Prolog

901 57 27
                                    

Hai semua. Perkenalkan. Nama ku Solar Light Mecha. Aku seorang mahasiswa yang masih duduk di bangku kelas 9A.

Aku merupakan adik yang paling pintar di antara keluarga ku. Aku mempunyai seorang adik dan ke enam kakak.

Tapi beberapa waktu lalu adik ku yang bernama Luna Darky Lyta atau nama panggilan nya Luna tewas tertabrak truk saat akan menyebrang untuk menghampiri kucing ada di seberang.

Akan aku cerita kan dulu kejadian saat itu. Semua di mulai dari situ....

---------------------

"Kak Solar!! Apa kakak bisa menemani ku ke taman?" Tanya Luna saat waktu itu.

"Tapi, aku sedang ada tugas untuk ku kumpulkan besok." Balas ku sambil memutar kursi belajar jadi menghadap nya.

"Sebentar saja. Pliss.." Ucap nya seraya memohon kepada ku dengan gaya memelas nya.

"Suruh temani yang lain 'kan bisa. Kakak mu bukan hanya aku 'kan?" Balas ku lagi yang kembali memutar kursi ku jadi menghadap buku ku semula.

"Alah... Semua nya pada tidak mau. Pliss kak Sol... Pliss... Sebentar doang kok, tidak lama." Ujar Luna sekali lagi.

"Iya iya deh. Tapi ingat, hanya sebentar." Ucap ku mengalah.

"Hore!! Ke taman sama kak Solar!!" Teriak Luna kegirangan sambil melompat keluar sedangkan aku hanya menggeleng gelengkan kepala ku melihat sikap adik ku satu itu.

Aku mangambil hoodie ku dan handphone ku lalu menemani nya ke taman.

Sesampai nya di taman aku langsung duduk di kursi yang sudah di sediakan dan memainkan handphone yang aku bawa.

Sesekali aku melirik Luna untuk memastikan keberadaan diri nya kalau kalau ia lari ke arah jalan raya.

"Kak Solar!! Lihat! Ada kucing di seberang!!" Teriak Luna dari tengah taman yang tempat nya sedikit jauh dari tempat ku duduk.

"Memang nya kenapa? Apa aku harus bilang 'waw' begitu?" Sahut ku dengan nada yang sedikit kasar.

"Aku ingin mengambil nya. Boleh ya kak?" Ucap Luna tanpa mengalihkan pandangan nya dari kucing yang ada di seberang itu.

"Tidak. Kau tahu 'kan kalau banyak kendaraan yang melintas di jalan raya? Sedikit sulit untuk menyeberang dengan banyak kendaraan yang melintas." Ujar ku yang juga tanpa mengalihkan pandangan ku dari layar handphone ku.

"Hn! Kakak mah selalu saja seperti itu. Ya sudah. Aku ambil sendiri saja."

"Sudah ku bilang jangan ya ja-"

Aku menghentikan kalimat ku di saat aku mendengar seperti suara tabrakan.

Aku pun melihat ke arah jalan raya lalu memandang sekeliling untuk mencari keberadaan Luna.

"Luna?" Panggil ku setelah tidak mendapati Luna di seluruh taman.

Seketika aku pun panik karna aku tidak mendapati Luna tidak ada di penjuru taman. Aku menyimpan handphone ku di saku hoodie ku lalu mulai berpikir kira kira di mana adik ku.

Aarrgghh!!! Ini membuat kepala ku pusing. Lalu ada sesuatu yang melesat di pikiran ku tentang tabrakan barusan.

Tunggu, apakah korban tabrakan itu adalah....

Entah kenapa firasat ku mengatakan kalau korban tabrakan itu adalah adik ku sendiri. Aku langsung berlari ke arah jalan raya di mana tabrakan itu terjadi.

Aku melewati kerumunan orang orang demi melihat korban tabrakan itu tanpa peduli apa yang di katakan oleh mereka.

Aku mematung setelah melihat korban tabrak lari itu dan korban itu adalah Luna, adik ku sendiri.

Aku jatuh terduduk di samping jasad adik ku karna shock dan perlahan mulai terisak lalu menangis.

"Hei Luna. Bangun Lun. Aku mohon. Hiks.. Hiks.. Aku mohon. Maafkan aku karna aku melalaikan tugas ku untuk menjaga mu. Aku mohon bertahan lah. Hiks.. Hiks.." Isak ku sambil memeluk tubuh Luna yang sudah di mandikan oleh darah.

----------------------

Sudah 1 jam aku duduk di kursi tunggu di depan ruang IGD. Aku merasa bersalah atas kecelakaan tabrak lari yang menimpa adik ku.

Bagaimana tidak? Aku melalaikan tugas ku untuk menjaga adik ku. Bukan nya menjaga adik aku malah asik sendiri dengan bermain handphone ku.

"Solar!"

Bisa ku lihat ayah, ibu, dan ke enam kakak ku nenghampiri ku dengan berlari kecil dengan raut wajah yang sangat khawatir.

Tapi, saat mereka sudah tepat di hadapan ku, tiba tiba ayah ku mencekram hoodie ku sampai diri ku terangkat. Bisa ku lihat raut wajah ayah yang kesal.

"Bagaimana Luna bisa tertabrak truk hah?! Bukan kah kau yang menemani nya di taman? Kenapa kau tidak menjaga nya dengan benar hah?!" Bentak ayah dengan amarah.

"M-maaf. Tadi aku tidak fokus menjaga L-Luna." Balas ku.

"Bilang saja kalau kau tidak mau menemani nya?!" Lalu ayah membanting tubuh ku di lantai Rumah Sakit yang dingin.

"Sebagai hukuman mu, handphone mu ibu sita. Sekarang berikan handphone mu." Ujar Ibu.

"B-baiklah. Ini." Ucap seraya memberikan handphone ku kepada ibu.

Ya. Ini lah hukuman ku. Handphone ku di sita.

Tidak lama kemudian pintu ruang IGD terbuka dan menampak kan dokter yang menangani Luna.

"B-bagaimana dengan keadaan putri saya dok?"

"Sebelum itu, kami sepenuh nya minta maaf. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi putri anda tidak bisa kami selamat kan karna pasien mengalami luka parah pada bagian kepala." Info dokter itu.

"A-apa? P-putri ku- meninggal. T-tidak mungkin. Luna!" Ucap ibu yang lalu menangis.

"Kami minta maaf. Saya permisi." Lalu dokter itu pun berlalu meninggal kan kami sendiri di depan ruang IGD.

"Kau! Karena kau Luna meninggal!" Marah kak Blaze sambil menunjuk tepat di depan wajah ku.

"Karna kau tidak menjaga nya dengan baik Luna jadi tewas tertabrak truk!!"

"Sudah lah Blaze. Solar. Aku sangat kecewa kepada mu. Pasal nya aku tidak menyuruh mu yang lain terkecuali menjaga Luna." Ujar kak Gempa.

Dan di sana lah ayah dan ibu ku mulai mengabaikan dan membenci ku.

Andai aku yang ada di posisi Luna pasti ayah dan ibu tidak akan membenci ku.

#Bersambung#

Hai reader's👋👋 Kembali sama saya Lia_Haruni.

Bagaimana dengan cerita kedua ku?

Tolong beri pendapat kalian ya?

Sampai jumpa lagi para reader's ku👋👋

Tanggal publish:Minggu, 17 Juli 2022

Jumlah kata:940

Di Balik Sifat Kenarsisannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang