60%

1.2K 330 1
                                    

Ketika aku sakit ...

▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

[Name] berdecak saat melihat termometer ditangannya. Disana ditunjukkan angka 39 celcius──suhu tubuh Dokja saat ini.

Tadi, pagi-pagi sekali saat [Name] berencana mengembalikan novel milik Dokja yang dipinjam semalam, gadis itu mendapati tubuh kembarannya yang tak biasa.

Wajah merah dengan sedikit bulir keringat memberinya petunjuk. Dan hasil bertanya kepada Seolhwa menunjukan solusinya.

Kembarannya; demam.

"Kau nggak sekolah?" tanya Dokja dengan suara serak.

[Name] menaruh termometer tersebut lalu mendekat ke lemari berisi manga-manga dan barang khas Jejepangan. Dia menggidikkan bahu acuh, lebih tertarik mengambil manga Tokyo Revengers.

"Nanti ketingg──"

"Sudah lah, diam Dokja. Kau perlu istirahat." balas [Name], "Habiskan buburnya, minum obat lalu tidur."

Dokja mengerinyitkan bahu. Dia pikir, dengan keadaan sakit begini akan terjadi scene manis antara mereka seperti di novel-novel. Laki-laki itu berekspetasi terlalu besar terhadap kembarannya.

"Aku sudah izin tidak akan masuk sekolah untuk mengurusimu. Selain itu jangan berfikir aku akan menyuapimu. Mandiri."

Untuk orang sakit seperti Dokja, mendapat kata sedikit tajam dari saudarinya meningkatkan rasa nyeri ditubuhnya. Dokja menggerutu dalam hati, dia nggak bisa ngomel karna tenaganya berkurang.

Kenapa tidak masuk sekolah saja kalau pada akhirnya tidak mengurusku?!

Jawabannya hanya satu Dokja; dia malas belajar.

[Name] duduk di meja belajar Dokja, membaca manga dan berhasil membuat Dokja benar-benar merasa teracuhkan.

Tolong tukar saudariku dengan adiknya Jonghyuk. Walau mulutnya tajam, seenggaknya dia pasti mengurus abangnya saat sakit!

Ting!

Ponsel [Name] tiba-tiba berdering. Gadis itu melirik sejenak dan perhatiannya terambil oleh benda persegi panjang tipis tersebut.

"Ah, iya! Benar juga!"

"Kenapa..?" tanya Dokja lesu tanpa harapan

[Name] kini menatapnya dengan tatapan membara, seakan-akan baru mendapat ide bagus.

"Sini aku suapin biar kau cepat makannya!"

Cewek itu merampas sendok dan mangkuk berisi bubur yang masih hangat, menyuapi Dokja yang ternganga akibat heran campur kaget.

Baru sadar kah dia untuk mengurusi abangnya ini?

Tak lama, bubur itu ludes. Dokja jujur sedikit mual karna kekenyangan, tapi dia tak sempat menolak beberapa suapan terakhir karna kembarannya sedikit brutal saat menyuapinya.

"Minum ini," titah [Name]

Dokja menurut dalam diam. Kepalanya pusing, perutnya mual.

Setelahnya, [Name] membantu Dokja untuk membaringkan tubuh dengan posisi ternyaman. "Kemudian tidur yang banyak."

"Tiba-tiba──"

"Kita harus ke rumah Jonghyuk besok, kau harus sembuh agar rencananya tidak berantakan!" celetuk [Name] penuh semangat.

"...."

Dokja nggak jadi seneng.

▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

OMAKE!

"Kenapa wajahmu seperti orang tak niat idup begitu?"

"...."

"Aneh. Apa semua orang sakit akan bersimulasi menjadi orang bisu? Seolhwa tak berkata ada efek begitu."

"....💢"

▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

Dia benar-benar payah menjaga orang sakit!

𝐓𝐖𝐈𝐍𝐒 ⦂ kim dokja, orv.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang