4. bobroknya Hazel

2 1 1
                                    

Selamat membaca
HAPPY READING

Tangan Hazel lagi beradu dengan tali-tali sepatu, butuh beberapa detik agar tali sepatu dapat terikat rapi.

"Non, brangkat skarang?" tanya sang supir pribadi.

"Bentar ya pak, Hazel telphone Alee dulu." Baru saja menyalakan handphone, jelas terlihat sebuah notifikasi pesan whatsAp dari Alee, segera Hazel membuka. Membaca pesan tersebut membuat wajah Hazel cemberut.

"Pah, ma, Hazel berangkat dulu ya." teriak Hazel dari teras rumah.

____

Di perjalanan menuju sekolah tiba-tiba mesin mobil mati, "Loh, pak ko mobilnya mati," Tanya Hazel, di melirik jam di tangannya.

"Tidak tau Non, saya periksa dulu ya." kata supir lalu keluar dari mobil untuk memeriksa.

Tiga menit telah berlalu, Hazel mulai merasa resah, karena ia takut jika terlambat. Hazel menurunkan kaca, mengeluarkan kepalanya, "Pak, masih lama ya? Kalau masih lama, Hazel naik taksi aja, takut telat." dia pun keluar dari mobil. "Hazel naik taksi aja, pak." supir mengangguki apa yang di katakan oleh Hazel. Segera dia kembali membuka pintu mobil untuk mengambil tas, namun tangannya terhenti ketika mendengar deruan bunyi motor, terdengar jelas percakapan antara pemilik motor tersebut dengan sang supir, bagi Hazel suara itu tidak terlalu asing, sehingga dengan cepat dia mengambil tas.

Mata Hazel melotot tidak percaya, apa yang di pikiran benar benar nyata. "An?" panggilan itu membuat percakapan antara Anzo dan supir terhenti. "Emangya jodoh tu ngga bakal kemana."

"Temannya Non?"

"Iy pak," jawab Hazel sambil tersenyum gembira.

Sedangkan An wajahnya sama sekali tak berekspresi, yang jelas datar.

"Boleh kan den, kalau Non Hazel sama Aden perginya bareng."

An menatap Hazel dengan tatapan yang kosong, lalu kembali menatap Pak supir. "Boleh,"

Sungguh, Hazel benar-benar tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh seorang An, pria yang selama ini bagaikan hewan liar, yang selalu ingin menjauh dari makhluk lain.

An melirik jam tangannya, berapa menit lagi kelas akan di mulai, sehingga Anzo mengajak Hazel dan langsung berpamitan.

Namun, ekspresi wajah Hazel seketika berubah, Hazel menatap An, "An, lu mau gue jatuh? Ini tepat duduknya kecil bangat. Bisa bisa gue bakal beda alam sama lo."

An yang baru hendak memakai helem, kini terhenti akan ocehan halus yang di keluarkan dari mulut Hazel.

Motor yang di bawah An ini berbeda dari motor yang kemarin, sebuah motor sport bermerek yamaha xsr 155, menurut Hazel tempat duduk di belakang terlihat kecil baginya, sehingga dia berfikir tidak muat untuk bandanya.

"Tubuh lo itu ngga sebesar gaja, ngga bakalan jatoh," An menaiki motor dan langsung menginjank pedal gas, sehingga mensin motor tersebut menyala. "Naik ngga? Lo mau telat lagi? Atau mau bolos hari ini?"

"Siapa juga yang mau bolos, tapi entr kalau gue jat..." An menutup bibir Hazel dengan jari telunjuk, sehingga Hazel tidak dapat menlanjutkan kata kata. Terasa jantung Hazel berdenyut begitu kencang

"Gue kalau bilang aman, udah pasti aman! Nggak usah banyak alasan, naik!"

Hazel memutar bola mata malas, "Awas aja lu, kalau gue jatoh, gue tabok lu!"

"Ni pake," An memberikan helem pada Hazel, segera di terima oleh Hazel, lalu ia pake. Saat hendak Hazel memegang bahu An, An melirik padanya. "Tunggu!"

Hazel terhenti, "Apalagi sih,"

ANZO BASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang