Bagian 7

1 0 0
                                    

"Aku gak akan ngalah sama Papah Sya, aku bakal terus perjuangin hubungan kita, meski aku tau dari awal hubungan ini orang tua aku gak pernah restuin kita, perlakuan mereka ke kamu juga pasti ngebuat kamu sakit hati dan gak akan pernah bisa kamu lupain. Tapi yang aku tau kamu pantes Sya buat aku perjuangin," ucapku

****

TOK..TOK.. Suara ketukan pintu

Aku mengabaikan ketukan itu sebentar, menarik nafas, mengembalikan foto di tempat semula dan berdiri membukakan pintu. Ternyata Yeona yang sedang berdiri di depan kamarku, sejujurnya aku sedikit kesal dengan keberadaan dia.

"A-aku, disuruh ajak kamu makan," kata Yeona

Aku menatap tajam dia dan pergi keluar, berjalan ke arah meja makan dan melihat orang-orang yang sebenarnya tidak ingin aku lihat. Aku duduk di samping ibuku dan entah kenapa orang-orang ini sangat memaksakan putrinya untuk bersamaku sampai-sampai harus duduk bersebelahan.

"Bagaimana kalau acaranya kita percepat jadi bulan depan?" tanya ayah Yeona

Aku terkejut, memberhentikan makanku dan menatap ayahku.

"Haha, kecepetan bro ngebet amat. Santai ajalah," jawab ayahku

"Haha, iya Appa, maaf om Appa memang kalo ada yang diinginin suka ingin buru-buru saja. Um, ya udah gimana kalo kita adain BBQ saja?"

"Maaf saya gak bisa, ada proyek yang harus saya selesaikan,"

"Kamu ini Jun, kerja aja yang dipikirin. Proyek bisa diselesain nanti, inikan cuma sekali-sekali aja,"

"Tapi Pa-"

"Udah-udah, pokoknya hari ini kita harus ngadain acara keluarga yang meriah!"

"Haha iya dong om, kalo gitu aku sama Jun aja deh yang belanja bahannya?"

"Tapikan udah ada asisten, kenapa harus kalian?" tanya ibuku

"Hehe, iya tante,"

"Ish, udah biarin aja mereka biar bisa keluar bareng. Udah sana Yeona ajak Jun keluar biar dia tau kalo dunia luar itu ada,"

"Hehe, oke om. Ayo Jun." Yeona menarik tanganku.

Aku yang hanya bisa pasrah mengikuti apa kemauan Sang Tuan Putri ini, kami pergi ke sebuah minimarket. Karena aku memiliki trauma dengan mobil, jadi kemanapun aku pergi, pasti harus bersama supir. Bodohnya aku malah duduk di belakang karena aku memang sudah biasa duduk di belakang, alhasil Yeona jadi bisa duduk bersama denganku.

Yeona menyenderkan kepalanya di bahuku, dia terus-menerus mendekatkan tubuhnya ke arahku. Aku sedikit risih dan menggeser badanku ke arah lain. Tiba-tiba Yeona mengambil tanganku, di taruhnya di atas paha dia.

"Kalau kita emang jodoh, apapun halangannya, meskipun kamu gak mau sama aku, kamu gak bakal bisa lawan takdir, aku yakin takdir kita emang udah satu dan emang harus bersatu," ucap Yeona

Aku menarik tanganku dan membuang muka ke arah jendela, sambil menggerutu dalam hati 'aneh'. Beberapa menit kemudian, kami sampai di minimarket, Yeona langsung turun dan membukakan pintu mobilku.

Berjalan ke arah minimarket dan mengambil trolly. Yeona melihat-lihat daging yang akan kami beli, tiba-tiba datang seseorang yang biasa menawarkan produk.

"Hai mba-mas, wah sepertinya kalian pengantin baru. Mau bakar-bakar ya? Kami di sini memiliki daging yang berkualitas dan tentunya cocok untuk kalian yang lagi honeymoon," ledek orang itu

Aku mengabaikannya dan pergi begitu saja. Sedangkan Yeona masih di sana dan terdengar dia berbicara dengan orang itu, "Tolong doakan kami ya,"

Aku pulang bekerja, hari ini aku sengaja pulang sendiri agar Jun tidak salah paham denganku. Dari kejauhan terlihat seperti Lidia yang sedang berdiri di depan rumahku, aku mendekatinya. Ia menghadap ke arahku dengan wajah sedih dan tatapan kecewa. Aku mencoba untuk menghibur dia meski tidak tahu apa masalahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TERNYATA KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang