8. In The Night

186 5 0
                                    

"Gak ikut?" Tanya Mark kepada Haechan, yang saat ini baru saja kembali, dengan membawa sebuah nampan yang ada di tangannya.

Haechan langsung menaruh makanan dan minuman yang ada di dalam nampan, ke atas meja yang ada di hadapan Mark. Setelahnya, ia langsung duduk di samping Mark. Menyenderkan tubuhnya di dada bidang milik Mark. Sementara Mark menaruh kepalanya di atas kepala milik Haechan.

"Gak ikut apa?" Tanya Haechan, yang saat ini sedang memainkan jari-jari Mark.

"Ikut ke acara anniv." Jawab Mark, dengan netra yang masih terpejam.

Haechan menghela nafas kasar, begitu mendengar jawaban Mark. "Bagaimana aku bisa ikut, sementara kamu aja masih di sini? Lagipula bukannya seharusnya aku yang tanya kayak gitu ke kamu?" Ujar Haechan, yang sukses membuat Mark terkekeh mendengarnya.

"Kamu sendiri udah tau jawabannya sayang." Ujar Mark, dengan posisi yang masih sama.

"Mommy Tae masih belum bisa di temukan keberadaannya?" Tanya Haechan, yang udah tau cerita hidupnya Mark.

Darimana Haechan tau? Ibunya? Ayahnya? Salah! Haechan tau itu dari mulutnya Mark sendiri.

Awalnya Mark memang gak mau cerita ke Haechan. Haechan juga gak maksa Mark buat cerita. Tapi Haechan selalu berpesan kepada Mark. Kalau misalkan dia akan selalu ada untuk Mark, di saat Mark ingin bercerita tentang apapun ke Haechan.

Haechan juga gak mencari tau tentang masalah Mark kepada orang tuanya. Karena Haechan sendiri paham kalau setiap orang pasti punya privasinya sendiri. Jadi ya gitu.... Haechan menghargai Mark yang tidak ingin bercerita.

Sampai akhirnya Mark udah gak bisa nahan semua beban yang ia punya. Akhirnya Mark memutuskan untuk bercerita semuanya ke Haechan, setelah sekian lama ia menahan semuanya sendirian.

Haechan pun dengan setia mendengarkan segala keluh kesah, dan cerita yang keluar dari mulut Mark. Ia juga membantu Mark dalam mencari keberadaan ibunya Mark. Bahkan sampai sekarang Haechan masih membantu Mark dalam mencari ibunya.

Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Haechan, sukses membuat Mark yang tadinya sedang memejamkan matanya, matanya langsung terbuka begitu saja. Bahkan posisi duduknya juga sudah berubah. Di iringi helaan nafas kasar, dan gelengan kepala yang sangat lemah. "Masih belum, yang." Ujar Mark, dengan pandangan yang terus menatap ke depan.

Melihat Mark seperti ini, membuat Haechan tidak tega melihatnya. Ia langsung menjulurkan tangannya untuk menangkup pipi Mark dengan tangannya. Di elusnya pipi Mark, guna mengantarkan kenyamanan untuk Mark. Lalu di ciumnya bibir Mark sejenak, supaya kesedihan Mark berkurang. "Yang sabar ya sayang. Aku yakin pasti keberadaan Mommy Tae akan di temukan, cepat ataupun lambat." Jelas Haechan, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh Mark.

"Senyumnya mana?" Pinta Haechan kepada Mark, yang saat ini tengah menekuk wajahnya.

Dan ya! Mark pun langsung tersenyum tipis, begitu mendengar perminataan Haechan. Sementara Haechan gak puas dengan senyuman Mark. "Senyum tuh gak kayak gitu Mark Lee! Tapi kayak gini!" Ujar Haechan, yang langsung menjulurkan tangannya, untuk membentuk sebuah senyuman di wajahnya Mark, dengan menarik kedua sudut bibir Mark.

"Nah! Gini baru yang namanya senyum!" Seru Haechan, yang senang akan karyanya sendiri.

"Udah yuk ah! Daripada kita di sini? Lebih baik kita ke kamar aku. Kita netflix-an bersama." Seru Haechan, yang langsung menarik tangan Mark, menuju ke kamarnya.

---

Jika di sana Mark sama Haechan tengah nonton film bersama. Berbeda dengan Jeno saat ini. Sedaritadi, Jeno terus menunggu sang ibu yang sampai saat ini belum juga pulang ke rumah.

Entah kenapa perasaan Jeno sedari tadi terus gelisah, ketika sang Ibu memutuskan untuk keluar. Jeno juga gak tau kenapa perasaan dia kayak gini  yang jelas hati dia tuh gak terima kalau sang ibu pergi ke acara pesta ulang tahun perusahaan itu.

Aneh memang. Tapi biasanya firasat Jeno gak pernah salah. Memang berawal dari firasat, namun lama kelamaan itu semua berubah menjadi kejadian.

"Jen." Tegur Jaemin, yang sukses membuat Jeno tersentak kaget.

Jeno langsung menoleh, menatap Jaemin dengan penuh permusuhan, karena telah mengagetkan dirinya. Berbeda dengan Jaemin yang saat ini tengah terkekeh geli, karena telah berhasil mengagetkan Jeno.

"Lo ngapain di sini sendirian, anjir?!" Seru Jaemin, yang langsung melangkahkan kakinya menuju kulkas. Membuka kulkas, dan mengambil susu kemasan coklat, dengan merk berawalan I. Lalu duduk di hadapan Jeno yang sudah sedari tadi duduk di kursi meja makan.

"Gapapa. Lagi tungguin mommy pulang aja." Seru Jeno, dengan wajah yang ketekuk.

"Sekarang overthinking apaan lagi Jen?" Tanya Jaemin yang sudah siap mendengarkan segala keluh kesah Jeno.

Jeno terdiam sejenak, lalu mengedihkan bahunya acuh. "Gak tau juga Na. Tadi Mommy bilang kalau dia bakalan pergi ke acara party perusahaan kolega. Tapi entah kenapa hati gue gelisah aja pas dia bilang kayak gitu. Gue kayak gak mau aja dia pergi ke sana." Jelas Jeno, yang sukses membuat dahi Jaemin mengkerut aneh.

"Gue mau ngatain lo aneh, tapi ini beneran aneh. Tapi kalo di liat-liat, dengerin ucapan banyak orang, yang katanya kalau misalkan firasat anak sama ibu tuh biasanya nyambung. Jadi gue gak tau mau bilang ini aneh atau enggak." Jelas Jaemin, yang di setujui Jeno.

"Kenapa gak telepon Mommy aja?" Usul Jaemin.

"Takut nge-ganggu mommy. Pasalnya tadi Mommy juga udah nitip pesen ke gue, kalau dia bakalan pulang telat. Dia juga nyuruh gue buat gak tidur larut. Dia juga udah bawa kunci cadangan." Jelas Jeno, yang membuat Jaemin semakin bingung.

"Terus lo mau nungguin di sini sampe mommy pulang? Tapi kalo mommy pulang, terus ngeliat lo di sini? Yang ada lo bakalan kenal omelan Mommy, karena lo belom tidur." Jelas Jaemin.

"Mau gimana lagi Na? Mau tidur juga gue gelisah banget. Jadi lebih baik gue nungguin bukan? Toh masalah di omelin jadi belakangan. Yang terpenting gue udah liat Mommy pulang dengan selamat dulu." Ujar Jeno, yang di balas anggukkan kepala oleh Jaemin.

"Kalo gitu gue ke kamar duluan ya Jen." Pamit Jaemin, yang langsung pergi dari hadapan Jeno, seraya membuang bungkusan susu yang tadi ia minum.

Tapi baru saja beberapa detik Jaemin masuk ke kamar, Jaemin udah kembali lagi ke Jeno, dengan membawa ponselnya. Tingkah Jaemin saat ini, sukses membuat Jeno heran.

"Loh, ngapain Na?" Tanya Jeno, menatap Jaemin dengan tatapan heran.

Bukannya menjawan pertanyaan Jeno. Jaemin malah menyeret kursi meja makan, supaya dia bisa deket dengan Jeno. Setelahnya baru ia duduk di samping Jeno. Membuka ponselnya, dan membuka salah satu aplikasi untuk nonton film.

"Gue juga mau nemenin lo. Biar kita berdua bisa di omelin bareng-bareng." Seru Jaemin, yang sukses membuat senyuman Jeno terbit.

"Tapi Na--" baru saja Jeno ingin melayangkan protesnya, Jaemin sudah lebih dulu mengintrupsinya.

"Daripada lo protes, lebih baik nonton filmnya."

MISSION 2 - JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang