Riuhnya suara kicau burung di tangkai pohon yang berada tepat di depan sebuah rumah bergaya modern menandakan hari sudah pagi dan udara pagi ini cukup dingin, matahari yang malu-malu menampakkan diri dan memilih bersembunyi dibalik awan, emm katakanlah sedikit mendung.
Jennie sang pemilik rumah bergaya modern itu kini sedang merias diri di depan cermin yang ada di kamarnya, namun dari wajahnya ada sedikit kesedihan yang tertahan. Ibu satu anak itu sepertinya tengah memendam sesuatu dan entah harus berbagi dengan siapa? Sejujurnya, ia sering merasakan kesedihan terlebih lagi sejak seseorang yang paling berarti di hidupnya pergi. Meski begitu, Jennie masih harus terus melanjutkan hidupnya, apalagi sekarang ia memiliki gadis kecil yang menghangatkan harinya. Gadis kecil yang sekarang masih tertidur dengan pulasnya di tempat tidur.
Jennie membalikan badannya dan ia terus memandangi wajah damai anaknya yang sedang tidur. Seulas senyum hadir, namun tetap saja itu tidak bisa menyembunyikan kesedihan yang sedang hinggap di hatinya.
Jennie POV
Gadis kecil yang menjadi penyemangat hidupku kini membuka matanya, tatapannya begitu teduh dengan manik mata indahnya yang persis seperti matamu? Ah ya, tentu.
Jika ditanya, apakah aku merindukanmu? Sudah pasti jawabannya 'iya' namun, bukan berarti aku harus terus larut dalam rindu dan kesedihan yang bercampur menjadi satu. Karena saat ini aku memiliki seorang gadis kecil yang sangat cantik dan juga cerdas, gadis kecil yang selalu mewarnai hariku, Lili, aku selalu memanggilnya seperti itu.
Kini ia tengah tersenyum padaku, senyuman yang selalu menghangatkan hatiku ditengah kacaunya pikiranku. Aku sangat bersyukur.
"Myy.."
Aku tersenyum ke arahnya saat ia memanggilku dan aku pun merentangkan tanganku, memberi kode untuknya agar mendekat dan memelukku.
Gadis kecil itu sedikit berlari sambil mengucek matanya.
Ah gemas.
"Aigoo.. Anak Mommy yang cantik ini sudah bangun.." ujarku sambil membawanya ke dalam gendonganku.
Ia menggesekan wajahnya pada ceruk leherku, aku tahu apa yang ia mau namun, aku sengaja tidak langsung memberikan apa yang ia mau.
"Lili minum air putih dulu ya sayang.." kataku dan Lili menggeleng cepat di ceruk leherku.
"Idaaak auuuuuu.." pekiknya sambil mencubit kecil lenganku.
Aku terkekeh. Lili ini memang sedikit susah jika disuruh minum air putih.
"Tidak boleh begitu sayang.."
"Idaaak enaaak, Myyy..."
"Minum air putih atau tidak ada uyyu untuk hari ini?"
Lili mulai cembikan dan air matanya sudah menggenang, siap terjun bebas kapan saja setelah mendengar ucapanku. Dan aku setengah mati menahan tawaku.
Dengan terpaksa Lili mengambil gelas yang berisikan air putih dan meminumnya sampai tandas.
"Pintarnya anak Mommy ini.." pujiku untuknya dan ia langsung tersenyum manis sampai matanya menyipit.
"Kajja, kita mandi.."
Lili begitu senang saat aku masukan ke dalam bak mandi bayi. Lili menumpahkan hampir semua sabun cair ke dalam bak mandinya, saat aku hendak memarahinya namun ia memasang wajah lucunya membuatku mengurungkan niat awalku.
"Ini bukan untuk mainan!" ujarku setegas mungkin dan wajahnya langsung berubah detik itu juga, wajah yang tadi begitu ceria dan lucu itu hilang dalam sekejap dan diganti dengan wajah menahan tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetheart - Jenlisa (Shipmom)
Fiksi Penggemar"Lili auu peyihaya ubuy-ubuy, Mommy.."