"Jaechan tolong catat pola makan Park Seoham selama seminggu"
"Jaechan nanti malam booking jadwal penerbangan Park Seoham"
"Jaechan, buat rundown acara bersama tim yang lain karena-"
"Jaechan"
"Jaechan"
"Manager jaechan"
"ARRGGHHHH SIALAN"
Jaechan terbangun dari tidur tidak nyenyak-nya, matanya memicing ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Ia menghela napas melihat tumpukan berkas yang ia selesaikan tengah malam tadi, sekarang ia harus berangkat ke dorm lalu berangkat bersama aktor yang ia urus.
"CEO perusahaan ini harus mau menaikkan gaji-ku bulan ini"
Dipandanginya cermin lalu tampak dua kehitaman tipis di bawah mata jaechan.
"Ahh.. wajahku yang berharga" pemuda itu merenung sejenak lalu segera bersiap karena tentu saja ia tidak ingin gaji-nya terpotong sia-sia.
"Paspor?"
"Sudah"
"Rundown acara?"
"Sudah"
"Transportasi"
"Kau buta? Aku berada di dalam mobil bersamanya sekarang"
"A-"
"Sudah sudah sudah sudah"
"Jaechan...." Staff agensi chaeyoung menghela napas mendengar jawabannya.
"Apa yang kau inginkan lagi, chaeyoung?? Aku sudah mengerjakan semuanya dan dia-" jaechan menunjuk ke arah seoham yang kini sudah mendengkur di dalam mobil.
"Sudahlah" pasrah jaechan
"Baiklah, staff yang lain berada di belakang. Pastikan kau tidak mengebut dan... jaga dia agar tidak makan terlalu banyak" kalimat terakhir hanya terucap lirih dari mulut chaeyoung
"Masih?? Dasar aturan kolot agensi"
"Ya.. kita tidak bisa apa-apa sayangnya.."
"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Semoga lancar disini"
"Kau juga"
Mobil yang dibawa jaechan melaju cepat meninggalkan chaeyoung yang masih berdiri di depan agensi. Saat di jalan jaechan melirik seoham dari spion tengah yang masih tertidur.
"Ya.. walaupun kau agak menyebalkan. Aku tetap saja kasihan" lirih jaechan.
"Apaa?? Apa yang kau bilang tadi?? HAHAHAHAHAH aku baru tau kau punya hati nurani manager jaechan"
"Park seoham liat situasi"
Sungguh jaechan sangat menyesal mengatakan itu saat ia menyetir tadi, ternyata seoham mendengarnya dan kini terus menggodanya di pesawat.
"Aku ingin menonton film"
"Kau ada tangan, pencet sendiri"
Masa bodoh, seoham sudah besar dan jaechan berpikir semua ini hanya hubungan kerja.
"Baiklah, mana nomor CEO.... Huaaaa manager jaechan tidak mengurusku dengan benar dan ia menelantarkanku"
Mata jaechan terbelalak saat seoham dengan sikap andalannya, merengek.
"Hey apa maksudmu tidak mengurus"
Ponsel seoham direbut oleh jaechan dan menghapus teks belum terkirim tersebut. Karena tidak ingin masalah melebar ia memilih untuk menyetelkan film untuk aktor ((manja))nya
"Tapi sekarang aku tidak ingin menonton film??"
"..." Hening.
"Bercanda manager jaechan, aku tidak ingin tinggi badanmu berkurang karena kau sering naik pitam"
"Kau-lah penyebabnya sialan" lalu seoham terkekeh, ia menghormati jaechan karena manager kecilnya imut ketika ia sedang marah, eh??
Kini jaechan menata barang seoham di hotel setelah tiba di tokyo. Ia merapikan baju milik seoham dan menata kasurnya, di tengah keheningan seoham memecah suasana,
"Jaechan"
"Manager jaechan"
"Ah maaf, manager jaechan" seoham berdeham lalu melanjutkan kalimatnya
"Bisakah kau keluar denganku malam ini?"
"Untuk???"
"Beli.. makanan"
Semua aktivitas jaechan berhenti saat seoham mengatakan hal tersebut, ia merasakan sedikit nyeri di hatinya.
"Baik, tapi bersabarlah dan makan itu" jaechan menunjuk sekotak salad dan sepotong roti yang tersimpan rapi di laci dengan dagunya
"... Baiklah, lalu pukul berapa aku harus ke gym??"
"Itu senyamanmu saja, aku pamit" saat jaechan sudah berada di ujung pintu ia berhenti sejenak tanpa menoreh
"Seoham"
"Hm??" Balas seoham sambil mengunyah rotinya.
"Maaf aku tidak bisa membantumu lebih" lantas jaechan langsung menutup pintunya dan berkumpul dengan staff lain.
Ia melangkahkan kaki dengan cukup keras lalu mendumal
"Bagaimana bisa peraturan ini tetap ada, ini sudah keterlaluan. Apa agensi ini ingin ia terkena busung lapar?" Omel jaechan saat memasuki ruang meeting staff.
"Tapi dia adalah seorang aktor, ya dipikir aku cukup kasihan.." saut mrs. Ji salah satu staff
"Persetan, aku memaklumi jika makanannya manusiawi. Tapi hanya sepotong roti???"
"Ya.." seseorang menepuk pundak jaechan demi menenangkannya
"Seperti itulah" lanjutnya
Lenguhan lelah datang dari jaechan, ia mengecek handphonennya melihat apa yang seoham update hari ini.
"Jaechan.. ikut saya" ucap kepala staff tiba - tiba.
Jaechan pergi ke ruangan privat, ia bahkan tak sanggup menutupi muka gelisahnya.
"Aku tau apa yang kau khawatirkan, tapi tolong jangan ancam posisimu-"
"Dengan memberinya makanan tanpa sepengetahuan staff dalam agensi karena aku bisa saja kehilangan pekerjaanku dalam sekali kedip." Jaechan melanjutkan ucapan kepala staff tersebut seolah ia sudah hafal dan mendengarkannya berkali-kali.
"Ayolah pak, dia juga manusia. Agensi ini rupanya memberikan asuransi kesehatan karena HARUSNYA mereka memberi lebih dari itu" sindir jaechan
"Aku hanya akan menyuruhmu lebih berhati-hati jaechan, aku-pun merasa iba. Saat dia masih belum menjadi seperti ini, aku juga sepertimu"
"Aku akan berhati-hati"
"Jaga dia dengan baik, jaechan"
"Maksudku- ya.. selalu walaupun dia agak-"
"Menyebalkan" balas kepala staff sambil tersenyum.
"Aku sangat bersyukur kau datang sebagai manager-nya, jaechan"
Hai!! Ini next project sy:D, sebelumnya saya mau minta maaf jk penulisan masih ya... Terkesan baru nulis?? Tpi lewat buku ke buku sy harap sy mkin berkembang heheheheh. Makasih yg mau mampir atau vote, vote atau komen kalian bikin saya makin semangat dn snyum snyum saltink ps liat skajshsjsbs
KAMU SEDANG MEMBACA
Manager-nim, may i? [SUAMCHAN]
FanfictionDi usia kepala 2 nya jaechan harus serba bisa sebagai seorang manager yang mengurus aktor menyebalkan seperti seoham!! Namun di samping itu, ia tidak pernah melepas matanya terhadap apapun yang seoham lakukan.. dengan kata lain, ia sungguh peduli pa...