Bag 9 - Farania Arika

23 3 0
                                    

"Bertemu atau tidak, bersama atau tidak, aku akan jaga kamu selamanya."

*NoName*

*

Hari ini adalah hari senin pagi dimana seluruh murid SMA Negeri 52 Jakarta mulai berdatangan ke sekolah yang megah ini. Banyak beraneka ragam kondisi yang di alami murid sekolah ini, yaitu masih menginginkan liburan. Libur dua hari bagi mereka belum cukup, dan tentunya hari Senin adalah hari yang paling mereka benci dikarenakan adanya upacara bendera di pagi hari.

Dan kita tak lupa kalau ada dua sosok pemuda tampan yang baru saja memarkirkan kendaran roda dua mereka di parkiran, dengan gaya khas mereka masing-masing, Agha dan Rivan melepas helm lalu merapihkan rambutnya yang sedikit lepek.

"Gha, gue minta pom*de dong." ucap Rivan seraya menyodorkan tangan tepat di wajah Agha. Pria beriris abu-abu ini menatap sahabatnya jengkel, "Beli sendiri si, motor doang bagus." ucap Agha dengan nada menyindir, yang disindir pun hanya cengengesan.

Setelah mereka beradu mulut dan ia terkejut ketika suara bel sudah berbunyi, dengan cepat mereka bergegas menuju kelas, mereka takut kalau bertemu Pak Setyo disini, bisa-bisa Guru killer itu menjadikan bahan tontonan di upacara nantinya.

Agha dan Rivan bergidik ngeri ketika membayangkan bagaimana itu akan terjadi kepada mereka lagi. Dan baru saja mereka ingin menaruh tas mereka, Pak Setyo sudah berdiri di ambang pintu kelas sembari menepuk-nepuk tangan menggunakan penggaris keramatnya.

"Gha, kok gue mendadak merinding, ya?" Rivan mengusap-usap kedua telapak tangannya.

Agha mengernyitkan dahi, "Apaan dah, tuh, Pak Setyo ada di pintu kelas." ucapnya sembari menunjuk Guru killer itu menggunakan dagunya.

"Selow kita ga ke -

- apa kalian ga mendengar suara bel tadi?" sela Pak Setyo dengan nada jengkel.

"Cepat berbaris di lapangan ucapara sekarang!" mereka berdua langung lari ngibrit melewati Pak Setyo yang sedari tadi menatap mereka dengan tajam.

"Awas aja kalian lari ke kantin!"

©

Setelah upacara bendera mereka langsung menuju kantin sekolah yang tak jauh dari kelas mereka, dan benar seperti dugaan, mereka dijadikan bahan tontonan di upacara bendera dan tentunya Agha dan Rivan sangat malu saat itu.

Mereka melihat sekeliling kantin sembari mendecak karena dipenuhi nyaris seluruh murid di sekolah ini.

"Gimana nih? Penuh."

"Gue tau." Agha juga bingung mengapa kantin bisa cepat penuh seperti ini, ia lapar dan juga haus, ia harus segera melakukan sesuatu agar mereka dapat kebagian makanan dan minuman di kantin ini.

Tanpa di sadari oleh mereka berdua, Naya dan Vanka datang menghampiri Agha dan Rivan dengan membawa minuman mereka masing-masing. Tanpa disangka Rivan menyambar minuman di tangan Vanka dengan cepat.

"Wah makasih banget ini hehe ... " ucap Rivan seraya cengengesan membuat Agha menepuk wajah dengan tangan kanannya. Ia malu. Sungguh.

SAGHARA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang