30. "Kurang Belaian" Katanya

2.8K 421 38
                                    

💫💫💫

"Feeling gue gak enak banget dari kemarin," gumam Renjun sambil kepalanya celingukan saat melewati koridor sekolah yang masih tampak lumayan sepi. Ia merasa perasaannya tidak tenang tapi tidak tahu karena apa.

"Kamu nyari siapa?"

Suara seseorang yang bertanya dari belakang tubuhnya langsung membuat langkah Renjun terhenti. Bersamaan dengan hal itu pula, Renjun merasa jika kecemasannya semakin bertambah.

"Eh, selamat pagi Pak Jeno, hehe," sapanya kemudian cengengesan. Renjun baru ingat isi chat dengan Jeno tadi malam dan hal itu pula ternyata yang membuat dirinya cemas hari ini.

"Pagi juga, udah sarapan?" Tanya Jeno sambil tersenyum dan merapikan helaian poni rambut Renjun. Mumpung masih pagi dan belum banyak yang datang, Jeno mungkin memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan afeksinya pada sang kekasih.

"Udah, Pak. Tapi kalau Bapak mau ngasih saya uang lebih buat jajan di kantin, saya gak akan nolak."

"Daripada uang, gimana kalau saya kasih yang lebih bagus?" Bisik Jeno mendekatkan diri ke telinga Renjun agar pertanyaannya tidak terdengar siapa pun.

Mata Renjun membulat. Hal yang paling dihindarinya akan tiba. Mana di koridor yang biasanya jam segitu sudah ramai karena lalu lalang siswa mendadak sepi.

"Gimana? Keburu ramai orang tahu, Ren. Jangan lama-lama mikirnya," kata Jeno sambil mengusap rambut belakang Renjun kemudian tangan nakalnya bertengger di tengkuk belakang.

"A-ada CCTV, Pak..." Tolak Renjun berjalan mundur agar ada jarak antara tubuhnya dengan tubuh Jeno. Tangan Jeno yang tadinya mengusap tengkuk Renjun pun terpaksa harus lepas.

"Tenang aja, di koridor sebelah sini aman kok. Cuma sebentar doang gak masalah, 'kan?" Jawab Jeno melangkahkan kakinya maju mendekati Renjun dan membuat yang lebih muda lagi-lagi mundur kemudian tanpa sadar malah membuat dirinya semakin terpojok. Ia tidak bisa kabur lagi sekarang karena dinding yang berada di belakang tubuhnya.

Renjun mendongak dan mendapati Jeno sekarang malah terlihat biasa saja. Malahan Jeno masih bisa tersenyum santai di saat Renjun ketar-ketir.

"Pipi kanan atau kiri?" Renjun langsung memberikan pilihan untuk Jeno. Ia menanyakan hal ini agar urusannya cepat selesai kemudian kabur ke kelas.

"Hm? Cuma dua aja pilihannya? Saya maunya yang tengah," jawab Jeno sambil mengelus bibir merah muda Renjun dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya sudah ia letakkan di sebelah kepala Renjun. Membuat tubuh kecil itu semakin terimpit.

"ANJIR GILA! AAAAAA KAK DEJUN TOLONGIN GUE! GUE GAK NYANGKA KALAU PAK JENO AGRESIF BISA BIKIN SEGILA INI!" Jerit Renjun dalam hati. Sejujurnya ia agak sedikit menyesal sekarang karena dulu sikapnya sering terlihat seperti menggoda Jeno.

"Bisa-bisanya gue dulu banyak ngomongin hal yang frontal, huhuhu... GUE NYESEL BANGET ANYING!" Lagi-lagi Renjun malah sibuk menjerit dalam hati. Kepalanya tertunduk untuk menghindari wajah Jeno yang hanya berjarak beberapa senti saja.

"Renjun? Kamu kenapa malah nyuekin saya?" Tanya Jeno sambil memegang dagu kekasihnya itu.

"Pak Jeno... Berhenti, please? Lain kali aja, ya?" Pinta Renjun mengeluarkan jurus andalan puppy eyes-nya.

Jeno mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa? Kan kamu sendiri yang gak sabaran pengen saya cium," jawabnya dan terus mendekatkan wajahnya hingga ujung hidung mereka saling bersentuhan.

Untung saja baik Pak Jeno ataupun Renjun sama-sama memiliki bentuk hidung yang mancung. Jadi biarpun dekat begitu, masih ada jarak yang lumayan cukup jauh bagi bibir keduanya untuk tidak langsung saling bertemu.

"Yang lalu biarlah berlalu, Pak. Jangan diungkit-ungkit lagi, gak bagus tahu, ih," kata Renjun malah menasihati Jeno.

Menyerah.

Kata-kata Renjun berhasil membuat Jeno berhenti untuk menggodanya. Tubuh kecil Renjun pun langsung dipeluk oleh Jeno sementara yang memeluknya malah tertawa karena gemas dengan kekasihnya.

"Dasar labil. Awas aja ya, nanti saya gak mau nyium kamu biarpun kamu udah mohon-mohon," ucap Jeno memberitahu.

"Gapapa, kalau nanti sih saya bisa langsung nyosor," jawab Renjun tidak mau kalah dengan ancaman Jeno.

"Ada aja jawabannya. Lepas ah pelukannya, udah siang. Bentar lagi bakal banyak yang lewat," kata Jeno kemudian melepas pelukannya. Sebelum benar-benar dilepas, Jeno menyempatkan diri untuk mengecup pucuk kepala Renjun kemudian mengusak rambutnya.

"Pak Jeno."

"Hm?"

"Jangan sering-sering ngegoda saya, ya."

"Kenapa?"

"Bapak keliatan banget kurang belaiannya."

"Renjun!"

"Hehehe."

💫💫💫

"GUE MAU JADI MODEL COWOKNYA!" Renjun langsung mengacungkan tangan kanan setinggi-tingginya agar dilirik oleh Hyunjin.

"Bisa baca gak lu? Di papan tulis udah ada nama Shotaro buat model cowok. Lagian lu itu gak ada muka Jepangnya, yang ada malah kayak muka koko-koko toko klontong," jawab Haechan karena dari tadi Renjun emang bacot banget pengen jadi model untuk lomba di festival acara nanti.

"Argh! Ngeselin!" Kata Renjun kemudian menelungkupkan wajahnya di antara lipatan tangan.

"Lo mau jadi modelnya, Njun? Ya udah, gue mundur aja berarti," sahut Shotaro santai dan membuat Renjun langsung mendongakkan kepala.

Namun ternyata, Renjun malah menggelengkan kepala. Menolak tawaran Shotaro tersebut. "Gak, gak usah. Gue udah gak minat jadi model. Gue udah kepikiran buat jaga stand aja sekalian tebar pesona, HAHAHAHA!" Renjun langsung ketawa ala penyihir jahat.

"Sorry Njun, bukannya mau merusak mood seneng elu tapi buat jaga stand juga udah ada yang nempatin. Shuhua sama Eric yang nanti bakal jaga stand," timpal Yangyang membuat tawa Renjun berhenti.

Brak!

Suara gebrakan meja yang pelakunya tentu saja Renjun langsung menggema ke penjuru kelas. "SERIUS?! AH! TERUS GUE NGAPAIN DONG! MASA UDAH KEISI SEMUA?!" Pekiknya.

"Salah sendiri kenapa lu baru bangun tidur, bego!" Sahut Sunwoo dari bangku belakang. Renjun hanya menengok sebentar kemudian menjulurkan lidah.

"Udahlah, gue mau kulineran aja nanti di acara festival. Jangan salahin gue kalau gue hanya diem aja dan gak bantuin apa-apa. Ini salah kalian kenapa gak ngasih jobdesk," kata Renjun mewanti-wanti. Ia memicingkan mata untuk memberi peringatan.

"Dih, sok penting. Siapa juga yang mau nyalahin manusia useless kayak lu? Tanpa bantuan lu juga persiapan kelas ini pasti lancar," sindir Haechan sambil mendelikkan mata.

"Ba to the cot, berisik anying!"

💫💫💫

Ada-ada aja Renjun mah kelakuannya :)

-Auva✨

Love U, Pak Jeno! || NoRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang