Cheeryl bangun, dan saat matanya terbuka ia sudah tidak lagi berada di kamar yang terakhir kali ia tempati. Beranjak bangun, wanita itu menyadarkan dirinya di dinding ranjang. Ia menatap lurus, Cheeryl tidak ingin menoleh kemanapun terutama ke kanan, karena ia tahu saudarinya ada di sana, tepat di sebelahnya.
"Lo yang bawa gue kesini?" tanya Cheeryl tanpa melihat lawan bicaranya.
"Iya."
"Lo dapat duit dari mana?"
"Gue ngambil uang Archen."
"Lo nyuri?"
"Maaf."
Cheeryl memejamkan matanya sembari menghela nafas, "Lo sadar ngga kalau semua yang lo lakuin bakal berimbas ke gue?"
Cherrly menundukkan kepalanya.
"Maafin gue, Chee." mohon Cherryl lagi.
"Gue harus ngomong berapa banyak lagi supaya lo ngga ngerasuki gue?" menoleh ke kanan, "Kalau lo kayak gini terus gue bakal makin benci sama lo, Cher. Gue bakal selalu nyalahi lo pembunuh." cicit Cheeryl setegar mungkin walau kenyataannya ia sedih kalimat itu keluar dari mulutnya.
"Maaf."
"Gue pengen sendiri."
Mendengar permintaan Cheeryl, Cherryl tanpa babibu langsung menurut dan menghilang begitu saja. Ia akan kembali saat Cheeryl memanggilnya, dan selama Cheeryl tidak memanggilnya Cherryl tidak bisa berbuat apapun saat saudari nya dalam masalah.
Diam, Cheeryl kembali membaringkan tubuhnya. Teringat kembali kejadian beberapa jam lalu, tangan Cheeryl bergerak mengusap perutnya. Ia masih belum percaya di dalam perut nya ada nyawa.
"Siapa papamu? Apa aku boleh tau?" tanya Cheeryl masih mengusap perutnya.
****
"Aarhgg!" rintih Archen kesakitan.
"Ngga usah lebay!"
"Ini benaran sakit Ara." kekeh Archen tidak suka dikatai lebay oleh adiknya sendiri.
"Hmm."
"Shit!"
"Bisa diam ngga? Lama-lama gue tambah juga lebam lo!"
"Sakit Ra, serius."
"Iya gue tau."
Fokus mengompres lembam Archen, sesekali Ara terkekeh. "Kenapa lo ketawa, ada yang lucu?" tanya Archen risih mendengar kekehan Ara.
"Gue lagi nge'bayangi Cheeryl nabok lo kayak gimana sampai lebam nya sebiru ini."
Archen memutar bola matanya jengah, "Udah ngga usah bahas dia." ucap pria itu malas.
"tapikan_-"
"Ah lama lo." Archen mengambil ahli kompres dari Ara dan dengan mandiri mengompres dirinya.
"Dih ngga tau diri nih orang, udah di bantuin bukannya bilang makasih juga."
"Thanks!" Archen berdiri, menoleh setengah badan, ia melempar kompres bekasnya tepat di wajah Ara. "ARCHEN!!!" teriak Ara membuat Archen takut dan buru-buru melarikan diri masuk ke dalam kamarnya.
Mengejar, tapi tidak membuahkan hasil karena Archen sudah lebih dulu mengunci kamarnya. "Awas lo ya!" ancam Ara.
"Gue ngga takut." tutur Archen di balik pintu.
Setelah mengatakannya, Archen berlari dan melompat ke atas ranjangnya. Menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangan terlipat menjadi bantalnya.
"Bayi ini anak lo bangsat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Archeer
Romance"Kenapa dia ada di sini, hah!?" "Ar gue minta maaf, tapi gue ngelakuin ini untuk lo." "Maksud lo untuk gue apa?" tanya Archen. "Jadi tadi siang itu Cheeryl ngajak gue ketemu. Awalnya gue nggak mau, tapi Cheeryl ngancam gue bakal laporin lo ke polis...