kemudian mengusak rambut Renjun. Kekasihnya itu terkadang membawa aura positif yang dapat membuat kekesalan menghilang.

"Terus kaki kamu pegel gak? Mau saya gendong?"

"Eits, Pak Jeno kira saya selemah apa? Saya ini anak yang kuat!" Seru Renjun sambil berpose memperlihatkan otot-otot tangannya yang entah berada di mana.

Jeno tertawa melihatnya. "Kenapa yang dilihatin malah otot tangan? Kamu 'kan jalan pakai kaki," ucapnya jahil. Renjun langsung mendengus kasar kemudian menjawab, "Saya bisa kok jalan pakai tangan. Pak Jeno emangnya gak tahu saya mantan atlet senam ritmik?! Nih, saya tunjukkin!"

Renjun mundur beberapa langkah kemudian mulai membalikkan diri dan menjadikan tangannya sebagai penopang tubuh. Anak manis itu memang berhasil berjalan dengan tangannya namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena barang-barang yang berada di tasnya tumpah semua.

"Eh, eh, eh, kok bisa tumpah?!" Pekik Renjun langsung berjongkok dan memunguti barang-barangnya yang berceceran. Tawa Jeno lagi-lagi terdengar kemudian pria yang lebih tua itu pun ikut berjongkok di sebelah Renjun untuk membantu.

"Makanya nutup resleting tas itu yang bener. Udah gak usah banyak gaya, ayo buruan jalan ke sekolah sebelum kamu keseleo," ucap Jeno setelah barang-barang Renjun berhasil masuk ke dalam tas semua. Renjun hanya mengangguk-anggukkan kepala kemudian menggenggam tangan Jeno. Biarpun sempat terkejut, Jeno pun langsung menautkan jemarinya.

Renjun tersenyum senang kemudian sedikit berjinjit agar dapat mencapai kuping kanan Jeno. "Saya sayang Pak Jeno," bisiknya.

"Hm, saya juga sayang kamu," balas Jeno dan dengan cepat mengecup bibir Renjun sebelum wajah manis favoritnya itu menjauh.

💫💫💫

"BALON MANA BALON?!" Tanya Eric heboh karena waktu yang semakin mepet namun persiapan mereka baru setengah jalan. Hyunjin juga sudah meluapkan seluruh emosinya terlebih dahulu karena beberapa kelalaian yang terjadi. Dimulai dari lupa merapihkan kelas, tidak membeli beberapa dekorasi ruangan yang diminta, dan masih banyak lagi.

"INI BALON YANG UDAH DITIUP!" Jawab Sanha kemudian berlari menghampiri Eric agar dapat segera ditempelkan di dinding. Shuhua yang melihat itu langsung berseru, "JANGAN LARI-LARI, LANTAINYA MASIH BASAH!"

Bruk!

Duar! Duar! Duar!

Terlambat.

Sanha sudah terlanjur terpeleset dan balon yang dibawanya ikut pecah karena tertimpa tubuhnya.

"SANHA! LU TAHU 'KAN KALAU BALONNYA PAS-PASAN!" Kata Hyunjin menahan jengkel. Ia memijat pelipis karena pusing dengan kelakuan teman-temannya. Mau marah lagi pun tenaganya sudah habis.

Love U, Pak Jeno! || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang