"Rumah kamu dimana?" kata Kanz sembari memberi helm pada Mela.
"Deket, kok. Ga usah pake helm."
Namun Kanz tidak mendengarkan. Ia lilitkan helm di kepala mungil Mela. Sontak Mela kaget. Pupilnya membesar dan jantungnya berdegup kencang. Bagaimana mungkin dia melakukan hal krusial itu dengan enteng?
"Pake helm ga harus jalan jauh," kata Kanz dingin.
"Oh, iya, sorry," jawab Mela sambil menundukkan pandangannya.
Ketika itu, Mela langsung naik ke motor Kanz yang tinggi. Deja-vu.
🌸🌸🌸
Di sepanjang perjalanan, tidak ada percapakan apa-apa selain Mela yang menunjukkan arah rumahnya. Dan Mela bersyukur untuk itu. Karena jika percakapan menyelimuti mereka, pasti akan terasa sangat asing.Namun, tiba-tiba Mela mulai membuka obrolan.
"Kanz?" kata Mela lirih.
"Iya, Mel?" jawab Kanz sambil menoleh sedikit ke arah belakang. Seakan-akan ia ingin memperhatikan ucapan Mela dengan penuh.
"Eeee..." kini ucapan Mela terdengar ragu-ragu.
"Kenapa?"
"L-l.. Eeh, kam..u,"mata Mela berkelap-kelip. Bimbang harus mengatakannya atau tidak.
"Apa, Mel? Gak kedengaran."
"Mmm.. Ga jadi deh. Eh, itu pagar coklat rumahku ya," kata Mela sambil menunjuk rumahnya.
Tidak ada jawaban lagi dari Kanz. Ia seolah-olah mengisyaratkan bahwa ia tidak peduli dan tidak ingin tahu dengan apa yang akan disampaikan oleh Mela.
**
Tiba sudah mereka di depan rumah Mela. Kanz mematikan mesin motornya diiringi Mela yang turun dari motor Kanz.
Celaka. Permasalahan kini adalah helm Mela tidak bisa terlepas dari kepalanya. Kini Mela sedang panik dan tangannya mulai gusar karena klik helm yang tidak juga bergeser.
Kanz mulai memperhatikan gerak-gerik Mela yang terlihat acuh tak acuh. Dan Mela mulai melirik-lirik Kanz yang semakin memperjelas kepanikannya. Seketika saja mata Mela membulat dengan sempurna. Lagi-lagi dibuat kaget oleh Kanz.
Kini wajah Kanz persis di depan mata Mela. Ketika itu juga Mela tidak berkedip sama sekali. Ia dibuat kagum oleh ciptaan Tuhan yang ada di depan matanya. Alis dan bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, bibir merah muda yang terlihat lembut, semuanya terlihat jelas di mata Mela. Belum lagi binar matanya yang terlihat sayu, bahkan Mela sendiri bisa merasakan damai di dalam matanya.
"Kalau butuh bantuan tuh bilang," kata Kanz sambil membantu Mela melepaskan helmnya.
Lamunan Mela buyar.
"Astaga Mela, ngapain sih lo," lirih batinnya."Sorry, ngepotin."
"Cuma bantuin lepas helm, Mela. Ngerepotin dari mana," kata Kanz dengan senyum sambil mengacak-acak kecil rambut Mela.
Deg.
Kini Mela merasakan hatinya yang berantakan di kala rambutnya yang Kanz sentuh."Halo? Jangan melamun, cepat ambil berkas yang diminta Bu Quki."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Knz
RomanceMela Agustin Nurkaliza. Perempuan cantik dengan gaya tengil yang dirahasiakan oleh masa lalunya. Dari Bandung menuju Jakarta, Mela sembunyikan semuanya dalam seutas urat nadi yang tidak diketahui siapapun. Baginya, masa lalunya adalah miliknya. Oran...