13. Nobody Gets Me Like You

146 16 16
                                    

🐺🐺

Dewa terlambat datang ke sekolah karna bangun terlalu siang. Ia tidak bisa menyalahkan siapapun karna tidak ada siapapun di rumah.

Ia hanya menyalahkan dirinya sendiri karna lupa mengatur alarm untuk pagi ini.

Dewa pergi ke sekolah tanpa sarapan karna Dewa takut Gael menunggu dirinya.

Ia takut membuat Gael terkena masalah karnanya.

Tetapi Dewa bersyukur saat Bunda Gael memberitahu Dewa bahwa Gael sudah pergi sekolah di antar ayah.

Dewa tidak peduli bahwa fakta saat ini gerbang sekolah sudah di tutup dan Dewa tidak bisa membawa motornya masuk ke parkiran.

"Masa gak bisa pak, saya baru telat 10 menit" Dewa mendengar percakapan seseorang dengan satpam sekolah.

"Maaf Dam, saya gak berani bantu takut kena omel sama Pak Jaya" sahut satpam sekolah.

Ia turun dari motor dan mendekati dua orang tersebut.

"Pak" Dewa menyapa "nah ini malah nambah satu lagi" satpam itu geleng-geleng kepala.

Dewa tidak membalas apapun, "masih apel?" ia berusaha melirik lapangan sekolah yang ternyata masih ramai "masih, nanti kalau udah selesai baru bisa saya buka"

"Kelamaan atuh pak. Keburu Pak Jaya dateng" Damar menimpali.

"Kalau gak mau di samper sama Pak Jaya ya jangan telat atuh Dam" satpam itu membalas.

Dewa tidak lagi bersuara, ia mundur kembali ke motornya.

Menurutnya percuma membujuk satpam sekolah ini. Pria berbadan besar itu tidak akan luluh.

Saat tubuh Damar berbalik pandangan mereka bertemu.

"Tumben sendiri" celetuk Dewa saat pemuda itu berlalu di sebelah "kemana teman-teman lo?" tanyanya.

"Bukan urusan lo" ketus Damar.

Kedua bahu Dewa terangkat, "mau ikut gue gak?" ia mengajak Damar.

"Gak mau" tolak pemuda itu.

"Ya udah kalau begitu selamat menikmati hukuman dari Pak Jaya."

Dewa bersiap pergi dengan motornya tetapi tiba-tiba Damar menghalangi.

Ia menoleh ke arah Damar, "lo mau kemana?" tanya Damar "rahasia" jawabnya "gue serius bangsat!"

"Galak"

Dewa geleng-geleng kepala, "lo nyebelin" timpal Damar.

"Misi dong gue mau cabut" ujar Dewa kepada Damar yang setia berdiri di depan motor.

Pemuda itu mendengus, "tunggu, gue ikut" seringai kecil tercetak di wajahnya.

Dewa hanya geleng-geleng kepala, "dasar gengsi" cicitnya.

Motor Damar mengikuti Dewa dari belakang. Ia mengendarai motor menuju tembok belakang sekolah.

Dewa memarkirkan motor ke sebuah warung di sebrang jalan dan hal itu di ikuti oleh Damar.

"Lo serius mau masuk lewat sini?" Damar menunjuk tembok sekolah yang cukup tinggi.

Ia dengan mudah mengangguk, "tapi ini tinggi anjing" keluh Damar "gimana bisa kita naik ke atas?"

Dewa maju mendekati tembok tersebut, "lo naik ke pundak gue" ujar Dewa "hah?" Damar terkejut.

Tubuh Dewa sedikit menunduk agar Damar bisa naik, "buruan naik mumpung masih apel" ia melirik Damar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NISKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang