Prolog

509 45 1
                                    

Aku berlari kencang menelusuri hutan seram ini, nafasku rasanya ingin putus dan otakku tak bisa memikirkan hal lain selain berlari menjauhi makhluk itu. Tubuhku bergetar oleh hawa dingin dan rasa takut.

Aku harus mengeluarkan tenaga ekstra karena tumpukan salju di tanah memperlambat pelarianku.

Aku menyesal, sungguh aku benar-benar menyesal.

Siapapun tolong aku.

Aku membatin nama tuhan untuk meminta bantuan. Bibirku tak henti-hentinya mengucapkan lantunan kalimat pujian untuk tuhan.

Oh tuhan, kumohon tolong aku.

Seharusnya aku mendengarkan kata-kata nenek.

Seharusnya aku bisa menekan rasa penasaranku.

Seharusnya aku segera pergi dari desa ini dan kembali ke kehidupanku di kota.

Seandainya aku bisa memutar waktu..

Kakiku mulai lelah, nafasku mulai terengah-engah, dan pandanganku kabur karena kacamata bulatku jatuh entah kemana, ditambah senja sudah mulai berakhir, matahari sudah hampir terbenam diperaduannya membuat pandanganku tak jelas.

Bruk.

Sialan. Umpatku dalam hati.

Aku tersandung sesuatu yang keras dan terjatuh menghantam tumpukan salju. Beberapa butir salju bahkan sudah masuk ke bibirku.

Aku mencoba bangkit, tapi sialnya kakiku tak bisa digerakkan. Rasa perih menyerang siku dan lututku.

Sialan. Umpatku sekali lagi saat pandanganku yang sudah buram melihat pergelangan kakiku yang terkilir.

Aku merangkak di sisa tenagaku. Aku berusaha keras untuk menyelamatkan diriku sendiri.

Tapi sepertinya itu mustahil.

Karena sekarang aku bisa merasakan tangan dingin itu memegang erat kakiku.

Tubuhku membeku, aku mencoba bergerak tapi tak bisa. Jantungku berdegup sangat kencang.

Oh tuhan, inikah akhir hidupku?

Note: ini adalah cerita pendek, dan akan di up setiap hari.

Selamat membaca.

LELAKI HUTAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang