Worried

1K 49 8
                                    

Dua pemuda mengenakan rompi polisi tengah berpatroli malam ini. Mereka berjalan beriringan di trotoar taman. Si mungil pendek bernama Mark. Si gagah sering dipanggil kingkong wakan--ehem--biasa dipanggil Lucas.

"Bagaimana perasaanmu sebagai bagian polisi?" Tanya Lucas menoleh pada pemuda manis di sebelahnya.

"*Joha-yeo! Aku tidak menyangka menjadi anggota unit sipil ternyata begini. Rasanya menyenangkan bisa membantu banyak orang. Bertemu orang-orang dengan beragam sifat menariknya." *suka!

Sepanjang Mark bercerita, Manik Lucas tidak pernah lepas menatap raut antusias Mark yang berbinar dengan senyuman. Mark yang ditatap seperti itu jadi gugup.

"Bagaimana denganmu? Pasti melelahkan berurusan dengan banyak penjahat. Kemarin bahkan kamu diserang pakai pisau. Aku sangat khawatir, bagaimana jika penjahat itu berhasil melukaimu." Ucap Mark dengan sendu.

Lucas tersenyum hangat mendengarnya. Kakinya berhenti berjalan, diikuti Mark. Tiba-tiba Lucas mengelus kepala Mark dengan lembut.

"Aigoo..kamu mengkhawatirkanku ternyata. *Gokjeongma, penjahat apapun tidak akan melukaiku, Mark." *jangan khawatir

"Lihat saja badanku, lihat ini otot tanganku haha.." Sambungnya sambil menyombongkan tubuh atletisnya. Mark menggeleng sembari tertawa. Seorang Lucas yang selalu percaya diri dimana pun dan kapan pun.

"Pencuri!! Yak pencuri sialan!! Tolong ada pencuri!!" Teriak seorang ahjumma dengan keras. Bersamaan dengan si pencuri yang berlari kabur.

Lucas dan Mark langsung mengalihkan atensinya. Dan segera mengejar pencuri tersebut.

Pencuri itu cukup cepat juga melarikan diri. Pencuri itu berbelok ke persimpangan jalan. Lucas dengan gigih terus mengejarnya. Mark yang sedikit lelah, memilih untuk berhenti sejenak. Matanya lalu melihat sekeliling, dan kembali berlari. Namun Ia memilih jalan yang berbeda dari si pencuri yang masih dikejar Lucas tadi.

Lucas celingukan kesana kemari. 'Sial! Kemana pencuri itu pergi?' Umpatnya dalam hati. Kakinya kembali diajak berlari.

Mark berlari keluar dari gang. Dan gotcha! Pencuri itu juga baru saja keluar dari persembunyiannya.

"Ah *shibal! Yang benar saja, hah!" Umpat si pencuri menatap Mark jengah. Tangannya mengeluarkan pisau lipat dari dalam saku celananya. *Bangsat

"Sebaiknya kau menyerahkan tas itu dan dirimu ke kantor polisi!" Gertak Mark dengan perasaan sedikit takut. Matanya tidak bisa bohong ketika melihat pisau lipat itu. Pencuri itu tersenyum remeh.

"Tidak akan!" Teriaknya lalu berlari ke arah Mark dan melayangkan pisau tersebut. Mark melebarkan matanya.

°°°
Bunyi sirine mobil polisi terdengar di jalan yang sepi tersebut. Ini memang sudah larut malam.

"Terimakasih! Terimakasih banyak! Saya sangat terbantu. *Neomu jeongmal kamsahamnida!" Ucap ahjumma itu dengan membungkuk berkali-kali. *sangat berterimakasih padamu!

"*Aniyeo. Ini sudah tugas saya sebagai polisi. Lain kali hati-hati, ahjumma-nim." Balas Lucas dengan senyum ramah. *Tidak

"Jaesok-a antar ahjumma ini dengan selamat, ya!" Pesannya pada rekan timnya yang sudah ada di dalam mobil polisi.

"Tenang saja, beres!"

Mobil itu melaju pergi. Lucas teringat dengan Mark. Perasaan cemas luar biasa kembali melingkupinya. Ingatan dimana pisau lipat yang dipegang pencuri itu terlintas. Pisau yang terdapat noda seperti darah yang masih basah.

Kakinya kembali berlari. Tujuannya sekarang hanya satu, mencari Mark. Pikirannya benar-benar tak bisa jernih. Hatinya sangat kalut sejak tadi.

'Bagaimana jika pencuri itu benar melukainya? Keparat itu! Jika benar aku akan---'

RandomlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang