Cale tidak terlalu menghitung sudah berapa lama waktu telah berlalu, tapi yang pasti dirinya telah menginjak bangku Sekolah Menengah Atas.
Saat ini, Cale berada di kelas dua sekolah swasta yang cukup ternama. Matanya melihat teman sekelasnya yang kebanyakan tidur daripada mendengarkan guru.
Bukannya marah, guru itu membiarkan, karena mereka didalam kelas itu sama-sama tahu jika pelajaran disekolah itu tidak semaju pelajaran diluar sekolah yang siswa kuasai.
Les dan latihan keterampilan sehabis pulang sekolah sampai malam itu lebih menerangkan pengetahuan di titik yang lebih tinggi daripada sekolah ajarkan.
Cale menjatuhkan kepalanya ke meja mengingat beberapa les yang di daftarkan orangtuanya dengan sangat ambisius ketika Cale sedikit saja menunjukkan kecerdasan.
Mereka awalnya mendaftarkan Cale ke latihan bakat akting agar dirinya bisa menjadi aktor tapi Cale bukanlah orang yang ekspresif, membuat mereka menyerah dan tidak melanjutkan kursus itu.
Kedua orangtuanya terobsesi karena Cale mudah hapal beberapa kalimat panjang yang membuat mereka optimis, berkat bakat sisa dari kemampuan 'Record'.
Seperti yang Cale duga, mau itu 'Record' ataupun 'Instans', bahkan kekuatan yang dia dapatkan selama menjadi Cale Henituse sama sekali tidak muncul.
Walau sebenarnya, ada beberapa kali keanehan dimana kekuatan itu tidak sengaja muncul. Seperti ketika temannya saat SD ingin melemparkan bola kertas, menjahilinya karena Cale tidak pernah terganggu atas ejekannya.
Secara aneh, bola kertas yang seharusnya mengenai punggung Cale berbelok 90 derajat karena angin kencang tiba-tiba.
Ketika Cale menyadari hal itu, dalam hatinya berterimakasih pada The Sound of Wind dan mengingat wanita itu banyak menolongnya.
Cale melihat anak-anak iseng itu tidak tahu kata menyerah, sekali lagi menyobek buku sekolahnya dan melemparkan pada Cale.
Laju bola kertas itu sangat lambat dimata Cale, hanya satu langkah proyektil tidak berbahaya itu melewati tubuhnya.
Anak itu menjadi sangat kesal hingga wajahnya memerah, tidak memperdulikan apapun, dia terus melempari Cale. Tak sadar ada guru dibelakangnya.
Cale tersenyum kecil mengingat itu ketika dalam perjalanannya menuju alam mimpi, hingga tak sadar jam waktu sekolah telah selesai.
Bel sekolah berdering tiga kali, tanda para murid telah bebas. Mau itu mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, mau pulang dan bekerja part-time, ataupun melanjutkan untuk mengasah keterampilan.
"Bos Cale!" sapa seorang anak sepantaran Cale -sebenarnya lebih tinggi dari Cale yang berambut abu dengan senyum cerah.
Diluar gerbang sekolah, Cale telah ditunggu olehnya dengan kacamata yang bersinar. Anak yang dulu melemparinya bola kertas, kini beralih menjadi anak yang selalu mengikutinya.
Setelah sekian lama, Cale kini menyadari jika anak ini adalah reinkarnasi Lock. Walau mereka tidak seratus persen mirip, Cale menemukan banyak kemiripan.
"Bos, apa kamu akan ke les pianomu?"
"Hm," Cale kemudian berjalan kaki menuju halte berbeda dengan kebanyakan siswa lainnya dijemput oleh supir. "Bagaimana kau ada disini bahkan sebelum aku keluar sekolah?"
"Hehehe," katanya mengaruk tengkuknya canggung. "Karena aku dapat mengikuti pelajaran dengan baik! Berkat Bos Cale!"
Keduanya duduk di halte bus terdekat, "Kaulah yang berjuang, aku hanya memberi kesempatan."
Cale mengingat perjanjiannya dengan Lock, dua tahun yang lalu. Karena terlalu lelah mengikuti seluruh les dan latihan bakat yang disediakan orangtuanya, akhirnya Cale menawarkan les kursus sekolah itu pada Lock untuk menggantikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cale's Things (Fanfic Trash of Count Family)
FanfictionSekali lagi, Cale Henituse diberi kesempatan hidup tanpa intrik dan syarat apapun. Hidup didunia modern normal tanpa monster, mana dan sihir ataupun aura. Dunia dimana logika normal adalah sains dan sejarah. Kini, Cale hidup di Korea Selatan, negeri...