CHAPTER O4

7 1 0
                                    

Jika setiap orang menyambut paginya dengan ceria, namun tidak untuk Caca. Ia sangat frustasi saat ini.

"ih au deh"

Monolog pertamanya pagi ini. Ia sebetulnya sudah rapih, mengenakan pakaian casual bahkan berdandan seperti gadis se usianya. Caca memasang earphone nya, menyetel lagu dari Idol favoritnya. Saat ini pandangan Caca teralih keluar jendela, melihat betapa indahnya lagit yang diciptakan tuhan.

"Langitnya cantik banget ya Namu"

Namu, sebutan dari Caca untuk  Namjoon yang biasa ia sebut sebut. Idola kesayangannya. Setiap mengingat sosok pria yang memiliki tinggi 181 cm itu, Caca selalu tersenyum, seperti sudah melepas segala keresahannya.

"Kapan ya aku bisa ketemu kamu, mau banget terbang kesana. Tabunganku buat ketemu kamu belum cukup Namu" ucapnya sedikit merasa sedih "Tapi gapapa, tunggu aku ya Kim Namjoon!" lanjut nya, kini sedikit semangat.

Narendra sebetulnya sudah sedari tadi berdiri didepan pagar rumah Caca, namun sang pemilik rumah masih belum keluar. Jujur saja, Narendra benci menunggu. Namun ini semua demi dekat dengan seorang yang ia kagumi semenjak SMP.

Caca tersadar dari lamunannya, karena suara ketukan pintu dan adiknya yang tak henti memanggila namanya.

tok tok tok

"kak, lo didalem kan? diluar ada yang udah nungguin lo tuh"

Mendengar ucapan Raja, sontak Caca menoleh kearah jendelanya, melihat sesosok pria tinggi mengenakan hoodie hitam dengan jeans yang melekat juga membawa motor vespa matic putihnya.

"Ja, lo jangan lupa ya"

Ucapan Caca dijawab anggukkan oleh sang adik.

.

Sepasang netra Narendra tak berhenti menatap gadis yang sedari tadi ia tunggu. Baginya Caca adalah yang terindah. Mengingat sedari dulu wajah Caca tetap sama, ah tidak, ada sesuatu yang berbeda. Kadar kecantikkannya. Setiap hari, bukan, setiap detik kadar kecantikkan di wajah Caca bertambah terus menerus bagi Narendra.

Narendra memang sebegitu suka kepada seorang Carolline cerelina. Sampai Caca sudah berdiri dihadapannya pun, ia masih tak bisa berkutik. Sebegitu sukanya Narendra terhadap gadis ini.

"oh eh, em.. Hai Carolline" sapaan pertama terlontar dari Narendra.

"Hai narendra!!, anyway, panggil Caca aja ya. Kalo Carolline terlalu panjang"

Ucapan Caca di tambahkan dengan senyuman, sungguh bahkan bumipun kini terasa seperti surga bagi Narendra.

"ok then, Caca. Lo bisa panggil gua Ren"

"Haha santai aja kali Ren, kayanya dari awal juga gue manggil lo Ren kok"

"Haha iya astaga, sorry ya ca kalo lo ngerasa akward banget"

"It's okay Ren, that's not a big deal for me"

Lagi dan lagi, seorang Narendra dirgana ditya dibuat jatuh cinta dengan seorang gadis yang sama, iya, Carolline cerelina.

Lebay, mungkin itu kata yang cocok untuk seorang Ren. Namun perasaannya terhadap Caca tak perlu di ragukan lagi.

"Eh anu, boleh gue pasangin helmnya?" Tanya Ren sedikit gugup. Jangan tanya mengapa ia sangat gugup, bahkan anak tk yang baru bisa membaca saja tahu apa penyebabnya.

Caca menjawab dengan anggukkan antusiasnya.

"jadi mau kemana kita Ren?"

"gua mau ngajak lo ke satu tempat, cantik. terus disana juga cafe terbaik buat liat sunset"

MY CAROLLINE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang