Vote.
Lelah. Aku benar-benar lelah setelah seharian menghabiskan waktuku dengan bekerja paruh. Aku ingin memiliki hidup yang lebih baik. Ini benar-benar menyiksaku.
Aku bersandar pada sofa, mengambil satu kaleng bir dan meminum isinya sampai tak tersisa. Dan melemparkannya ke sembarang tempat setelahnya.
Ruangan ini sangat berantakan. Bekas kaleng bir dan beberapa plastik cemilan berceceran dimana-mana. Puntung rokok pun tak tertinggalkan.
Beginilah kehidupan ku. Kehidupan seorang Lalisa Manoban. Usiaku dua puluh dua tahun, terbilang cukup muda bukan? Yah, begitulah.
Nasibku tak seberuntung kebanyakan orang. Jika orang lain akan tertidur dan terbangun dengan perasaan senang juga aroma kamar yang harum, maka aku tidak. Aku selalu tidur dalam keadaan mabuk. Dan ketika aku bangun, bau rokok menyeruak memasuki indera penciuman ku.
Aku bagaikan anak tak terurus yang tak tahu harus berbuat apa selain menjalankan kehidupan sebagaimana biasanya. Itu fakta, ngomong-ngomong.
Aku sebatang kara. Orang-orang mengatakan bahwa orangtuaku meninggal ketika dalam perjalan menuju Korea. Mereka mengalami kecelakaan saat di pesawat. Dan itu hanyalah omong kosong yang aku percayai saat masih berusia tujuh tahun.
Nyatanya, kedua orangtuaku mencoba untuk pergi meninggalkan Korea, dan aku. Mereka berusaha untuk menjalankan hidup baru tanpaku di luar negeri.
Tapi sayangnya niat itu gagal karena mereka dibunuh oleh penagih utang. Ya, mereka meninggalkanku dengan beban. Membuat hidupku sengsara.
Dan aku mulai tinggal sendirian sejak itu. Aku hidup dengan rasa kasihan dari orang-orang. Para penagih utang mulai berdatangan padaku sejak aku berusia lima belas tahun.
Aku bahkan tidak bisa sekolah karena itu.
Aku berjalan kesana-kemari, mencari pekerjaan yang bisa anak kecil lakukan, namun apa daya? Mereka hanya mengatakan bahwa aku sedang bercanda, dan tak mungkin bagi mereka untuk memperkerjakan anak dibawah umur.
Tapi aku tak bisa makan jika tak bekerja. Karena itulah, pada saat itu aku mulai mencari rongsokan. Ahh, itu sangat menyedihkan. Aku jadi ingin menangis ketika mengingat kejadian itu lagi.
Aku melihat ke arah tv yang sedang membahas tentang vampir. Lelucon. Itu hanya ada didalam dongeng saja.
Internet selalu memberitakan tentang vampir, vampir, vampir, dan vampir. Aku bahkan muak mendengarnya.
Ini sudah zaman modern. Vampir? Itu benar-benar konyol.
Mereka mengatakan bahwa vampir hidup berdampingan dengan manusia. Namun bedanya, vampir akan terlihat memiliki kelopak mata yang menyeramkan ketika mereka tak meminum darah dalam jangka waktu yang cukup lama.
Mata mereka seperti manusia yang selalu bergadang tanpa adanya istirahat. Itu terlihat menyedihkan, karena itulah vampir sekarang selalu memakai topi sweater untuk menutupi matanya ataupun menggunakan kacamata. Mereka selalu berpakaian tertutup, dimusin panas sekalipun.
Namun siapa peduli?! Aku hanya ingin hidup bebas tanpa memusingkan uang. Aku ingin memiliki banyak uang sampai aku sendiri tak bisa menghitung nya. Tapi itu hanyalah mimpi. Tak pernah sekalipun aku mendapat keberuntungan seperti tiba-tiba mendapatkan sekarung beras yang berisi uang dijalan.
Aku selalu berharap suatu saat nanti akan ada hujan uang. Ya, itu harapan yang sangat tinggi, setinggi langit ketujuh. Begitu tingginya sampai tercapai pun rasanya cukup mengerikan.
Pernah terbesit di pikiran ku untuk meminjam uang kepada bank sebanyak mungkin dan aku akan membeli bank itu dengan uang yang ku pinjam. Sungguh, itu benar-benar hal yang paling bodoh.

KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNITY [On Going]
Vampiro[JENLISA] Lisa tidak percaya dengan adanya vamphire, dia hanya menganggap bahwa itu semua hanyalah dongeng. namun, seolah Tuhan ingin memperlihatkan kuasanya, Lisa dipertemukan dengan gadis aneh yang meminta pertolongan. akankah Lisa menolongnya...