🐺🐺
-
Dari jauh matanya bisa melihat plang bertuliskan XII IPS 2, sesuatu yang tidak asing baginya selama satu bulan kebelakang ini. Kaki jenjang nya bergerak masuk ke dalam kelas tersebut, keadaan ruangan sudah lumayan ramai karena memang dirinya datang cukup siang.
Beberapa orang mencuri pandang ke arah nya tetapi seperti kebiasaannya, ia akan mencoba menjadi acuh kepada mereka, si orang penasaran.
Dirinya bisa bernafas lebih leluasa setelah duduk di kursinya. Perhatian nya tercuri oleh seorang pemuda yang menjadi teman sebangku nya sejak hari pertama berada di kelas ini
"El nonton apa lo?" suara berat itu mengudara membuat pemuda di sebelah dirinya tersentak, Gael. Pemuda itu menoleh kearah nya "ih Dewa! Gue kaget tau" Dewa hanya tersenyum saat melihat ekspresi wajah Gael. "Sorry, gue gak tau lo se fokus itu" tutur Dewa "emangnya lo lagi nonton apa?" ia tampak penasaran dengan layar ponsel teman sebangku nya
Gael kembali menghadap ponselnya "nonton paranormal experience, serem banget tau Dew" jelas pemuda itu "halah lebay, itu mah lo kali yang penakut" ledek pemuda yang berbeda lebih besar "enak aja, mana ada gue takut. Buktinya gue berani duduk di sebelah lo"
"Jadi maksud lo gue setan?" cecar Dewa "lebih serem malah" jawab Gael dengan entengnya. Dewa mendengus "mana pernah gue nyeremin" pemuda itu membantah pendapat Gael
"Kalau lo enggak serem gak mungkin anak kelas gak ada yang mau duduk sebangku sama lo" sahut Gael "mereka mau kok, cuma.. " Gael menunggu pemuda itu melanjutkan ucapannya "cuma apa?" tanya Gael
"Cuma gua maunya duduk sama lo."
Perbincangan mereka tidak berlanjut lebih jauh karena pelajaran hari ini sudah di mulai, baru jam pertama tetapi Dewa sudah merasa bosan saat melihat papan tulis yang penuh dengan angka dan rumus-rumus.
Bahkan disaat jam kedua dan ketiga Dewa sudah hampir tertidur jika Gael tidak menepuk pundaknya. Pemuda itu mengancam nya untuk terus terjaga atau Gael tidak akan mau memberi jawaban kepada Dewa.
Waktu istirahat adalah hal yang paling menyenangkan untuk Dewa. Pemuda itu terlihat segar kembali daripada tiga jam kebelakang. Dewa menatap Gael dengan penuh semangat.
"Ayok kantin" ajaknya "duluan gue mau selesain ini dulu" Dewa melirik malas buku di hadapan Gael, menurutnya kelakuan Gael yang seperti ini tidak bisa dibiarkan.
Dewa menarik tangan Gael untuk segera bangkit dari duduknya "Dewa!" Ia berusaha tuli tidak mendengarkan rengekan dari Gael. Pemuda itu masih menggenggam tangan Gael sampai keluar dari kelas, di lorong sekolah Gael sudah tidak memberontak, pemuda itu terlihat sudah pasrah di bawa Dewa menuju kantin.
"Lo nyebelin" sudut bibir Dewa terangkat "hargain waktu istirahat lo" ucap Dewa. Gael mendengus, kemudian hanya diam sepertinya pemuda itu masih kesal akan sikap Dewa.
Dewa juga tidak berniat membuka pembicaraan kembali, pemuda itu hanya merasa ingin segera berlalu dari koridor sekolah karena Dewa sadar setiap orang di koridor itu menatap kearahnya
Dewa juga tahu mereka membicarakannya disaat ia sudah berlalu atau mungkin ada beberapa orang yang ingin menyapa Gael tapi urung akibat kehadiran dirinya
Tapi Dewa tidak peduli, toh mereka sendiri yang bertingkah layaknya tikus sedangkan Dewa seberani harimau. Ia tidak pernah mencoba menyakiti mereka, tetapi orang-orang di sekolah sudah takut hanya dengan melihat matanya.
Tepukan Gael pada bahunya berhasil menarik Dewa keluar dari pikirannya. Ia menatap Gael penuh tanya "bengong aja, gue tanyain mau makan apa juga" cibir Gael, Dewa terkekeh "samain sama lo aja" jawabnya. Gael mengangguk kemudian berlalu pergi memesan makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NISKALA
RomanceBagaimana jika hadirnya seseorang teman baru malah membuat hatimu berantakan, bahkan mungkin hadirnya orang itu adalah badai bagi beberapa insan lainnya. Tetapi malam itu kamu mengerti tentang satu hal yang selalu ibumu ucapkan sewaktu belia. "Ban...