Dua Puluh Satu

2K 240 30
                                    

"capek gak?"

Hyunsuk mendongak saat sebuah pertanyaan keluar dari bibir Jihoon. Keningnya mengernyit bingung.

"hah?"

"kamu capek gak?"

"bukannya aku yang harusnya nanya ya? Yang baru selesai sidang kan kamu, Hoon" Jihoon tersenyum, kembali memeluk tubuh Hyunsuk dengan erat.

Sehabis Jihoon sidang skripsi dan berfoto bersama teman-temannya— yang menghabiskan waktu sampai satu jam dua puluh menit lamanya, Jihoon mengajak Hyunsuk untuk datang ke kosnya.

Sekarang sudah sore, keduanya tengah bergelung santai di ranjang milik Jihoon, dengan Hyunsuk yang mengistirahatkan kepalanya di lengan kokoh Jihoon.

"aku capek, cil"

Hyunsuk menatap Jihoon khawatir. Tangannya mengelus lembut kepala Jihoon.

"bobo, Hoon. Nanti kalo mau makan malem aku bangunin"

"aku butuh sesuatu"

"sesuatu apa? Biar aku beliin" Tubuh Hyunsuk bangkit, lalu duduk di tempat yang sama saat tubuhnya berbaring tadi. Matanya memandang Jihoon penuh tanya, membuat Jihoon gemas sendiri.

"butuh banget" ujar Jihoon dengan penuh drama.

"ayo bilang, pasti aku kasih"

Jihoon memandang Hyunsuk lekat, menunggu beberapa detik sebelum mengucapkan kalimatnya.

"butuh ciuman sama Hyunsuk"

Bahu Jihoon dipukul, tentu saja oleh Hyunsuk yang sudah semangat ingin membelikan Jihoon sesuatu yang katanya dibutuhkan itu. Tapi Jihoon malah menjahili Hyunsuk.

"aku serius, Hoon ih"

"lah aku juga serius" Bibir Jihoon menukik ke bawah, dengan pura-pura merasa sakit hati karena Hyunsuk menganggapnya tidak serius. "Tadi ada yang bilang mau cium aku di kos, tapi sampe sekarang aku belum dapet ciumannya"

Hyunsuk tertawa pelan. Tangannya kemudian menarik Jihoon untuk ikut duduk bersamanya.

"ayo duduk"

"mau ciuman?"

"iya, ayo duduk"

Dengan sangat semangat, Jihoon mendudukkan tubuhnya di hadapan Hyunsuk. Hyunsuk hanya tertawa melihat tingkah Jihoon.

"tapi kita makan dulu ya?"

Bibir Jihoon kembali melengkung, tidak setuju dengan usulan Hyunsuk.

"tadi udah makan abis sidang kan?"

"aku laper lagi, Hoon"

Dengan wajah sedihnya, Jihoon turun dari ranjang. Berjalan sedikit untuk mengambil kunci mobilnya. Jika Hyunsuk yang meminta, Jihoon tentu saja tidak mampu menolak.

"kamu mau makan apa? Biar aku beliin"

Hyunsuk tertawa lagi, mendengar suara Jihoon yang semangatnya sudah menguap entah kemana.

"jangan sedih gitu"

"gak ada yang sedih"

"Jihoon"

"cepetan mau makan apa?"

"gak jadi deh kalo gitu"

"Hyunsuk"

Jihoon kini menatap Hyunsuk kesal, yang dibalas kekehan oleh yang lebih mungil.

Mantan ; hoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang