ALEXIS POV*
"Do you know who One Direction is? " aku bertanya pada temanku Abrielle melalui telefon.
Aku duduk di kursi dapur sambil memandang kebawah melihat Preston yang duduk di lantai sebelahku sambil memainkan truknya dengan asik.
"Weooooooo.." dia memaju mundurkan truk itu dan menirukan suaranya.
"Who doesn't?" dia tertawa
"Jelaslah! seseorang yang tidak pernah menonton televisi dalam satu dekade dan harus hidup dengan anak yang berumur 2 tahun yang menghabiskan waktu dan energinya untuk mengurusnya sendirian."
"Okay well. ngomong-ngomong, apa yang ingin kamu tahu?" dia bertanya.
"I-Um. I don't know. Just tell me the name of the boys in the band."
"Mommy!" Preston memanggilku.
"Yes Pressy?" aku tersenyum sambil memandangnya.
"I'm hungry" dia cemberut.
"Mommy akan segera membuatkanmu makan malam okay?"
"Okay" dia mengangguk dan melanjutkan bermain dengan mainannya.
"Ok" Abrielle memulainya.
"Well ada Niall, he's the blond the Irish one. Dia mempunyai mata biru dan--"
"Okay, Ab..yang aku butuhkan adalah nama mereka bukan perjalanan hidup mereka. Dan kenapa kau tahu banyak tentang mereka? kau itu sudah berumur 24 tahun! kau seperti seorang fans." aku tertawa.
"Perlu kau tahu ya? mereka itu sering mengadakan show dan muncul di televisi. Mereka juga boyband yang paling terkenal di dunia saat ini. So it's not my fault" katanya membela.
" So there's Niall, Zayn, Liam, Harry--"
"What?" Aku memekik
Aku berdiri dan berjalan menuju counter. Rasanya aku seperti mau pingsan sekarang.
"What?" dia terdengar sangat bingung.
"N-nothing! Thanks for your help" aku mematikan telefonnya.
Aku meletakkan telefon itu di meja dan menyembunyikan wajahku dalam tanganku. Namun, aku segera menyingkirkan tanganku dari wajahku saat melihat Preston berjalan mendekat ke arahku.
"Mommy, are you okay?" tanyanya dengan penuh tanda tanya.
"Of course Mommy okay" Aku pun meletakkan kedua tanganku di antara ketiaknya dan mendudukannya di pahaku.
Dia seperti biasa meletakkan kepalanya di lekukan leherku. Tiba-tiba saja tak sengaja aku menitikkan air mata. Aku tidak ingi Preston melihatku menangis karena itu hanya akan membuatnya bingung. Aku mengambil kain yang berada di dekatku untuk mengusap air mataku.
"Hey, Pressy...." dia memandang mataku.
"Yes Mommy?"
Aku menyisir rambutnya dengan jariku.
"You know that Mommy loves you right?" aku berbisik lembut.
Dia mengangguk. Aku tersenyum dan mengecup dahinya.
"You go play while Mommy makes you dinner, okay?" aku berdiri dan meletakkannya di samping mainannya yang dia bawa ke dapur.
"Dan jangan lupa nanti setelah kamu selesai bermain beresin mainannya dan bawa ke kamarmu" aku pura-pura tersenyum.
I'm sorry aku benar-benar tidak percaya bahwa Harry sekarang menjadi remaja yang difans-i oleh para gadis di dunia. Tentu dia mempunyai uang yang sangat banyak tapi tetap saja dia tidak bisa memberi nafkah untuk anaknya sendiri. Dia telah meninggalkanku dan Preston. Mungkin dia juga telah melupakanku. Ah aku tidak peduli...
Preston tidak membutuhkan kehadiran seorang ayah dalam hidupnya. Aku benar-benar benci pada Harry. Aku tidak akan pernah memaafkannya..
"Okay Mommy" Preston mematuhi perintahku. Dia membawa truk, batman, dan spiderman dalam satu waktu menuju kamarnya.
Aku tertawa sambil berjalan menuju ke arahnya. Aku membungkuk untuk menyamakan tingginya.
"Bud, one at a time" aku mengambil boneka batman dan spiderman dari tangannya.
"Bawa trukmu setelah itu balik ke sini untuk membawa mainanmu yang ini." kataku sambil menunjuk bonekanya yang berada di tanganku.
"Sorry Mommy" dia berjalan meninggalkan dapur menuju kamarnya.
Aku meletakkan mainannya di lantai dan berjalan menuju kompor untuk memanaskan air. Setelah mendidih aku memasukkan spaghetti di dalamnya.
Setelah semuanya selesai aku menuangkan spaghetti yang telah matang itu ke dalam mangkuk dan memberinya sedikit butter karena Preston tidak suka jika spaghettinya dikasih saus.
"Pressy!"
Aku meletakkan mangkuk di atas meja kecilnya bersama dengan garpu plastik dan segelas jus apel kesukaannya.
Tidak lama kemudian aku mendengar langkah kakinya menuju ke dapur dan dia langsung duduk di kursi kecilnya.
"You're such a big boy!"
Aku menuangkan pasta dan saus ke dalam mangkuk. Aku duduk di dekat Preston dan memakannya.
Baru makan beberapa sendok, tiba-tiba aku melihat Preston yang kesulitan memakan pastanya.
"Want me to cut your pasta bud?" aku bertanya. Dia menggeleng sambil meletakkan tangan di dadanya.
"Aww it's okay" aku mengambil mangkuknya dan memotong pastanya.
"Here you go" aku meletakkan kembali mangkuk itu di depannya.
"Thank you"
Aku melihat dia makan dengan lahap. Man this boy, could eat. Dia benar-benar tidak ada mirip-miripnya denganku. Setelah selesai, aku segera mencuci alat-alat dapur yang kupakai tadi. Sedangkan Preston sudah berlari meninggalkan dapur menuju ruang tengah. Dia menonton film kesukaanya, Elmo.
Setelah selesai, aku menuju ruang tenagh dan melihat Preston yang ternyata sudah tertidur di sana. Aku menggedongnya masuk ke dalam kamarnya. Dengan hati-hati aku meletakkan Preston ke ranjang kemudian menyelimutinya. Tak lupa aku mencium keningnya dan segera keluar.
"kringgg....kringggg"
Aku mengambil telefon itu, tetapi .........
"Unknwon number? What the hell!"
Aku memutuskan untuk mengangkatnya.
"Hello?"
"Lex, apakah itu kamu?" A deep raspy voice called out in another line.
Oh shit..hanya ada satu orang yang memanggilku Lex
"How the fuck did you get my number?"
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oh my God? apakah itu Harry? :O atau orang lain?
hehe jangan lupa vote dan commentnya ya :D I love you all <3
Edited: 2 July 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy? Harry Styles [Indonesian Version]
FanfictionMenjadi single mother di umur yang masih sangat muda ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan. Terutama ketika ayah dari anak itu adalah seorang popstar remaja yang sangat sensasional di dalam sebuah band. One Direction Ya, itu terjadi 3 tahun y...