8. bertemu mamanya Anzo

1 1 0
                                    

Happy reading...

Deretan lemeri yang dipenuhi berbagai macam buku tertata rapih pada sebuah ruangan, ruangan yang menjadi tempat untuk menambah wawasan di kala waktu kosong.

Tepat di sana, terlihat Hazel berjalan perlahan-lahan melirik satu persatu buku.

"Udah gue putar ni satu ruangan, tapi nggak ketemu juga." lalu dengan kesal dia mengambil sebuah buku dengan berat hati, karena tidak sesuai dengan keinginannya. Segera Hazel mencari kursi kosong untuk di dudukinya.

****

Dua menit yang lalu bel telah berbunyi, pertanda seluruh siswa akan kembali kehabitatnya. Namun berbeda denga Hazel, dirinya masih terlihat satai disebuah halte depan sekolah.

Gerakan kakinya mengikuti irama musik yang diputar pada handphonenya, hingga dia terhanyut dengan gerakan dance itu.

"Hei!"

Hazel sama sekali tidak mendengar sapaan tersebut. Hingga sebuah sentuhan tepat di bahu Hazel.

Sontak Hazel terkejut, "jangan lancang ya, lu!" Namun seketika dia menjadi salah tingkah. "Hmm sorry. Ya, habisnya lo ngangetin gue."

"Ngga balik?"

"Menurut lo?"

"Maksud?"

"Hmm Anzo, coba deh lo pikir sendiri, gue lagi ngapain di sini!"

"Oh, oke. Duluan!!"

"Eh, eh, eh tunggu dulu dong, main nyerocos aja, kek jelangkung tau!"

"Apa?" tanya Anzo tanpa melirik.

Hazel tersenyum lebar, "please gue nebeng, ya! Please! Please!"

"Jemputan lo?"

"Ngga tau, kapan nyampenya," jawab Hazel

"Yaudah."

"Hmm makasih," Hazel tersenyum.

"Untuk?"

Hazel mentap Anzo, lalu menghembuskan nafasnya kasar, "ya karena lu mau nganterin gue balik."

"Emang gue bilangnya gitu?"

"Iy!"

"Kapan?"

"Lah, tadi lu bilang yaudah, artinya lo mau ngantarin, kan?"

"Yaudah nunguin!! Maksud gue gitu!!"

"Astaga tegaan amat lu ama cewe!"

"Hmm naik!" pasrah.

Motor milik Anzo melaju begitu cepat sehingga melambung beberapa kendaraan yang lain.

"Dimana?" tanya Anzo dibalik desing deruan berbagai kendaraan.

"Apa-an?" balas Hazel dengan suara volume suara yang agak tinggi.

"Rumah lo!"

"Ya elah, di bumi lah masa di mars sih. Hahah kan nga lucu."

"Nga bercanda!"

"Sama, gue juga. Lurus aja nanti gue arahin."

Kembali keduanya terdiam, hingga di menit berikutnya handphone milik Anzo berdering. Segera ia menetepi dan menerima telephone.

"Apa?" Anzo terlihat begitu cemas. "Baik aku segera ke sana." raut wajahnya begitu terlihat cemas di tambah lagi dengan getaran suaranya yang tidak seperti biasanya. Sehingga membuat Hazel terdiam dan berpikir keras, juga sungkan untuk melontarkan pertanyaan. Kendaarannya kembali melaju. Hingga akhirnya berhenti pada parkiran milik sebuah rumah sakit.

ANZO BASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang