Setelah diberi libur selama seminggu, sekolah dimulai kembali. Karena pendidikan sangat penting, para orangtua siswa memutuskan untuk melanjutkan pendidikan kepada para siswa yang selamat.
Tentu saja termasuk Cale dan kelasnya, yang memiliki angka sehat fisik terbanyak. Karena sebentar lagi mereka akan ikut ujian masuk universitas, sekolah setuju melanjutkan pembelajaran.
"Kalian pasti masih dalam kondisi tidak sekuat biasanya," Guru kelasnya yang tidak ikut pergi ke museum berdiri di depan kelas, "Tapi kalian sudah di penghujung waktu, jika tidak bersiap sekarang maka kalian harus mengikuti CSAT tahun depan."
Cale sejujurnya tidak terlalu peduli dengan itu, dia mengedarkan pandangan ke seluruh kelasnya. Tak Cale sangka, rupanya tidak banyak kursi kosong.
Memang persaingan di Korea Selatan saat ini sangat gila, tapi Cale tidak terbayang akan bakal segila ini.
"Manusia, tolong buka lembar berikutnya," Cale merasakan pipinya ditepuk pelan. "Topik soal Ekosistem ini menarik. Manusia, dunia ini sangat menyenangkan bahkan tanpa sihir."
Cale terus membuka lembaran buku agar Raon bisa lanjut membaca dari pundaknya. Anak itu akan menepuk pelan pundak atau pipinya saat sudah selesai membaca.
Dia melakukan itu sambil mengerjakan soal dengan topik berbeda. Guru memberikan soal pelajaran bahasa inggris, yang mudah Cale kerjakan.
Sebenarnya Cale sudah mengingat hampir semua materi pembelajaran sekolah, tapi Cale tidak ingin menonjol.
Bahkan ketika guru salah memberi jawaban saat mengoreksi soal ujian bersama, Cale diam saja.
"Hari ini sekian dulu," Hong-ssaem merapikan kertas di mejanya, "Kalian boleh istirahat, seperti yang kalian tahu, sebenarnya saat ini bukan jam istirahat tapi karena kondisi khusus, kalian boleh belajar mandiri atau melakukan yang kalian suka asal tidak menganggu kelas lain."
Hong-ssaem keluar, para siswa langsung menurunkan bahunya lemas. "Haah... kenapa hal ini terjadi pada kelas kami di saat seperti ini?"
Siswa yang duduk didepan Cale langsung menjatuhkan kepalanya ke meja, tak lama dia langsung berbalik melihat Cale. Rupanya orang itu adalah Eric Hwang, si siswa pemberani yang mirip dengan Eric Wheelsman.
"Cale apa kau baik-baik saja? Apa ada soal yang tidak kamu mengerti?"
"Tidak apa-apa Eric-hyung," Cale memanggilnya kakak karena pemuda itu setahun lebih tua dari Cale.
Bukan karena Eric tinggal kelas, tapi Cale lah yang masuk lebih awal.
Seseorang menusuk punggungnya pelan dengan tutup pena. Cale melihat Amiru tersenyum kecil padanya, terlihat pergelangan tangannya cedera dan terlilit perban yang tebal.
"Kau terlihat sangat pucat dan lelah, Cale," Amiru mengelus perban ditangannya, "Katakan saja pada kita kalau terjadi sesuatu, jangan sampai kamu pingsan seperti tahun lalu. Terlebih di situasi seperti ini, kupikir kamu tidak akan datang."
Cale menepuk ekor Raon di dadanya untuk pindah, tapi itu terlihat seperti dirinya sedang menahan sakit. "Tidak apa-apa Amiru-noona."
Gilbert yang duduk disebelahnya memegang pergelangan tangan Cale yang dingin, "Kau yakin? Tubuhmu dingin sekali."
Kepalanya mengangguk, dia memang merasa sedikit kedinginan setelah Raon pindah ke kolong meja. "Malahan kalian yang tidak terlihat baik-baik saja."
Mata merah Cale melihat perbanan yang ada di tubuh mereka. Eric di kepalanya, Amiru di tangan dan Gilbert yang ada di kakinya.
"Itu hal yang patut disyukuri karena kita masih bisa bernapas saat ini," Eric memegang perban di kepalanya. "Ketika aku melihat berita..."
"Eric, tidak usah dilanjutkan," Gilbert yang duduk disamping Cale menggeleng, "Hal buruk jangan diungkit lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cale's Things (Fanfic Trash of Count Family)
FanfictionSekali lagi, Cale Henituse diberi kesempatan hidup tanpa intrik dan syarat apapun. Hidup didunia modern normal tanpa monster, mana dan sihir ataupun aura. Dunia dimana logika normal adalah sains dan sejarah. Kini, Cale hidup di Korea Selatan, negeri...