"Preston! You're silly!" Aku tertawa menatap anakku yang sekarang berusia 2 tahun. Aku berdiri di ambang pintu kamarnya. Dia mengintip melalui jendela kecil benteng mainan yang aku buat untuknya. Rambutnya curly benar-benar mirip seperti ayahnya. Ia menatapku dengan meletakkan ibu jari di mulutnya dan itu membuatnya semakin menggemaskan.
Aku melipat kedua tanganku di dada dan memeletkan lidahku ke Preston. Dia tertawa. Aku kemudian berjalan ke dalam benteng mainannya dan berlutut.
"Hello" aku mengetuk pintunya
"anyone home?" kataku menggodanya
"tidak!" Preston menjawab sambil tertawa kecil.
"hhhhhhhh" aku meninggalkan preston dan berjalan keluar.
"well, I guess I'm just going to eat all cookies by myself" kataku sambil memandang ke belakang.
"Mommy wait I'm here!" Preston mulai panik.
Aku hanya tertawa ketika melihat Preston cepat-cepat keluar dari bentengnya dan berlari menuju ke arahku. Aku berlutut dan bersiap untuk menangkapnya. Dia memelukku dan meletakkan wajahnya di bagian bawah leherku. Aku pun segera menggendongnya menuju ke lantai bawah dimana dapur berada. Aku segera meletakkan Preston di kursi kecilnya.
"Mommy, I want cookies" dia meminta dengan puppy facenya
"Kau tidak akan mendapatkan cookies itu jika kau nakal sayang"
Aku berjalan menuju kulkas dan membukanya. aku mengambil sebotol susu dan menuangkannya ke dalam gelas. Kemudian mengambil gelas bebek milik preston dan menuangkan susunya sampai penuh. Aku berbalik ke belakang dan memandang Preston dengan satu alis mata yang terangkat.
"Please Mommy!"" dia memohon masih dengan puppy facenya
Gosh dia benar-benar mirip seperti Harry. Ini benar-benar menakutkan. Dia memiliki rambut coklat dan curly. Dia juga mempunyai sepasang mata hijau yang indah dan lesung pipit yang sama ketika tersenyum. Preston tidak ada mirip-miripnya denganku. Hanya bibirnya yang mirip denganku. Oh dan dia juga punya aksen Amerika. Itu karena dia tidak pernah berada dekat dengan ayahnya, Harry.
Harry meninggalkanku ketika aku mengetahui bahwa aku hamil. Hanya dengan melihat Preston itu dapat membuatku mengingatkan tentang Harry. Mereka berdua seperti kembar. Untungnya, Preston tidak pernah bertanya apapun tentang Harry, Thank God. Tapi aku tahu ketika dia mulai bersekolah dan melihat temannya yang lain dengan ayahnya, dia pasti ingin tahu mengapa ia tak punya ayah. Aku masih belum yakin apakah aku akan memberitahunya atau tidak. Tapi Preston masih 2 tahun jadi aku tidak usah khawatir karena dia akan mulai sekolah 2 tahun lagi.
"Mommy, kenapa melamun?"
"Sorry Pressy" Aku kembali ke reality. Dia memandangku bingung.
"Aku akan mengambilkan cookiesmu. Tunggu sebentar ya" kataku sambil mengacak rambut curlynya.
Aku berjalan menuju lemari makan dan mengambil sekotak cookies kemudian mengambil beberapa dan meletakkannya di piring yang bergambar elmo. Aku memberikan cookies itu kepada Preston. Dengan segera Preston mengambil cookies itu dan memakannya dengan lahap. Aku tersenyum memandanginya. Ya, aku sangat berysukur mempunyai anak yang lucu, sehat, dan menggemaskan seperti Preston.
Aku pun duduk dan menghabiskan sisa susu tadi dan mencucinya gelasnya. Setelah Preston selesai memakan semua cookiesnya aku segera mengambil piring dan gelasnya untuk dicuci. Aku mengangkat Preston dari kursinya dan meletakkannya di lantai. Baru saja aku turunkan dilantai Preston berlari-lari dan bermain. Dia selalu begitu dari dulu.
"Be careful, Pressy"
"I will mommy"
Setelah mencuci piring dan gelas tadi aku berjalan keluar menuju ruang tengah dan menyalakan televisi. Aku sangat terkejut ketika melihat acara itu dan menontonnya lebih dekat.
Pertanyaan ini dari Kimberly di twitter dan dia ingin tahu jika kamu hanya bisa memakan satu makanan selama sisa hidupmu apa itu? Seorang lelaki menanyai 5 Boys yang sedang duduk di sofa dengan warna yang sama.
"Ummmmm.." the boy with black hair and brown eyes berpikir keras.
"Probably chicken. I like chicken" dia menjawab dan memandang si blonde dengan tersenyum. Oh God he look familiar.
"Aneh" gumamku.
"Apa yang harus kupilih?" dia bergumam dan memandang interviewernya
"I'm sorry Kimberly, aku tidak tahu harus memilih apa." dia menarik nafas panjang
Aku bingung saat semua orang memandang the curly one. Jantungku tiba-tiba berdebar saat aku memandangnya lebih dekat.
"What the hell?! " Aku berteriak tanpa memperdulikan ada anak kecil di dalam rumah. Dia duduk disana dengan tangan menopang dagunya.
"Banana's" dia menyeringai
"Tidak mungkin!" dengan cepat aku berdiri dan berjalan mendekat ke arah TV untuk melihatnya lebih dekat.
Dia mempunyai sepasang mata hijau, bibir tipis yang berwarna merah dan lesung pipi yang membuatnya terlihat tampan dan manis.
Tunggu.......
"That was One Direction Everybody"
dan wawancara pun selesai.
"Mommy?" Preston tiba-tiba berada di belakangku. Aku kaget saat dia tiba-tiba memanggilku.
"Pressy you scared me!" Aku berbalik ke belakang dan memandangnya. Dia berdiri tepat di tangga yang paling bawah.
"Mommy, whats wrong?"
"N-nothing wrong buddy." Aku menjawab dengan sedikit terbata-bata
Aku berjalan mendekatinya dan berlutut di depannya. Dengan segera Preston memelukku sangat erat.
"You were yelling" Dia bergumam di leherku. Aku megusap punggungnya
"I'm sorry jika aku tadi membuatmu takut, Pressy. Mommy baik-baik saja jangan khawatir, Okay bud?" aku berbisik di telinganya
"Okay Mommy"
"Let's go play" aku tersenyum sambil memandang sepasang mata hijaunya.
Ini tidak mungkin......
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
yuhuuuu! Setelah sekian lama gak nerusin chapter ini akhirnya chapter ini selesai juga :D
maaf yaa kemaren2 aku sibuk banget sama sekolah jadi aku updatenya lama.
Jangan lupa Vote dan Comment yaa
Edited : 2 July 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy? Harry Styles [Indonesian Version]
FanfictionMenjadi single mother di umur yang masih sangat muda ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan. Terutama ketika ayah dari anak itu adalah seorang popstar remaja yang sangat sensasional di dalam sebuah band. One Direction Ya, itu terjadi 3 tahun y...