Happy reading
Kini langit telah gelap, waktu telah menunjukan pukul 09:53 berapa detik lagi akan pukul 10:00 malam, namun Anzo masih saja memainkan gitar miliknya. Hingga akhirnya tenggorakannya terasa haus, yang saat ini dibutuhkan adalah minuman penyegar. Hal itu membuat Anzo beranjak dari tempat duduk, melangkah dan berhenti tepat di depan pintu kamar, membuka perlahan lalu melanjutkan kembali langkahnya, tidak lupa menutup kembali pintunya.Karena kamar Anzo yang berada di tingkat, dia harus menuruni beberapa anak tangga agar sampe di dapur. Seluruh anak tangga itu telah dilewati Anzo dan beberapa langkah lagi akan smapai pada tujuannya, namun langkah itu terhenti ketika melihat sebuah adegan yang seharusnya tidak perlu dilihat.
Disana terlihat dua insan yang sedang menikmati secangkir teh dan bergandengan sambil menatap layar TV. Anzo mengurungkan niat untuk perge ke dapur, dia malah menuju pada dua insan yang sedang membelakangi dirinya.
Belum berhadapan, Anzo langsung angkat bicara, "Tanta ngga punya rumah atau gimana?!" Satu kalimat itu keluar secara spontan tanpa berfikir panjang, kedua insan tersebut langsung berbalik ke belakang.
Pria yang berstatus sebagai kepala keluarga memandang Anzo dengan tatapan tanjam, kedua tangannya terkepal erat.
Anzo yang memahami hal itu langsung maju di hadapan pria dan wanita parubaya tersebut. "Dimana pikiran papa, hah?! Di saat mama membutuhkan sosok yang mampu menguatkannya, papa malah main gila sama cewek lain?! Dimana hati nurani milik papa?!" Dirinya sudah berada di abang batas, emosinya tidak dapat tertahan. "Pah, saat ini Anzo masih menghargai papa! An dan mama masih butuh papa, lalu kalau sikap dan kelakuan papa yang seperti ini, apa yang harus An lakukan?! Haruskah An menghargai anda sebagai Pap-"
"Cukup Anzo! Kamu udah kelewatan batas! Kamu mulai ngelawan ya, sekarang sama papa?!"
Anzo tersenyum sinis saat mendengar setiap kata pria yang notaben sebagai papanya, "apa kata papa?! Ngelawan? Itu semua karena papa! Sikap aku berubah karena papa! Papa yang mengubah sebuahnya! Pah, An ngga bakalan kaya gini kalau papa berubah. Bertemu dengan WANITA YANG NGGA JELAS SEPERTI DIA!!" setiap kata Anzo mengandung perkataan, jari telunjuknya pun tertuju pada wanita yang berada di belakang papanya.
"KURANG AJAR KAMU, ANZO!!"
PLAK!
"Tampar aja terus pak! Tampar! hingga pikiran dan hati papa terbu-"
"Pergi kamu!! Papa muak lihat kamu!"
Kalimat itu membuat garisan miring pada wajah kiri Anzo. Ya, dirinya sedang tersenyum sinis. Dirinya langsung berbalik meninggalkan kedua insan tersebut.
***
Motor Anzo berlaju begitu cepat, melambung setiap kendaraan lain. Pikirannya begitu kacau. Setiap kenangan dan kejadian yang telah di lalu bersama kedua orang tuanya melayang-layang di pikiran, hal itu semakin membuat dirinya melajukan motor.
Kini dia telah berada di sebuah taman. Terlihat sepi, hanya beberapa remaja yang berlalu-lalang.
Anzo tidak mencari tempat duduk untuk di duduki olehnya, melainkan berjalan menuju sebuah pohon begitu besar. Di situ dia meluapkan segala amarah, kekesalan yang menghantui pikirannya.
Tangannya mengepal. Satu tonjokan langsung di lepas untuk menonjok batang pohon yang berada di hadapanya. "ini karena telah nghianatin mama!"
Lalu dia kembali menojok menggunakan tangan kirinnya. " ini karena telah nghianatin aku!"
Tanganya kembali menonjok batang pohon tersebut sekuat tenaga, secara berualang-ulang dengan kecepatan. Sambil menonjok, "INI UNTUK SEMUA JANJI YANG SUDAH KAMU INGKARI, PAH!!"
"Arrgghh!! Anzo benci papa!! Anzo... Benar-benar benci kamu...!!"
Anzo menyandarkan tubuhnya di pohon, tubuhnya tidak lagi kuat berdiri hingga perlahan-lahan tubuhnya terjatuh, kini dia telah duduk, tanpa beralas apapun.
Tanpa disadari tetesan demi tetesan telah membasai pipi, namun pada sudut bibirnya sedang berusaha tertawa secara terpakasa. "ha ha haha lo bodoh Anzo!! Lo bisa hidup tanpa dia! Lo bisa jaga dan lindungi mama sendiri!! Lo udah dewasa! Jangan bersikap bodoh." Anzo kembali terdiam, memandang langit yang terlihat cerah sesaat, lalu dia kambali mengahadap kebawah. Menarik nafas, membuang secara perlahan, "tapi... apa gue bisa?" wajahnya terlihat lesuh.
Saat ini seorang Anzo benar-benar down, dia sangat membutuhkan seseorang untuk menguatkan dirinya, mengembalikan semangat, namun pada siapa? Hanya ibunya saja, hanya saja dia tidak ingin membuat ibu terasa terbebani.
***
"Mas, apa yang kamu lakukan tadi itu tidak baik untuk mentalnya!" ucap wanita yang sedang bersama papanya Anzo, entah apa status dari wanita tersebut.
"Itu tidak mungkin, dan kamu tidak perlu khawatir, ya. Yaudah sekarang kamu istirahat. Ini udah waktunya kamu istirahat."
***
"Oongh, Aku udah cape! Kenapa mereke bawa kamu? Kamu jangan ikut mereka! Aku mau kamu di sini.."
Samar-samar suara itu membangun Anzo yang tertidur dibawah pohon. Dia berusaha menyesuaikan mata dengan cahaya lampu yang berada di taman.
Dia menyipitkan matanya, berusaha melihat sosok pria yang sedang berjalan tak beraturan di jalan raya, dengan sebotol minuman ditangan. Teryata sosok itu merupakan pria yang bersuara dari tadi.
Anzo melirik jam yang yang berada di tangannya, waktu telah menunjukan pukul 02:18. Dia pun terpikir untuk segera pergi ke rumah sakit, tempat dimana mamanya di rawat.
Motornya melaju di tengah jalan, suasana jalan begitu sepih. Berapa menit kemudian Anzo telah sampai di rumah sakit, segara dia menuju ruangan yang di tempati mamanya. Setelah sampai, Anzo langsung membuka pintu ruangan tersebut dan menemui ibunya berbaring di atas bangkar, namun wanita itu tidak tidur, dapat di lihat Anzo bahwa mamanya itu sedang gelisah.
"Mah! Kok mama ngak tidur? Ini kan udah jam dua?"
Bukan jawaban yang di lontarkan oleh wanita parubayah itu, melainkan senyuman yang diberiakan.
"Kan, udah mama bilang. Jangan kesini malam-malam! Fokus aja dulu sama pelajaran besok kamu dan ngga baik juga kalau kamu ke sini jam segini," ujar mamanya memperingati.
Kata-kata yang dikeluarkan dari wanita parubayah itu dapat membawa kedamain dihati Anzo.
"Mah, An pengen di peluk!"
Wanita itu tersenyum, "sini!"
Walau dalam keadaan tertidur, Anzo berusaha agar dapat memeluk mamanya, berusaha memcari tempat ternyaman. "An sayang bangat sama mama, An pengen nemani mama tiap hari. Mah jangan lepasin dulu ya,"
"Iy sayang."
Beberapa detik kemudian Anzo melepaskan pelukan, "sekarang mama tidur aja, ya!"
"Kamu juga harus tidur, An!"
"An akan tidur jika mama udah tertidur."
Tanpa berpanjang lebar, mamanya pun akhirnya tertidur. An yang sedari tadi memandang wajah wanita tersebut, membuatnya langsung mencium dahi wanita tersebut.
An memegang tangan kanan milik wanita parubayah tersebut dengan kedua tangannya, dirinya menatap lekat wanita yang berstatus sebagai ibunya.
Terimakasih ya udah baca cerita ini
Maaf kalau banyak typo
💜
KAMU SEDANG MEMBACA
ANZO BASKARA
Teen FictionCinta merupakan hal yang tidak dapat di tolak dan di hindari ketika telah di rasakan, seperti halnya yang terjadi pada gadis cantik, Hazelia Latasha Putri Maheswari anak dari seorang pengusaha ternama di daerah tempat dia tempati. Dirinya mencintai...