3. Kebahagian yang di rasakan oleh Hazel

2 1 0
                                    

Up lagi guys,
Selamat membaca ya
Salam untuk kelian semua

Tangan Hazel begitu memar sehingga menimbulkan rasa sakit, namun hal itu tidak membuat Hazel terganggu dalam mengerjakan soal-soal miliknya. Hanya saja sesekali dia harus meniup lengannya agar tidak terasa sakit. Hal itu membuat perhatian Anzo teralih padanya.

Namun Anzo merasa tergangu dengan keberadaannya Fanisyah yang berada di sampingnya.

"Anzo, kalau gue dandan kek gini cantik nggak?" tanya Fanisyah sambil mengoleskan liptin pada bibirnya. Namun Anzo sama sekali tidak menatapnya. "An, ANZOOO."

Teriakan Fanisyah itu membuat sang guru kaget. "Fanisyah! Sekali lagi kamu teriak, kamu saya keluarkan!" kata guru tersebut.

Fanisyaha hanya terlihat kesal.

Setelah menyelesaikan dua materi, saat nya seluruh siswa menuju kantin, karena bel pertanda istirahat telah berbunyi. Satu persatu siswa-siswi keluar, yang hanya menyisahkan beberapa.

"Zel, ke kantin yu!" Alee mengajak Hazel agar segera mengisi perut mereka yang sepertinya sudah kosong.

"Ngga ah, malas gue. Lengan tangan gue pedis bangat," ucap Hazel yang terlihat begitu kesal. "Boleh ngga, lo beliin gue minuman? Apa aja deh."

"Bolehlah, apa sih yang ngga bisa buat sister gue yang beutiful bangat ini. Tapi lo ngga apa di sini sendiri?"

"Ngga pa-pa, emangya gue lagi di hutan, terus ada banyak nyamuknya, ngga kan? gue jamin 100% gue di sini am..."

"Gue minta maaf." Lagi lagi Anzo memotong perkataan Hazel. Entah dari kapan dia berada di samping Hazel dan Alee.

Hazel menaikan kedua keningnya. "Tapi... Tangan gu...e..." Hal yang sama terulang, Anzo pergi tanpa mendengar perkataan Hazel, Hazel hanya bisa milirik pungung pria tersebut, hingga menghilang. "lukka." lanjutnya pada sisa kata-katanya. "jadi cowok kok gitu amat, udah salah! Ngga peka lagi!" batin Hazel sambil melirik kepergian Anzo.

"Hah! Udah salah! Minta maafnya pun ngga ada ikhlasnya," kesal Alee. "Udah deh, gue ke kantin dulu, keburu bel masuk." lantas Alee pun pergi.

Hazel menatap sekelilingnya, tidak ada lagi teman-temannya, dia mengambil handphone yang berada di dalam tasnya, menyalakan hendphone melirik jam, lalu meletaka hendphonenya kembali ke atas meja, membaringkan kepala diatas meja dan tangan sebagai alasnya. Baru berapa detik merasakan kenyamanan.

"Sini tangan lo!"

Hazel tersentak, melirik pria yang telah berada di kursi sampingya.

"Sini!" Anzo membuat Hazel merasa kebingungan.

"Sini!" Lalu Menarik tangan Hazel dengan perlahan. Anzo membuka tutup salap yang ia bawa dari UKS.

"Au..." baru saja dia mengusap salap pada tangan Hazel, Hazel meringis kesakitan sehingga dia mengulur tangannya kembali.

"Sorry, gue bakal olesin dengan perlahan-lahan." Anzo kembali manarik tangan Hazel. Dengan lembut Anzo meniup memar di tangan Hazel sambil mengoles salap dengan perlahan-lahan.

Hazel, mata yang tidak berkedip, tatapannya itu melihat perlakuan Anzo yang menurutnya terlihat romantis. Tidak ada kata-kata yang tidak bisa di ucapkan lagi, seketika mulutnya terkunci.

"Udah." Anzo bergegas pergi untuk mengembalikan kotak PT3 yang ia bawa.

Senyum manis terlukis indah pada wajah Hazel, ini merupakan hal yang bagaikan mimpi dalam kehidupan Hazel.

"Zel, ngapaian lu senyum sendiri? Zel? Hazel? Lu nggak pa-pa kan? Hazel!"

"Syut," Hazel menarik lengan Alee hingga dia terduduk. Sambil memberikan isyarat agar Alee terdiam. Lalu Hazel tersenyum kembali mengigat Anzo.

ANZO BASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang