Denting jam di rumah Aqila berbunyi keras sampai membangunkan semua penghuni rumah itu. Khususnya Arkha yang belum pernah mendengar sebelumnya.
Aqila yang terpingkal sedari tadi di kamarnya karena sibuk dengan room chat bersama sahabatnya langsung beranjak ke bawah untuk segera mematikan jam besar milik Mamanya itu.
Berbarengan dengan Aqila, ternyata itu adalah ulah pak Tio yang selalu menyalakan alarm di jam digital besar itu.
" Pak Tio. Kenapa dinyalain ?" Tanya Aqila mendecak.
" Maaf non, tadi Nyonya telpon, suruh saya nyalain alarm biar non nggak lupa ini hari apa ?"
" Masih pagi ini pak. Emang hari apa sih ?"
Pak Tio hanya mengangkat bahu. Hening sementara sampai handphone yang Aqila pegang berdering.
" Hallo mama ".
" Kamu pasti kebawah karna suara jam kan ?"
Aqila melengoskan matanya. Ada apa lagi dengan Mamanya, gadis itu benar-benar tidak tahu hari apa ini.
" Kenapa Ma ?"
" Kamu lupa ya. Ini hari ulang tahun papa kamu ." Sejenak hening, raut wajah cemerlang Aqila redup.
Pak Tio yang sedari tadi mencoba mengingat maksud dari majikannya kini sudah menemukan jawabannya saat melihat raut nona mudanya itu.
" Papa nggak akan balik Ma ?" Tanya Aqila hampir menangis.
Di seberang sana Dila merasa bersalah karena hal ini, baru setahun mereka berpisah, namun masa-masa indah masih melekat di pikirannya, namun tidak dengan putrinya yang memiliki kesedihan mendalam dengan hal itu.
Dila dan Rendi memutuskan bercerai karena perselingkuhan yang Reno lakukan di belakang Dila, namun ketulusan wanita itu yang membuat Reno sempat bertahan namun semakin menyakiti putrinya itu. Reno selalu mengajak selingkuhannya saat Dila tidak di rumah, Aqila menjadi saksi bahwa hubungan orangtuanya tidak berguna lagi dipertahankan. Aqila dan Arsya harus menyaksikan sendiri kebejatan ayah mereka. Hingga Arsya yang berani memutuskan untuk membiarkan Reno menceraikan Dila.
Kehidupan Aqila tidak sepenuhnya diwarnai dengan kebahagiaan. Hanya kelabu yang ia dapatkan sepanjang hari sebelum bertemu dengan seseorang.
" Mama minta maaf sayang. Bisa kamu kasih ke pak Tio ?" Aqila menyodorkan handphonenya ke arah pak Tio yang langsung diterima oleh laki-laki itu.
" Iya bu ?"
" Tio. Kamu bongkar jam itu dan bereskan hari ini juga ". Ucap Dila dari seberang sana.
" Iya bu ". Mengembalikan kembali setelah telepon tertutup.
Aqila lesu, gadis itu kini berjalan kembali ke arah kamarnya dengan tatapan kosong. Seseorang yang mengamatinya dari lantai dua mengedarkan pandangannya mengikuti gadis itu. Arkha.
***
" Pak Tio !!" Seru Aqila dari dalam kamarnya, menarik perhatian Arkha yang baru saja keluar dari kamar.
Laki-laki yang menjabat sebagai supir pribadi Dila itu menaiki tangga dengan terburu-buru.
Arkha yang penasaran menghentikan langkah Pak Tio.
" Kenapa Pak ?"
" Itu, pasti mau minta dibeliin pembalut. Udah tanggalnya mas ." Sontak mata Arkha membulat sempurna dengan kata-kata yang enteng diucapkan laki-laki di depannya ini.
" Apa ?" Masih mencekal lengan Pak Tio.
Menoleh ke arah kamar Aqila sembari menggeleng tidak percaya, Arkha mendengus. " Biar saya aja pak yang beliin. Bapak balik ke pos ".
Pak Tio tersenyum sumringah saat mendengar cowok di depannya ini menawarkan diri membeli pembalut untuk nona mudanya. Selama ini jika tanggal tertentu Dila mencoba berbicara baik pada supirnya itu agar mengingat kapan Aqila menstruasi, dirinya ingin meminta bantuan supirnya itu untuk membeli keperluan yang Aqila butuhkan.
Bukan tanpa sebab, karena Dila menganggap Tio adalah laki-laki kedua setelah Arsya yang ia percaya untuk menjaga Aqila. Dan bukan tanpa sebab ia meminta Arkha menjaga Aqila, karena permintaan Dian pada wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIJODOHIN SAMA CRUSH?
Ficción GeneralAqila hanya berharap dia suka. Tapi untuk punya, masih ada kesempatan untuknya? " Gue suka sama Lo Aqila. Lo suka sama gue kan? " " Iya " Cowok itu tersenyum. Merasa sudah menang dengan cewek di depannya. " Tapi itu dulu Kak. Hanya gadis bodoh yang...