Fang - Harmoni

22 3 0
                                    

“Kita kurang personil buat pentas nanti.”

Nah, loh? Dari jauh-jauh hari sudah kuperingatan kalau Nana itu memang tidak berminat jadi anggota band. Masih saja dipaksa-paksa. Saat hari H, Nana menyembunyikan diri.

Aku sendiri pun bisa tampil seorang diri. Melakukan konser tunggal tanpa harus penambahan anggota. Akan tetapi, aku butuh seorang lagi yang bisa diajak duet.

Aku harus bergerak cepat. Para murid mulai memenuhi tempat menonton. Festival kebudayaan memang paling tepat untuk unjuk diri. Dan ini adalah kesempatan emas bagiku.

“Sudah dapat penggantinya?” tanya Yaya.

“Belum ...,” jawabku lesu.

Yaya terlihat bersimpati padaku. Memang malang sekali nasibku.

“Ajak Fang saja, (Name)! Diam-diam dia itu jago main gitarnya, loh!”

Fang? Aku baru tahu dia bisa main gitar.

“Oke, makasih sarannya, Yaya. Aku cari Fang dulu.”

Yah, semoga saja pemuda narsis itu mau diajak kerja sama. Hidungnya bisa kembang kempis duluan saat sedikit saja dapat pujian kecil.

Saat melintasi halaman belakang telingaku menangkap harmoni lembut. Petikan gitarnya tidak terdengar sumbang sedikit pun.

Saat lebih dekat, rupanya itu Fang. Dengan menutup mata tangannya lihai memetik senar, sedangkan mulutnya bersenandung pelan.

“Di situ rupanya kau, Fang! Dari tadi aku cari juga.”

Fang menghentikan alunan musiknya, lalu menengok padaku. “Kenapa? Mau foto bareng?”

Dih, manusia satu ini kok tingkat kepercayaan dirinya tidak bisa ditoleransi.

“Jadi partner duetku, ya? Sebentar lagi acara mau mulai ... dan aku belum dapat rekan tampil.”

“Apa bayarannya?”

Astaga, membantu teman sendiri saja pakai perhitungan begitu. Ampun, deh.

“Satu kotak donat lobak merah,” tawarku pada sang pemuda.

Kurotasikan bola mata. Permintaannya itu tidak jauh-jauh dari makanan berlubang itu. “Iya, iya, cepatlah! Kita harus segera bersiap.”

___________
21 Juli 2022

DraOne: Gugusan Citra [SFragment]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang