“Bagaimana rasanya tertidur selama lebih dari lima ratus tahun lama nya, Rogue Rebel?”Rogue Rebel, yang berarti Pemberontak Nakal itu merupakan julukan yang dimiliki oleh Jennie. Dia sudah lama dikenal dengan nama itu, bahkan beribu-ribu tahun lamanya.
Dan hampir semua yang satu jenis dengannya, tahu akan hal tersebut.
Jennie berdecih. Dia yang selalu bersikap seenaknya itu hanya memalingkan wajah, dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku jas dan mulut yang senantiasa terus mengunyah permen karet.
“Jadi, apa?” ia bertanya dengan ketus.
Dalam ruangan yang minim cahaya nya, Jennie berdiri di bagian paling tengah, seorang diri. Dua buah tangga dari sisi kanan dan kiri saling terhubung, sebagai jalan menuju lima kursi besar yang ada di sana dan Jennie harus menghadap kelima pemilik kursi tersebut.
Jennie berada di aula, sebuah gedung besar yang berada di puncak pegunungan. Lokasinya yang tersembunyi dan jauh dari hiruk-pikuk manusia membuatnya menjadi tempat rahasia.
Tak ada satu pun orang yang tahu tempat ini dan tak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya.
“Ku pikir, setelah terbangun dari tidur lama mu, sikap kurang ajar itu akan hilang. Ternyata masih menempel di sana. Rogue Rebel memang sangat cocok untukmu, Kim.”
Basa-basi, Jennie tak suka.
“Kau tahu maksud dari kalimat waktu adalah emas, Kang?” tanpa embel-embel tuan, Jennie langsung menyebut marga salah satu petinggi sana.
Dan di detik itu juga, pancaran amarah tergambar jelas di seluruh tubuh si para pemilik kursi besar. Mata merah menyala memandang tak suka pada Jennie.
“Relax,” kata Jennie dengan begitu santai. Tak tersirat sedikit pun rasa takut di matanya.
Pemimpin marga Kang yang duduk di kursi paling tengah itu terkekeh, “tenanglah. Kalian sudah begitu lama mengenal Jennie, tapi masih saja tersulut emosi? Bukankah dia memang seperti itu?” ujarnya yang memang sedari tadi hanya dialah yang terlihat begitu tenang.
“Aku hanya akan mengucapkan selama karena setelah sekian lama, pemimpin keluarga Kim akhirnya terbebas dari hukumannya. Banyak hal terjadi pada keluarga mu selama kau tertidur, Jennie. Berterima kasihlah pada Jisoo. Dia sudah berusaha begitu keras. Dan perbaiki lah kinerja mu sebagai pemimpin. Tak lama lagi, kau akan menduduki salah satu kursi ini, tidakkah kau ingin lebih serius sedikit?”
Jennie menghela napas panjang. Dia benar-benar bosan dengan nasihat yang selalu sama setiap kali dirinya datang ke sini dan selama tiga jam lamanya, Jennie mendengarkan ocehan mereka.
Bukankah dia begitu sabar?
“Apa yang mereka katakan?”
Pertanyaan itu menjadi hal pertama yang menyambut Jennie. Dia membuang permen karet nya sembarangan dan menjawab, “hal yang selalu sama.”
Jisoo menganggukkan kepala. “Apa kau terluka?” tanyanya lagi dan Jennie hanya menggelengkan kepalanya dengan malas. Mood nya buruk, Jisoo tahu itu.
Jennie yang sedang dalam suasana hati yang tak baik itu benar-benar menyeramkan, tak ada yang boleh mengganggunya, termasuk Jisoo sendiri.
Itulah kenapa, selama perjalanan pulang Jisoo hanya diam, tak membuka suara sedikit pun.
“Berapa banyak yang mati?” Jennie bertanya, tepat setelah ia mendudukkan dirinya di sofa.
Jisoo menghela napas, sedikit takut untuk menjawab dengan jujur. “Lebih dari tiga belas ribu,” katanya yang pada akhirnya tetap jujur juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNITY [On Going]
Vampiros[JENLISA] Lisa tidak percaya dengan adanya vamphire, dia hanya menganggap bahwa itu semua hanyalah dongeng. namun, seolah Tuhan ingin memperlihatkan kuasanya, Lisa dipertemukan dengan gadis aneh yang meminta pertolongan. akankah Lisa menolongnya...