Aku pergi pulang sambil mecoba untuk menghubungi Jun kembali, mungkin tadi aku terlalu menghayati sehingga suara telepon tidak terdengar. Jun mengangkat telepon dan bertanya mengapa tidak menjawab teleponnya, aku menjelaskan semuanya hingga alasan kenapa teleponnya tidak terjawab.
Wajahnya langsung berubah, menunjukkan dia sedang cemburu karena aku bisa dengan tidak sadar kalau teleponku berbunyi.
"Udah, nanti beli aja," kata Jun
Aku tertawa.
"Gak usah ketawa, aku bukan cemburu ya.. ini itu namanya berjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan, gimana kalo nanti kamu jadi deket sama dia gara-gara kucing itu, terus kamu jadi suka terus lupain aku?"
"Waspada sama cemburu beda tipis ya, Om,"
"Ikh, bukan cemburu ini namany-"
"Haha, oke-oke. Kamu udah sarapan?"
"Udah, tadi kamu lama banget ya udah aku sarapan duluan,"
"Hehe maaf ya, soal dia bos aku gak enak juga kalo ditolak,"
"Jadi lebih mentingin bos kamu ya daripada calon suamimu ini,"
"Eh? Calon suami? Jangan buat aku terbang ya Jun, nanti aku tabok kamu,"
"Sini, aku mau dong." Dia menunjukkan wajah meledeknya.
"Udahlah kalah aku, lagian bukan aku gak pentingin kamu sayang. Itu namanya sopan santun, kalo udah diajak berkali-kali gak enak kalo nolak,"
"Oke, untuk saat ini anda saya maafkan,"
"Terima kasih Yang Mulia,"
"Baiklah, Yang Muliamu ini harus pergi mencari nafkah untuk rakyat jelata seperti kamu, saya pamit dulu,"
"Baik Yang Mulia, rakyat jelata ini menaruh harap yang lebih. Haha,"
"Ya udah aku pergi kerja dulu ya, jangan lupa sarapan sama mandi,"
"Iya sayang,"
"Love you,"
"Love you too."
Telepon mati.
Aku bersiap untuk pergi kuliah, membuat sarapan, memakannya dan bergegas. Di kampus melewati hari seperti biasanya tidak ada yang special. Setelah selesai sekitar pukul 14.30, aku pergi ke cafe untuk meminum secangkir kopi sambil menelepon Jun.
Saat pertama kali mengangkat, Jun tiba-tiba membuat wajah dan suara lucu, tiba-tiba kamera berubah hitam setelah mendengar seorang wanita masuk ke dalam ruangannya. Sepertinya sekretaris dia sedang memiliki urusan, aku meminum kopi sambil sesekali mendengar perbincangan mereka. Terdengar suara kursi yang bergeser dan langkah kaki yang semakin lama semakin jauh. Suara mereka juga menghilang, sepertinya mereka pergi keluar ruangan.
Aku mengabaikannya dan kembali fokus kepada kopiku, melihat ke arah jam yang menunjuk pukul 14.45, aku mematikan telepon dan segera bergegas ke restoran. Sesampainya di sana, aku langsung melihat pria itu lagi yang sedang sibuk dengan meja kasir, aku menundukkan kepala, tersenyum dan pergi mengganti baju.
Lagi-lagi aku bertemu dengan Lidia yang tersenyum lebar, akhir-akhir ini dia terlalu banyak tersenyum. Biasanya dia akan membuat cerita-cerita sedih, seolah-olah hidupnya adalah yang paling kelam. Aku keluar toilet dan mulai bekerja. Manager itu terus melihatku, sesekali aku menatap balik dan tersenyum canggung. Sekitar pukul 21.15 aku sudah selesai bekerja, merapikan meja-meja dan menutup toko. Manager itu berjalan ke arahku.
"Mau pulang bareng?" tanyanya
"Hm? Oh, enggak Pak. Bapak duluan aja, soal saya juga harus mampir dulu ke toko sebelah,"

KAMU SEDANG MEMBACA
TERNYATA KAMU
RomanceSeorang gadis bernama Sya yang menjalani kehidupan percintaaan dengan penuh lika-liku, banyaknya rintangan membuat hubungannya itu dalam kondisi buruk. Dapatkah Sya menyelamatkan hubungannya? ataukah ia harus merelakan semua dan menjalani kehidupan...