4. Under the Moon

154 10 1
                                    

Gelap, sunyi, kotor dan berdebu.

Dan kali ini Todoroki yang tak pernah diarahkan ke brankas, kini terkejut mengetahui Bakugo tahu arahnya.

"Aku.. sepertinya mulai percaya kau dari masa lalu."

"Sudah kubilang, kan? Dasar bodoh!"

Suara bergema di dalam kegelapab. Mereka menggunakan api dari Todoroki untuk penerangan. Setelah terlihat, isinya hanya seperti perpustakaan lama yang usang. Banyak jaring laba-laba sudah mengeras, banyak pula serangga bersarang di sana.

"Di mana buku sejarahnya?"

"Entahlah, kita harus mencarinya lebih dahulu."

"CARI?!" Tiba-tiba saja Bakugo berteriak, dan menunjuk semua buku yang ada di depan mereka. "DARI BUKU SEBANYAK INI?!"

"Shtt! Diamlah, jangan sampai terdengar seseorang di luar brankas. Dan lagi memangnya kau ingin tinggal di sini selamanya?"

"Yah.. aku hanya.. sedikit saja.. berharap." Bakugo memalingkan wajahnya agar dia tidak terlihat oleh Todoroki yang berbalik penasaran. Di baliknya, merah merona tertera di pipinya.

"Kau bilang apa?"

"Bawa dokter telinga untuk dirimu..!" Kata Bakugo menatapnya sinis, rona merah di pipinya kini hilang berkat Todoroki.

"Kurasa aku mendengarnya tapi aku tidak mengerti. Jadi kau berharap agar tinggal di masa ini selamanya?"

"Aku tidak mau mengurus berkas-berkas itu lagi. Aku bisa gila! Menjadi bagian keluarga kerajaan akan membuatmu gila, tidak waras!"

"Jadi.. kau tidak mau bertemu keluargamu?"

"..."

Bakugo tak menjawab pertanyaan itu. Pemuda pirang itu terlalu bodoh untuk menjawab pertanyaan itu. Dia berhenti berjalan mengikuti Todoroki, dan berputar arah.

"Aku kembali ke kamar dulu."

Lantaran, semuanya menjadi abu-abu baginya. Jika dia tidak kembali, maka dia tidak bertemu kedua orang tuanya yang sebetulnya ia sayangi. Tapi, kalau dia kembali, semua hal akan kembali padanya. Berkas-berkas penuh ancaman dan tipu muslihat, orang-orang munafik penuh kebohongan.

"Aku ikut."

"Hah? Katanya mau cari?!"

"Engga jadi, deh."

Waktu dengan cepat berlalu. Meskipun orang-orang tidak kunjung berubah, tapi hubungan mereka berdua cepat berubah dalam beberapa bulan.

Manik ruby-nya menangkap sesuatu yang janggal tergantung di leher Todoroki. Sesuatu yang sangat familier baginya, membuatnya penasaran dan curiga.

"Kalung itu.. kau memakainya?"

"Kalung pemberianmu?" Todoroki mengangkat liotinnya, dan melihatnya. "Tentu saja."

"Kenapa? Itu tidak seperti.. spesial sampai seorang puta mahkota akan memakainya."

"Ini satu-satunya barang pemberian temanku.. selain Yaoyorozu."

Bakugo terkekeh sinis padanya, memindahkan berat badannya ke satu titik memandang Todoroki kasihan. "Oh, menyedihkan sekali hidupmu, tanpa teman di seki— sebentar.. siapa temanmu?"

"Kau?"

"SIAPA BILANG AKU TEMANMU?!"

Diamnya Todoroki meyakinkan Bakugo bahwa dia sadar status mereka yang tak pernah berteman. Dia sedikit tenang tapi sakit di saat yang sama.

Lalu Todoroki dengan wajah polosnya dia berpikir, dan menentukan suatu jawaban yang menurutnya benar.

"Benar! Kita bukan teman.."

Cross The Time || TodoBaku ✣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang