Dua Puluh Dua

3K 239 22
                                    

•••

"Kenapa ngelihatinnya kayak gitu?" Jihoon tersenyum kecil melihat Hyunsuk yang tidak berhenti mengamatinya sejak sepuluh menit yang lalu.

"mau juga ih"

Tawa kecil terdengar dari tempat Jihoon berdiri. Pelan tapi pasti, ia mulai menggerakkan langkahnya menuju Hyunsuk. Mengusak pelan kepala yang lebih kecil, masih dengan senyum yang terpatri indah di wajahnya.

"periode selanjutnya?"

"mana bisa"

"kenapa gak bisa?"

"aku kan mageran, Hoon" Bibir Hyunsuk mengerucut maju.

"nanti aku bantuin kok. Aku kan bantu kamu terus, cil"

"iya"

Ketukan pelan terdengar setelahnya. Pintu terbuka perlahan, lalu menampilkan sosok ayu yang tengah tersenyum lembut pada Hyunsuk dan Jihoon.

"yuk, udah jam tujuh. Ntar kejebak macet lagi"

"Aku mau ikut mobil mama boleh kan?" Hyunsuk bertanya, pada sosok yang baru saja bergabung itu, Mama Jihoon.

"boleh dong. Emang Hyunsuk kan ikut mobil mama sama papa, sayang"

Hyunsuk tersenyum lalu beranjak dari duduknya untuk mendekati Mama Jihoon. Mengambil lengannya, lalu menggandeng dan berjalan beriringan menuju ruang tamu hotel tempat keluarga Jihoon menginap.

Hari ini adalah hari yang ditunggu Jihoon selama kurang lebih satu bulan. Bukan hanya Jihoon sebenarnya, tapi juga Mama Jisoo, Papa Haein, terlebih Hyunsuk.

Hyunsuk dengan sangat semangat membantu Jihoon mencari pakaian terbaik untuk Jihoon kenakan di hari wisudanya. Jihoon sempat menolak dengan mengatakan jika ia akan menggunakan pakaian lamanya saja, tapi Hyunsuk sudah jelas tidak setuju dengan pemikiran Jihoon.

Dua minggu ke belakang, Hyunsuk  semangat sekali menarik lengan Jihoon untuk masuk ke salah satu penjahit jas yang Mamanya kenalkan. Kata Mama, Papa sering kali menjahit jas di sana. Hasilnya tidak perlu diragukan lagi.

Benar saja, dua hari yang lalu saat Hyunsuk dan Jihoon datang untuk menjemput jasnya, Hyunsuk berdecak kagum. Hasilnya sempurna, baik Jihoon maupun jasnya. Hyunsuk adalah yang paling senang dengan acara wisuda Jihoon.

"ih aku deg-degan deh"

"Jihoon yang wisuda, kenapa kamu yang deg-degan"

Hyunsuk mendelik tajam pada sang Papa yang kini duduk sambil memegang cangkir kopi di sebelah Papa Jihoon.

"jangan marah-marah terus, Suk. Bentar lagi kan mau nikah, masa masih ngambekan sih?"

Pipi Hyunsuk menghangat mendengar celotehan asal si Papa, membuat seluruh orang yang ada di sana tertawa gemas dibuatnya.

"jadi juga nih mau nikah? Jihoon belum cerita apa-apa eh taunya Papa Hyunsuk udah tau duluan"

"loh, dia dari tahun lalu udah izin katanya mau jagain Hyunsuk kalo udah wisuda. Gimana nih nak Jihoon, kok Papa Mamanya ternyata belum tau nih?"

Kini pipi Jihoon ikut memerah menyusul keadaan pipi Hyunsuk. Kedua remaja pipi merah itu kini duduk berdampingan. Keduanya menundukkan kepala malu.

Jari Hyunsuk berkali-kali menoel-noel paha Jihoon, namun tak ada tanggapan dari yang lebih besar. Masih terlalu malu.

"udah-udah ah, bicarain nikah-nikahannya nanti lagi. Ini udah jam setengah delapan loh, nanti macet banget masuk kampusnya"

Terima kasih untuk Mama Jihoon yang berperan besar mencairkan suasana menegangkan bagi Jihoon dan Hyunsuk. Padahal keempat orang tua mereka tengah senyum gemas sekarang.

•••

"Mama marah gak sih sama aku?"

Mama Jennie menoleh, menatap putra tunggalnya dengan heran. Mata Hyunsuk saat ini terlihat sedikit sedih. Ada tatapan tak biasa yang selalu ia perlihatkan pada sang Mama.

"marah kenapa sayang?"

Mama Jennie mencoba untuk berbicara di tengah acara wisuda yang cukup meriah sampai bisa membuat telinga para tamu pengang.

Tubuh Mama digeser untuk lebih dekat pada Hyunsuk, tahu jika putranya kini tengah sedikit tidak baik-baik saja.

"Hyunsuk belum wisuda. Jangankan wisuda, sempro aja gagal terus"

Mama tersenyum, tangannya mengambil tangan kanan Hyunsuk untuk digenggamnya lembut.

"gak marah, mama gak marah. Mama gak kecewa, Mama gak sedih" Mama masih tersenyum lembut, berharap hati Hyunsuk akan menjadi lebih baik. "Jihoon hebat banget udah wisuda, tapi anak mama juga hebat kok. Anak mama udah berhasil bertahan sampai sekarang aja udah hebat banget. Mama gak pernah minta Hyunsuk buat cepat-cepat wisuda.

"dengan Hyunsuk bertahan aja mama udah bangga banget, padahal kuliah itu berat ya sayang?"

Hyunsuk ingin menangis. Tapi tidak mungkin dilakukannya. Sekarang Jihoonnya sedang berbahagia. Hyunsuk jangan merusaknya dengan acara menangis.

"Mama gak mungkin marah, Papa juga gak akan pernah marah. Gimana pun Hyunsuk, Mama sama Papa selalu bangga sama Hyunsuk. Gak perlu buru-buru, Mama mau Hyunsuk jalanin semua stepnya dengan bahagia, tanpa tekanan yang bikin Hyunsuk pusing"

"Mama makasih ya"

Mama mengangguk, menarik Hyunsuk untuk memeluk setengah badan mungil Hyunsuk.

Air mata Hyunsuk akhirnya jatuh di pelukan Mama. Biarlah nanti matanya membengkak, Hyunsuk sedang bersyukur karena memiliki orang tua seperti Mama dan Papanya.

•••

tbc<3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mantan ; hoonsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang