Happy readingLov
Pancaran sinar matahari pagi jam 07:46 begitu sangat silaw, siapun yang berada di luar pasti akan menyipitkan mata, di tambah lagi panas yang mampu membuat kulit terasa perih. Di bawah tiang bendera, berdirilah dua siswa yang sedang memberikan hormat kepada tiang bendera, walau tidak di adakan upacara, melainkan mereka di beri hukuman oleh bu Wina, guru yang terkenal begitu killer.
"Hazelia! Itu tangan lagi hormat bendera atau hormat matahari?" teriak ibu Wina yang lagi mengawasi mereka dari kejahuan.
Hazelia memperbaiki gaya hormatnya. "kapan sih hukumannya berakhir? Repotasi gue bakal hancur ni," katanya pada diri sendiri. "Mana panas lagi, mata gue bisa cipit ni," sambungya.
"Diam lu!" Pinta An.
"Serah gue, yang ngomong kan gue, ngpain lu yang marah?" kesal Hazel.
"Telinga gue yang dengar!"
"Kan bisa lo tutupin! Bisa kan?!"
An tidak lagi mengiraukan kata-kata Hazel, dia lebih memilih untuk diam.
Beberapa detik kemudian Hazel menekuk dahi, mengedip-ngedipkan matanya berkalai-kali, tangan yang awalnya memberi hormat kini tengah memijit dahi. Mata terasa susah untuk di buka, tubuhnya terasa lemas, begitupun dengan kepala yang mulai terasa pusing. Tak terasa tangannya telah bergemetaran.
"Astaga! Kok, kok baden gue lemas sih?"
Anzo yang memalingkan wajahnya melihat tingkah Hazel, lalu kembali menghadap tiang bendera, "Zeli! Ngga usah ekting lu, kalau ben...."
Ucapan An terhenti ketika tubuh Hazel telah tersungkur jatuh di tengah lapangan, tepat di samping Anzo. "Zeli, ekting lu kaga lucu, bangun lu." Anzo benar-benar tidak menghiraukan Hazel.
Tiba-tiba terikan ibu Wina bergema, "Hy kamu siswa baru, itu Hazelianya kenapa?"
An mentap Hazel, lalu memalingkan wajahnya pada Ibu Wina, "ekting bu."
Terlihat dari jauh, wajah Ibu Wina merasa cemas, segera dia menghampiri Mereka.
"Apa kamu bilang ekting? Kamu bisa lihat tidak? Hazelia sampe udah nyium Tanah indonesia kamu masih bilang ekting? Cepat kamu bawa dia ke UKS."
An berdecak kesal, lalu mengangkat Hazelia seperti seorang pangerang yang mengendong putri tercintanya.
Anzo menatap Wajah Hazel tanpa ekspresi, "Nyusahin," kesalnya, lalu di menatap kembali wajah Hazel, "cantik." satu kata itu berhasil keluar dari mulut An, kata yang ingin sekali di dengar oleh seleruh kaum Hawa.
______
Hazel memijit pelipis, ekspresi wajah Hazel terlihat seperti merasakan kesakitan. Perlahan-lahan dia membuka mata, awalnya terlihat buram, sehingga dia tidak dapat menebak pria yang berada di samping yang tengah memandangnya, karena terlihat begitu buram, Hazel kembali menutup matanya lagi, hingga ke detik berikutnya dia dapat melihat dengan jelas pria yang berada di samping.
Segera dia bangun dan langsung menyandarkan tubuhnya, "Ha.."
"Ni," An menyodorkan sebuah gelas yang berisikan teh hangat.
Hazel tersenyum, "Kok lo tau aja deh apa yang mau gue, tapi yang ikhlas napa! Ihklas kaga ni? Kalau ngga ikhlas gue ngga mau minum, entar perut gue sakit."
"Bacot! Minum doang ribet amat." Anzo makin terlihat kesal.
"Iy gue minum, tapi lo ikhlas kaga?"
"Lo yang minun apa gue yang minun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANZO BASKARA
Novela JuvenilCinta merupakan hal yang tidak dapat di tolak dan di hindari ketika telah di rasakan, seperti halnya yang terjadi pada gadis cantik, Hazelia Latasha Putri Maheswari anak dari seorang pengusaha ternama di daerah tempat dia tempati. Dirinya mencintai...