6. "Ternyata Nevan sakit parah."

9 1 0
                                    

“Sudah berapa kali kau menghela nafas hari ini?” ternyata dia adalah Nevan. Memang sebelumnya Nevan mengetahui kalau Marsha ingin datang ke kampusnya. Nevan melihat postingan Instagram Marsha yang menunjukkan bahwa ia tengah di jalan menuju ke Kampus.

“Aku gagal,” Marsha melewati Nevan sambil berjalan dengan begitu perlahan. Ia masih menunduk sambil menghela nafas berkali-kali.

“Sudahlah, kau akan meruntuhkan kampus ini jika terus menerus menghela nafas seperti itu,” Nevan sedikit tersenyum sambil menyenangkan Marsha.

“Kau ada urusan apa disini?” tanya Marsha sambil menoleh ke Nevan. Melihat Marsha yang menatapnya membuat Nevan mengalihkan pandangannya. Nevan mulai terbiasa untuk tidak menatap lawan jenis, meskipun dia berbeda agama dengan Marsha.

“Saya ingin bertemu dengan dosen. Ternyata dosennya tidak ada disini, terpaksa saya datang kemari dengan sia-sia. Are you okay?” Nevan melangkahkan kakinya serempak dengan langkah kaki Marsha. Marsha hanya mengangguk mendengarkan pertanyaan Nevan.

It's okay! Sejujurnya, kau sudah melakukan hal yang terbaik. Saya apresiasi apa yang kau katakan kepada Dosen tadi. Kau sungguh hebat, Sha. Memang seharusnya begitu, memperjuangkan dan mempertahankan apa yang menjadi karyamu. Menjadi terkenal itu tak seberapa jika tidak ada edukasi di dalamnya,” Nevan terkekeh.

“Kau mendengarkan itu semua?” tanya Marsha sedikit malu.

“Tidak semua, hanya sedikit!” Nevan memperagakan bentuk sedikit itu dengan tangannya.

Melihat itu Marsha hanya tertawa. Baru kali ini Marsha bisa tertawa, padahal sebelumnya Marsha sangat kesal dengan kejadian dengan Syahna.

“Terima kasih, kau sudah membuatku tertawa hari ini,” Marsha memberikan senyuman manisnya kali ini.

“Kau sangat cantik ketika tersenyum begitu. Jangan terus menerus terpaku pada keadaan, Sha. Pada dasarnya kau bisa memilih apa yang ingin kau lakukan, kau memiliki hak untuk itu semua.” Nevan memandangi area depannya. Nevan tak memperhatikan Marsha karena takutnya mereka akan kembali bertatapan dan timbul zina.

“Terima kasih sekali lagi, Van. Maaf jika saya merepotkan, saya juga tidak sekuat yang kau pikir. Saya juga bisa jatuh sejatuh-jatuhnya jika saya tidak kuat. Demi apapun itu saya akan mencoba lebih kuat,” ujar Marsha.

“Kau berjanji akan memberikan dukungan penuh terhadap penderita kanker di Indonesia?” tanya Nevan tiba-tiba.

Marsha hanya mengangguk, “Tentu saja! Saya akan mendukung siapapun itu,”

“Termasuk saya?” potong Nevan.

Marsha menghela nafasnya, “Kau segar bugar seperti ini. Saya yakini kau tidak akan terkena kanker hingga 100 tahun kedepan! Percayalah, kau akan hidup bahagia, Van.”

Nevan hanya tertawa kecil, mereka berdua tetap berjalan bersama. Hingga tiba mereka di lokasi parkiran. Nevan menghentikan langkahnya, “Kau membawa mobil?”

“Tidak. Aku membawa motor. Sejujurnya mobilku masih rusak,” jelas Marsha ke Nevan.

“Hati-hati pulangnya,”

“Kau juga semangat bertemu dengan Dosennya. Saya berdo’a semoga Dosen mu akan datang hari ini,” Marsha tersenyum begitu manis. Nevan terenyuh melihat bagaimana Marsha memberikan tatapan yang hangat terhadapnya.

Nevan menghentikan langkah Marsha, “Sha, kau tidak akan ingkar janji, kan?”

“Emang janji apa? Saya pernah berjanji?” tanya Marsha.

“Kamu berjanji akan mendukung pasien yang menderita kanker. Kau akan berjanji, entah siapa saja yang terkena itu kan? Saya sekalipun?”

Marsha terkekeh, “Tentu saja! Saya akan berjanji. Meskipun kamu yang terkena, saya akan terus berada di sampingmu selamanya. Sampai kau sembuh! Jangan aneh-aneh, kembali ke dalam dan tunggu dosennya!”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AN UNFAMILIAR DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang