Gelap, bau rokok dan lembab.
Itulah yang dirasakan Helga Chetter, adik dari Gilbert dan seorang pelari wanita medali emas yang hebat.
"Apa kalian menemukannya? Kita harus membawa barang itu keluar sebelum ditemukan kepolisian Seoul."
"Aku melihatnya membawa ba- Arggh!"
Seorang pria bertubuh besar menendang gadis yang berlutut disamping Helga yang tersungkur.
"Apa yang kau lakukan, sialan! Aku telah membawa apa yang kalian mau!"
"Gadis ini tidak membawa apapun, jalang! Asal kau tahu apa yang telah kami pertaruhkan demi kesia-sian ini!"
Pria itu kembali menendang gadis berseragam yang sama dengan Helga, mendengar itu dia sedikit mengerti apa yang terjadi.
Temannya telah menjebaknya, yang dia percayai.
Helga tidak bisa untuk tidak percaya.
"Hei, bagaimana kita jual saja kedua gadis ini?"
"Benar, kita bisa menutup kerugian-
Seorang pria muda tiba-tiba datang dan menendang ketiga pria lainnya yang ada disana.
"Sial! Kalian menculik putri keluarga Chetter?! Apa kalian gila, tidak tahu ketatnya keamanan Seoul!?"
"Ugh! Maaf Bos!"
"Maaf? Apa kalian pikir dengan maaf bisa membuat segalanya menjadi aman? Sudah! Bersihkan semuanya lalu pergi secepatnya dari sini! Jika kalian tertangkap-
"B-baik Bos!"
"Dan buat gadis itu koma, dia telah melihat semuanya."
"Ti-tidak!"
Helga bisa mendengar suara frustasi temannya bersamaan dengan suara langkah kaki yang konstan.
"Aku berjanji tidak mengatakan apapun! Aku akan melakukan apapun! Ya! Aku berjanji!"
Suara langkah ringan mendekat, "Apa kau yakin?" Dengan mata yang tertutup Helga bisa mendengar suara gesekan pakaian yang anggun. Itu suara pria muda yang dipanggil Bos.
Suaranya halus dan terdengar sangat dekat dengan posisi Helga yang saat ini terbaring.
"Apa kau serius mau melakukan apapun? Bagaimana dengan menjual tubuhmu? Ah tidak bukan organ- Tunjukkan tekadmu dan bukalah bajumu."
Tangan Helga yang terikat mengepal dibalik punggung, dia tidak senang mendengar suara halus pria itu.
Itu terdengar seperti bisikan iblis yang penuh kejahatan.
Helga mendengar cicitan suara temannya, suara pakaian pun juga terdengar, lalu suara tertawa bergema.
"...bagus," suara halus itu kini terdengar semakin mengerikan. "Bagaimana denganmu?"
Dan juga semakin terdengar dekat di telinga Helga.
.
.
.
Cale dan kawan-kawan telah sampai di PC-bang alias warnet. Mereka bermain game yang satu timnya berlima. Raon yang ada di kepala Cale belajar hal baru melihat Cale bermain.
"Apa karna didunia ini tidak ada sihir, makanya manusia menjadi begitu kreatif?"
Raon menepuk-nepuk kepala Cale antusias ketika mereka mendekati kemenangan.
"Kalian akan menang! Sudah kuduga dari manusia! Ini seperti pertempuran nyata!"
Cale mengabaikan anak naga, hm? Ngomong-ngomong berapa umur Raon sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cale's Things (Fanfic Trash of Count Family)
FanfictionSekali lagi, Cale Henituse diberi kesempatan hidup tanpa intrik dan syarat apapun. Hidup didunia modern normal tanpa monster, mana dan sihir ataupun aura. Dunia dimana logika normal adalah sains dan sejarah. Kini, Cale hidup di Korea Selatan, negeri...