Pagi harinya, Gray terbangun dari tidur, "Trelicia, hari yang gelap aku tinggalkan ia di tepi jalan perbukitan, apakah ia hanya khayalanku saja yang disebabkan karena diriku yang terlalu lelah berjalan?" Bisiknya.
Lalu Gray meninggalkan tempat tidur yang terbuat dari kapuk buah pohon randu, sudah lama dia menggunakan kasur itu hingga menjadi padat dan sedikit keras, tapi tetap saja nyaman.
Untuk meyakinkan diri, dia mencuci muka sambil membuka mata, agar air masuk ke dalam matanya, "Trelicia...peri dari dunia Genbi... benarkah?" Lalu dia menuju dapur membuat teh panas, dan memanggang sisa roti yang dibelinya dua hari lalu. Setelah itu, Gray bersiap-siap untuk berjalan kembali menuju arah perbukitan.
Pagi hari, perbukitan berkabut tipis, udara segar, dedaunan basah, membuat mata seketika menjadi segar. Gray menghirup udara dingin diperjalanan, ketika udara masuk melalui hidung kemudian mengalir menuju otak dan paru-paru, serasa meminum air es dibawah terik matahari. Rasa penasaran terhadap Trelicia, menjadi sebab dia datang kembali di pagi yang dingin, (Trelicia, mengapa ia sampai sejauh itu pergi dari dunianya yang katanya sangat indah?)
Diperjalanan, Gray membawa sahabat setia, yakni tongkat dari peninggalan kakeknya, tongkat itu terbuat dari ranting pohon yang sangat tua, kekuatannya seperti besi baja, membuatnya tidak mudah patah, tongkat itu tetap hidup, karena terdapat daun sehelai yang masih menempel, meskipun telah terpisah dengan pohonnya, didalam tongkat itu terdapat ruang kekuatan, bentuknya yang antik dengan dihiasi ukiran, membuatnya terlihat indah.
Ketika sampai di atas bukit, Gray beristirahat duduk di atas akar pohon yang sangat besar, pohon itu umurnya sudah mencapai ratusan tahun. Pagi hari di perbukitan udara begitu dingin, Gray mengeluarkan pemantik api, mencari dedaunan kering dan ranting pohon untuk membuat api unggun kecil, saat ini penghangat badan yang dia butuhkan.
Sembari menunggu perginya kabut yang membuatnya sulit menentukan arah. Api unggun memeluk tubuhnya cukup hangat, dan membuat dirinya tertidur lelap, ketika itu pula Gray bermimpi kedatangan seorang wanita yang tiba-tiba memeluknya tanpa sebab, kemudian datang lagi seorang wanita yang berperilaku sama. Namun, kali ini pelukannya sangat erat, hingga dia tidak mampu menggerakkan kedua lengannya, wanita yang memeluknya begitu erat itu adalah matahari yang kehangatan sinarnya melebihi api unggun yang dia buat, dan membuat Gray terbangun karena matanya silau, api unggun telah mati, dia kemudian melanjutkan perjalanan.
Berada ditempat bertemunya Gray dengan Trelicia, "dimana engkau wahai si cantik mungil?" Gray berkata samar. Perjalanan pagi yang dingin membuat tenaganya terkuras, dan bibirnya mengering pucat, beruntung dia mempersiapkan pembekalan, lalu Gray mengambil teh hangat yang tersimpan di ransel, dengan botol yang memiliki fungsi sama seperti penyimpanan air panas, badannya menghangat kembali.
Baru saja mengangkat botol teh tegukan kedua, "hai..." Ia tersenyum, Gray terkaget hingga bibir botol yang belum sempat menyentuh bibirnya membuat teh berceceran kemana-mana.
"Ahh...kau ini, selalu datang tiba-tiba, dan mengagetkanku," kedua alisnya hampir menyatu seperti orang yang hampir marah, tapi dia tidak tega memarahinya hanya karena masalah kecil, ia begitu cantik dan ceria sekali, membuat Gray semakin luluh.
"Begitu ya...baru kedua kali ini aku bertemu dan menatap dekat raksasa, maka dari itu aku masih belum tau bagaimana bersikap dengan tepat," dengan wajah polosnya ia berkata seperti itu, menggemaskan sekali.
"Aku juga baru kedua kali ini bertemu dengan mahkluk mungil dan menatap secara langsung. Namun, yang aku inginkan darimu hanyalah sambutlah kedatanganku dengan tidak membuat diriku terkaget, itu saja," kemudian Gray tersenyum sambil memegang botol teh, "dan satu lagi, jangan menyebutku sebagai raksasa, aku ini hanya manusia biasa.""Sepertinya keegoisan dalam dirimu tidak begitu bersemangat saat ini"
"Maksudmu?"
"Sebagian kehidupan ini, berisikan keegoisan yang sangat besar, hingga pada puncak fatalnya, membuat sebagian mahluk lupa akan nilai kebersamaan, kepedulian, saling menjaga, dan menyayangi," tatapan kosong yang penuh makna dari perkataannya."Aku sangat jauh berjalan, seringkali menemukan berbagai pemahaman dan pengalaman yang dapat aku pelajari, namun baru kali ini aku mendapatkan pembelajaran baru, yang belum pernah aku dengar."
"Ya... begitulah kehidupan," sahutnya."Lalu apa yang membuatmu kembali kesini? Biasanya engkau hanya melewati jalan ini ketika hari menjelang sore saja?"
"Jika engkau mau menjelaskan, mungkin ini akan menjadi pembahasan yang sangat panjang, aku kembali karena rasa penasaran yang ada dalam diriku mengenai sebab engkau sampai disini""Engkau tau kan apa yang aku bisikkan kemarin kepadamu? Membutuhkan waktu yang cukup panjang, kisah yang rumit, apa engkau rela membuang-buang waktu hanya karena ingin mengetahui cerita ku yang rumit?" Katanya
Gray menghentikan pembicaraan dan berfikir untuk menentukan pilihan, terus melanjutkan perjalanan atau mendengarkan Trelicia menceritakan perjalanannya hingga sampai di dunia manusia ini, tapi dia masih penasaran dengan dunia Genbi dan kotak misterius yang dibawanya itu, lalu setelah berfikir matang, "aku menunda perjalanan kali ini," sambil tersenyum lebar.
BERSAMBUNG
tunggu cerita selanjutnya ya, semoga kalian suka, dan tetap mengikuti perjalanan Gray
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Menuju Genbi
AdventureDunia Genbi merupakan tempat peri spesial yang menempati posisi pertama dari 35 juta dunia peri yang ada. Terdapat salah satu peri yang pergi dari dunianya itu dengan membawa sesuatu yang sangat berharga bagi dunianya, peri itu bernama Trelicia. Gra...