Beberapa hari sebelumnya.
Hari indah yang telah Petra lalui bersama dengan Erwin dan Falco membuat Petra tidak memudarkan senyumnya. Sudah lama ia tidak merasakan seperti keluarga sungguhan. Suatu hari nanti ia ingin pergi ke beberapa tempat bersama Erwin lagi.
Tapi bayangan indah yang Petra pikirkan lenyap begitu saja saat Marie tiba-tiba saja datang dan mencium Erwin tepat di depan matanya.
Petra terperanjat melihatnya, sampai ia kehilangan kata-kata. Bibirnya mengatup sempurna untuk bungkam. Petra merasa sebagian hatinya tercabik dan sebagian dirinya disayat-sayat, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Bagaimana pun juga Marie adalah istri suaminya.
Petra hanya bisa diam memandangi Marie yang terus memaksa mencium Erwin meskipun Erwin menolaknya. Hari ini Petra sudah cukup kehilangan energinya dan sekarang ia juga sudah kehilangan kekuatannya.
Dengan lemah dan gontai Petra menyeret kakinya pergi melewati Marie dan Erwin menuju kamarnya lalu menguncinya. Ia tidak ingin orang lain masuk ke dalam kamarnya meskipun itu Erwin sendiri. Petra tidak mau orang lain melihat sisi lemah dirinya.
Ia juga menghiraukan penggilan Erwin yang memintanya untuk tetap di sana. Bodoh, siapa yang akan rela berdiam diri hanya untuk melihat orang lain mencium suaminya sendiri.
Kemudian Petra mendengar suara Marie yang menjerit dan memekik.
"Kenapa Erwin kenapa?! Kenapa kau menolak ciuman dariku? Dari awal menikah kau sama sekali tidak pernah menyentuhku?! Kau itu suamiku dan aku juga istrimu!"
"Yang ada di pikiran dan hatimu hanya Petra! Kau pikir selama ini hatiku tidak sakit setelah melihatmu bercanda, memeluk, memberi hadiah, dan mencium Petra atas keinginan dirimu sendiri, tapi tidak untukku! Aku juga ingin diperlakukan hal yang sama seperti kau melakukannya kepada Petra!"
Mendengar namanya disebut membuat Petra merasa bersalah karena telah mengacaukan hidup semua orang. Ia yang menjadi penyebab Marie dan Erwin bertengkar.
"Bukan masalah hadiah yang ingin kau berikan kepadaku dan aku juga tidak peduli kalau pun hadiah yang kau berikan berupa emas berapa karat, tapi aku ingin candamu, cintamu, dan sentuhanmu atas keinginan dirimu sendiri kepadaku!"
Petra seketika meraih kalung Heart of the Ocean yang melingkar di lehernya. Tangannya terus bergetar menyentuhnya.
"Tidak perlu meminta maaf, aku sadar aku hanya pelampiasanmu saat Petra hilang dan aku juga dulu meninggalkanmu secara sepihak. Jadi aku pantas mendapatkannya, kan?"
"Aku harap jantungku berhenti berdetak sekarang dan kau dengan Petra bisa berbahagia tanpa harus merasa bersalah karena hadirnya aku di antara kalian. Petra sudah kembali, jadi lupakan aku!"
Lalu Petra terkejut saat mendengar pintu yang dibanting. Ia nyaris menjatuhkan diri di samping tasnya. Ia sudah mengacaukan segalanya.
Petra kemudian memejamkan mata sejenak lalu berjalan mendekati lemari bajunya. Ia tampak mencari-cari sesuatu di dalam lemari sampai ia menemukan sebuah kotak kecil yang terbuat dari karton bermotif bunga dandelion.
Petra membukanya lalu mengambil amplop biru berisi kertas tiga lembar berbentuk persegi dan terdapat tulisan tangan yang tercantum di sana "Kupon Permintaan" dari Zeke.
Ia duduk di tepi ranjang, sebelah tangannya memegang "Kupon Permintaan" dan sebelah tangannya yang lain mulai menekan nomor Zeke di ponselnya. Petra menempelkan ponselnya ke telinga menunggu Zeke mengangkat panggilannya dan matanya ia biarkan menatap menerawang ke luar jendela.
"Halo Petra?"
"Zeke, ada hal serius yang ingin aku katakan padamu," setetes air mata bergulir dari sudut mata Petra.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDO
FanfictionHubungan pernikahan Pilot Erwin Smith dan Petra di kekang oleh aturan keluarga bangsawan modern Smith. Hingga Petra memutuskan pergi dan hadirnya cinta pertama Erwin membuat pria rupawan itu mengkhianati Petra demi mempertahankan hubungannya dengann...