*Alexis POV*
Aku mendengar tawa kecil.
"Kau tidak banyak berubah" Harry mencibir.
Aku memutuskan untuk berjalan menuju sofa dan duduk di bagian tepinya.
"Jawab pertanyaanku, Harry" Aku bersikeras.
"Well..kau lihat aku sedang melakukan investigasi.." dia dengan pelan mulai menjelaskan.
"Aku tidak punya banyak waktu!" aku sedikit berteriak.
"The point is...kau tidak perlu tahu bagaimana aku mendapatkan nomermu" dia sedikit membentakku.
"Then why did you get my number?!" Aku membentak balik, kehilangan kesabaranku.
"I want to meet my child." harry menjawab dengan ragu-ragu.
Oh sekarang dia ingin bertemu anak 'kita'
"Are you serious?" Aku berteriak.
"Why the hell would you think I'm not serious?" dia menjawab dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Hmm..let me see..Oh I don't know. MUNGKIN KARENA KAU TIDAK BERADA DISINI UNTUK DIA SEJAK AWAL SEPERTI AKU!AKU BAHKAN BERANI BERTARUH KAU PASTI TIDAK TAHU KALAU DIA LAKI-LAKI! DIA MEMERLUKAN SEORANG AYAH HARRY...AKU MEMBUTUHKAN BANTUAN UNTUK MENGASUH DAN MEMBESARKANNYA. TAPI KAU PERGI. ITU PILIHANMU. SEKARANG KAU HANYA BISA MENUNGGU DISANA DAN MERASA SEMUANYA BAIK-BAIK SAJA. KAU MERUSAK SEMUANYA DAN KAU HARUS MEMBAYAR ITU SEMUA!" Aku berteriak sampai nafasku benar-benar hampir habis. Tenggorokanku bahkan terasa sangat kering sekarang.
Tiba-tiba semuanya hening dan sekarang mulai terasa aneh.
Aku mengusap air mata yang jatuh di pipiku.
"Mommy?" Aku mendengar suara kecil memanggil dari belakang.
Aku berbalik dan melihat Preston berdiri di dasar tangga sambil memeluk teddy bear kecilnya.
Oh Shit! Aku bahkan tidak menyadari betapa kerasnya aku berteriak tadi.
"Is that him?" Suara Harry bergetar saat dia mengucapkan 's'. Suaranya terdengar seperti menangis.
"I-I call you back." Jawabku terbata-bata dan menutup teleponnya.
Aku bergegas berjalan mendekati Preston namun dia justru berbalik dan berjalan ke atas.
Air matanya pelan-pelan jatuh di pipi chubbynya saat dia memeluk teddy bearnya lebih erat.
"Pressy.." aku berbisik pelan
Dia terlihat sangat takut.
"Come here baby, I'm sorry for yelling." Aku meminta maaf tapi dia tidak menghiraukannya. Aku berlutut dan memberinya sedikit jarak.
"Mommy so sorry." Aku berbisik.
Dia dengan pelan mau memandangku dan memelukku.
"Will you forgive mommy?" aku berbisik di telinganya.
Dia mengangguk dan aku merasa sangat tenang sekarang.
Tak berapa lama setelah itu aku membawa Preston ke kamarnya dan dia pun mulai tertidur. Ini jam 11:30 PM dan Harry sudah menelponku 5 kali.
Aku berjalan turun menuju dapur untuk mengambil air minum. Aku meneguknya dan memandang dinding dapur. 10 menit kemudian aku siap untuk menjawab telepon dari Harry. Aku duduk di sofa dan mengambil telepon. Aku memencet tombol redial.
"Lex?" Harry bertanya dengan cemas
"Yes" jawabku datar
"Listen...Aku tahu apa yang telah aku lakukan salah tapi kamu tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya"
Aku memandang ke bawah melihat kakiku dan mencoba untuk mengingat hari dimana dia pergi meninggalkanku.
~*~*~FLASHBACK~*~*~
[About 3 years ago]
"H-Harry, kita harus bicara"
"Sure thing, love" dia tersenyum manis kepadaku.
Aku berjalan menuju tempat tidur kita dan duduk di sampingnya.
Aku benar-benar tidak yakin bagaimana reaksinya ketika aku bilang kalau aku hamil.
Aku memandang wajah dan matanya yang hijau. Senyumnya pelan-pelan menghilang saat dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres terjadi.
"Whats wrong, Lex?" dia bertanya, penuh perhatian. Dia mulai mengelus punggungku. Ya, dia selalu melakukannya untuk menenangkanku.
Aku tidak tahu bagaimana cara untuk memberitahunya. Dengan ragu-ragu aku memegang tangannya dan meletakkannya di perutku yang masih datar.
Mata hijaunya membulat dan mulutnya menganga.
"H-Harry?" Aku berbisik.
Dia tetap diam dan tidak memperhatikanku.
"Harry please say something" aku memohon dan mulai merasa cemas dan takut.
Dia dengan cepat kembali ke reality. Mukanya membeku. Dia terlihat marah dan mengeluarkan kopernya dari lemari.
"Harry!" Aku panik, "what are you doing?"
Dia tetap tidak menghiraukanku. Dia memasukkan semua bajunya ke dalam koper dan berjalan menuju kamar mandi lalu keluar dengan membawa sikat dan pasta giginya.
Mulutku terbuka saat dia membuka pintu kamar dan memandangku penuh dengan air mata.
"Aku butuh waktu untuk berpikir." itu yang dia katakan. Dia keluar dan menutup pintunya.
~Itu terakhir kalinya aku melihat dia.
~*~*~End Of Flashback~*~*~
"Lex? are you there?" Harry bertanya dengan suara beratnya.
"Mhhm" Aku bergumam dan menggelengkan kepalaku mencoba untuk melupakan memori saat Harry meninggalkanku.
"Will you promise to listen to my side of story?" Dia bertanya.
"Mungkin.." Aku menarik nafas dalam-dalam.
"Kau tahu hari itu dimana aku mengatakan aku membutuhkan waktu untuk berpikir? Aku berpikir...Percaya padaku Lex. Aku berpikir keras dan panjang. Aku mencintaimu karena kau selalu ada di sampingku selama di XFactor, dan aku benar-benar ingin di berada di sana untukmu! Tapi kemudian aku menceritakan tentang itu semua kepada Simon dan dia memberitahuku bahwa hal terbaik yang harus kulakukan adalah meninggalkanmu dan membiarkanmu membesarkan anak 'kita' sendiri. Dia bilang jika aku ingin menjadi terkenal itu satu-satunya jalan yang bisa kulakukan"
"Jadi kau memilih menjadi terkenal daripada aku?"
"Lex, listen. Waktu itu aku masih muda dan bodoh. Beberpa bulan terakhir ini aku juga tidak bisa berhenti memikirkanmu! Aku ingin punya kesempatan lain. Dan jika kamu tidak lagi mencintaiku seperti dulu, can I at least be there for my-I mean, our child?"
Tiba-tiba aku mengingat ketika dia masih di XFactor. Dia meninggalkanku bahkan sebelum bandnya diberi nama 'One Direction'. Aku benar-benar tidak menyangka mereka bisa melakukannya. Aku kira mereka akan tereliminasi, tapi ternyata tidak.
"I-I guess so" aku bergumam
"I'll try and make it up to you, Lex. Aku akan melakukannya untuk...untuk.."
"Preston" aku menyelesaikan kalimatnya.
"Yes, Preston" Harry menjawab dengan suara sangat lega.
Yeay akhirnya chapter 3 selesai juga! next?? vote and comment :)
Edited: 2 July 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy? Harry Styles [Indonesian Version]
FanfictionMenjadi single mother di umur yang masih sangat muda ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan. Terutama ketika ayah dari anak itu adalah seorang popstar remaja yang sangat sensasional di dalam sebuah band. One Direction Ya, itu terjadi 3 tahun y...