Matanya sayup. Beberapa kali mengusap wajahnya yang basah oleh hujan.
Momen yang dia sukai adalah saat hujan. Suaranya mampu menyembunyikan isak yang dipendam, airnya menyembunyikan tangisan yang mengalir. Hanya tersisa banyak alasan tentang hujan dari sebabnya mata dan hidung memerah.
" Aqila. Ayo masuk, dingin " wanita itu menatap putrinya keheranan. Dia tahu Aqila suka hujan, tapi putrinya itu termenung sangat lama.
Aqila membalikkan badan, " pengen aja Ma diluar. Suka "
" Tapi udah hampir satu jam Qil "
Dia kalah. Menuruti kata Mamanya karena takut membuat wanita parubhaya itu khawatir.
Sedangkan di lain sisi, dibalik jendela yang berkabut, seseorang menyibak gorden berwarna abu-abu gelap, menatap dari lantai dua rumahnya.
Arkha memperhatikan Aqila. Dan sontak dia ikut khawatir disana, saat Bundanya masuk membawa segelas coklat panas, cowok itu memberanikan diri meminta Mamanya menghubungi Mama Aqila untuk mengajak putrinya itu masuk.
Setelah berhasil membujuk Bundanya, meski sempat mendapat godaan, Dian tetap menuruti permintaan putranya.
Arkha berdiri dibalik jendela kamarnya.9 Aqila tidak tahu itu. Bahkan Aqila tidak tahu letak kamar Arkha bisa begitu detail ke arah rumahnya.
***
Di Koridor, seseorang membawa tumpukan berkas dan berjalan ke arah ruang osis. Namun ditengah langkahnya, tiba-tiba tubuh seseorang tidak sengaja tertabrak. Itu karena Aqila tidak bisa melihat dengan jelas.
" awww!! " pekik orang itu cukup keras.
Aqila meletakkan semua barang yang ia bawah. Dan buru-buru menghampiri, Kiran!
" Liat-liat dong! Kalo gue jatoh gimana! "
" Maaf kak, maaf kak " Aqila menunduk.
Kiran menatap bengis Aqila sembari mengibas lengannya yang tertubruk tadi. Sedikit sakit karena ujung berkas mengenai lengan cewek itu.
" Nggak punya mata lo! Sakit nih "
Aqila hanya bisa diam dan menunduk, sampai beberapa menit Kiran mengomelinya tiada henti dan seseorang datang.
" Kiran "
Kiran dan Aqila bareng menoleh ke arah suara.
" Sayaaang, sakit " Kiran menghampiri Arkha. Mengaduh sambil mengulurkan lengan.
Mata Arkha melihat bekas merah di kulit cewek itu. Lalu melihat Aqila yang kembali menunduk.
" Lain kali hati-hati. Kita ke kelas Kiran " kalimat pertama untuk Aqila, saat cowok itu menuntun Kiran melewatinya.
Keduanya pergi dan Aqila kembali mendongak, dia mendengar pasti ucapan Arkha. Memang kesalahannya, kenapa berharap dibela. Konyol sekali pikirannya tadi.
Cewek itu mengusap hidungnya yang tidak gatal. Mengambil berkas yang dia taruh sembarangan dan kembali berjalan ke ruang osis.
***
Sesampainya, Kaif menunggu Aqila, karena dia yang meminta cewek itu mengambil berkasnya.
" Qila. Lama banget " Ola menghampiri cewek itu untuk membantu. Namun raut yang ia dapat dari wajah sahabatnya adalah hal yang tidak wajar.
Aqila tersenyum, lalu menerima bantuan Ola. Berjalan menuju meja kerjanya di ruangan itu.
Ola berjalan ke arah Kaif, namun pandangannya tidak bisa untuk terhindar dari Aqila. Cewek itu buru-buru kembali ke arah Aqila.
" Qil. Ada masalah? "
" Eh, enggak kok La. Perasaan lo aja kali "
Ola menggaruk tengkuknya.
Dan Aqila tersenyum lebih lebar, namun siapapun tidak tahu bahwa garis mata bahagia tidak ada di wajahnya.
" Yaudah. Nanti kita ke kelas bareng ya "
" Pernah kita pisah? " Timpal Aqila.
Ola menepuk lengan Aqila keras, sebelum meninggalkannya.
Di kantin sekolah,
" Sakit Kha " Arkha mengompres lengan Kiran dengan es batu yang ia ambil dari kios minuman.
Cewek yang duduk di depannya saat ini memperhatikan Arkha tanpa henti.
Awal pacaran. Kiran hanya suka dengan ketenaran dan kepintaran Arkha, namun siapa tahu bahwa Kiran nyaman dengan itu. Dia selalu berusaha menjadi baik demi Arkha dan siap menjaga hubungannya hingga detik ini. Dia tidak ingin putus dengan cowok itu.
Tapi sudah kesepakatan dari awal. Bahwa Arkha meminta itu.
" Kha. Jangan putusin gue ya? "
Arkha diam.
" Gue udah jadi baik. Cuma tadi sakit aja, jadi nge-gas dikit "
Masih diam.
" Kha, kalo gue ngomong tuh dengerin apa "
" Hmm"
" Kita jangan putus ya? "
KAMU SEDANG MEMBACA
DIJODOHIN SAMA CRUSH?
General FictionAqila hanya berharap dia suka. Tapi untuk punya, masih ada kesempatan untuknya? " Gue suka sama Lo Aqila. Lo suka sama gue kan? " " Iya " Cowok itu tersenyum. Merasa sudah menang dengan cewek di depannya. " Tapi itu dulu Kak. Hanya gadis bodoh yang...