{ 19 }

47 16 5
                                    

Pagi sekali. Dan Karen sedang mengucek matanya di dapur, sedang mencari minum dan memang dia selalu bangun jam segini.

" Kutu kupret masih pagi! " seseorang terlonjak saat Karen hampir berteriak.

Arkha. Cowok itu sudah mengenakan seragam sekolahnya. Jam lima pagi?

" Lo mau kemana Kha? " tanya Karen sembari berjalan menghampiri Arkha yang berdiri diam menatapnya.

" Sekolah "

" Masih pagi bego. Lo mau mulungin sampah sekolah apa jam segini? "

" Karen! "

Karen mengedikkan bahunya bodoh amat.

Sedangkan Arkha yang sudah bosan dengan tingkah kakaknya, memilih melengos pergi begitu saja. Membuat Karen mendelik karena merasa dicampakkan.

" Kebiasaan "

Cowok tampan dengan piyama tidur bercorak kotak itu pergi ke kamarnya dengan kesal. Adiknya itu masih saja tidak punya sopan santun padanya.




***



Jam lima pagi. Arkha memilih pergi jam ini hanya untuk melihat sesuatu. Melihat lagi apa yang dia inginkan di pagi hari. Sebelum keramaian siswa SMA Merpati.

Matanya mengamati sekitar. Mencari sesuatu.

" Hai. Lo dateng jam segini lagi Kha? " seseorang menghampiri Arkha dari belakang, menepuk punggung cowok yang kini menampilkan senyum sekilas.

" Mana dia? "

" Siapa? "

" Aqila " Ya, dan siapa lagi yang membuat cerita ini menarik.

Arkha mengetahui ini dari salah satu temannya, yaitu Dimas. Anggota OSIS yang akrab dengannya.

" Oh Aqila. Dia udah bantuin anak-anak pemulung buat pulang tadi "

" Hmm " Arkha ketinggalan untuk melihat Aqila.

Gadis itu selalu datang pagi hanya untuk membantu para anak pemulung mengumpulkan rongsokan dari sekolah mereka. Kebaikan yang selalu gadis itu sembunyikan namun terbongkar karena beberapa anak OSIS yang suka menginap di sekolah sudah mengetahui kebiasaan Aqila itu.

Termasuk Kaif, dia tahu Aqila melakukan kegiatan itu dan selalu membantunya. Arkha sadar apa yang dia lakukan, dia ingin belajar dekat dengan gadis itu.

Meski dengan seribu cara Aqila menjauhinya, dia tidak akan membiarkan gadis itu menjadikan ini sebagai alasan untuk tidak menyukainya lagi.

" Lo mau nunggu Aqila Kha? "

Arkha menoleh, lalu menggeleng sekilas. Cowok itu pergi setelah menepuk lengan Dimas untuk berpamitan.

Hari ini dia kehilangan momen untuk membantu Aqila. Dan tentu saja rasanya kesal dengan semua itu.



***


Jam sekolah. Aqila sudah membersihkan dirinya di kamar mandi ruang OSIS dan segera memakai seragam kebanggaan SMA Merpati, segera memasuki kelasnya.

Melangkah ke arah Ola dan Alice yang sedang mengobrol, mereka langsung menyambut Aqila saat sudah berada dekat dengan bangku keduanya.

" Gimana paginya Qila? "

" Baik-baik aja. Emmm,, tadi kak Arkha nggak dateng "

Alice mulai memajukan kursinya untuk mengecilkan radar pembicaraan mereka, seperti biasa.

" Nggak liat sama sekali Qil? "

Aqila menggeleng. Dan Ola masih menyimak keduanya, karena memang masih belum mengerti.

" Tadi Dimas bilang ke gue kalo dia dateng Qil "

Dimas yang dimaksud Alice adalah anak OSIS dan juga teman Arkha, cowok itu adalah pacar Alice sejak dua minggu lalu.

Ucapan Alice membuat Aqila sedikit menyilangkan senyum, namun kembali hilang saat seseorang berteriak bahwa guru mereka akan memasuki kelas. Mereka sibuk mengobrol sampai lupa kalo mereka masih di sekolah.

Aqila terus menyunggingkan senyuman kecil sambil mendengarkan guru di depan. Matanya memang fokus, namun hatinya berada di tempat lain.

Dia memikirkan bagaimana Arkha selalu datang pagi untuk membantunya, entah itu disengaja atau tidak. Tapi hatinya selalu dibuat berdesir oleh kehadiran cowok itu.

Seseorang yang selalu dia kagumi, selalu mengejutkannya oleh sikap yang sangat bertolakbelakang sejak mereka tidak tinggal bersama lagi.

Apa Arkha menyukainya? Sungguh itu kehaluan yang bodoh dan mustahil menurut Aqila.

Menyukai Arkha dalam diam saja sudah menyiksanya, membuat dia harus berjuang menghapus rasa yang bodoh itu.

DIJODOHIN SAMA CRUSH? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang