{ 9 }

73 47 2
                                    

Aqila gugup, sejak Arkha menghabiskan makanannya terlebih dahulu, bukannya melakukan hal lain. Cowok itu malah menatapnya tanpa henti. Aqila tidak fokus, ia tidak bisa menahan kelopak matanya untuk mendongak ke depan.

Aku salting ditatap terus kak . Batin Aqila tidak karuan.

Arkha masih setia dengan menatap Aqila. Jika Aqila tahu apa yang dipikirkan cowok itu sembari melihatnya makan. Entah akan jadi apa jantung Aqila, mungkin sudah tidak aman.

Lo kok bisa imut banget Qil. Pikir Arkha, kini tangan kanannya bergerak menyangga dagunya semakin mendalami tatapan ke arah cewek di depannya.

" Kak nambah sana, jangan liatin aku terus ".

Arkha tersenyum singkat lalu menggeleng. Dia sudah kenyang dan hanya ingin menunggu Aqila menyelesaikan makannya.

" Cepet ".

Aqila membelalak, " Baru setengah kak. Kan punyaku datengnya lama tadi ". Aqila meluruskan matanya.

" Hem ". Hanya itu, namun mampu membius Aqila sekian rupa.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya gadis itu menyelesaikan kegiatannya dan memberi kode untuk segera pulang kepada Arkha.

" Lo nggak minum ?" Tanya Arkha karena gadis itu benar-benar mempercepat kegiatan makannya.

Aqila hanya menggeleng. " Nanti aja di rumah ".

" Nanti lu keselek di jalan, nggak mau gue. Pesen minum sono ". Ucap Arkha sarkastik.

" Kok sewot sih !" Aqila tidak menyangka dia bisa seperti itu. Matanya membulat.

" Gue yang repot ". Jelas Arkha langsung membuat Aqila ciut dan segera memesan minuman ke salah satu pramusaji.

***

" Kenapa lagi ?" Saat di tengah jalan, perut Aqila mendadak kram. Mungkin efek dari datang bulannya.

Arkha menatap kebingungan. " Kenapa sih ?"

Aqila menyengirkan deretan giginya. " Mampir supermarket kak ".

" Ngapain ?"

Aqila nyengir " beli obat kak ".

" Beli obat di apotik ". Skak Arkha.

Aqila cemberut " sekalian beli itu roti jepang ".

Arkha mendengus " bukannya udah gue beliin kemarin ?"

Aqila melotot ke arah Arkha, " apa kak ?!", " Coba ngomong apa tadi ?"

Arkha menyesal bicara tentang dia yang kemarin menggantikan Pak Tio dan menurunkan harga diri membeli barang itu ke salah satu minimarket.

" Gue yang beliin kemaren ."

" Kan aku nyuruh Pak Tio ". Aqila gelagapan, malu dan canggung karena Arkha bukan orang terdekatnya namun sudah menurunkan pamornya ssbagai cowok gentle.

Aqila menahan ketawanya di dalam hati.

" Makasih kak. Lain kali biar aku beli sendiri aja ".

" Harusnya gitu ".

Aqila menutupi wajahnya dengan kedua tangan sampai mobil Arkha tiba di depan Supermarket.

Cewek itu menciut, " Kenapa harus dia sih ?" Gumamnya hampir terdengar Arkha.

" Apa ?" Sudah ketahuan.

" Eng,, gak kak. Itu udah sampe. Ayok turun ". Aqila membuka pintu mobil dan mendahului ke dalam lobi, meninggalkan Arkha yang menatapnya.

Ya tuhan bisa melayang aku. Pikir Aqila, sembari mengelus dadanya gugup.

Setelah selesai, keduanya kembali melanjutkan perjalanan ke Rumah sakit yang mereka tuju. Tentu saja dengan jantung Aqila yang belum membaik dari debaran sebelumnnya.



***



Setibanya di rumah Aqila. Cewek itu buru-buru turun dan meninggalkan Arkha, namun kali ini gagal karena cowok itu mencekal lengan mungil Aqila.

" Kenapa kak ?" Matanya menatap Arkha dengan tatapan puppy eyes.

Tatapan Arkha menjadi sendu. " Besok sekolah bareng gue ".

" Apa ?!" Mata Aqila membulat. " Jangan ngadi-ngadi kak !" Aqila akan menjadi agar-agar lemah gemulai.

DIJODOHIN SAMA CRUSH? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang