3

603 51 0
                                    

Dua buah kendaraan sedang beradu kecepatan di sebuah arena balap. Huang Renjun, pria itu membentuk smirk di wajahnya yang tertutup helm. Ia terus berada di depan sejak tadi, ia yakin dengan begini ia akan menang.

"Hem.." entah kenapa lawan dibelakangnya Haruto, tiba tiba ber smirk. Haruto mulai melambatkan laju.

Renjun yang merasa aneh langsung melambatkan laju juga.

DOR!

"EUGH!" tiba tiba, sebuah peluru menembus dada Renjun. Ia terjatuh dari motornya, tak lama ia melihat Haruto menghampirinya. Kesadarannya sudah hampir hilang.

"Goodbye sweetie, hari ini biarkan aku yang menang" ucap Haruto sambil menginjak kepala Renjun.

------°●•●°------

"Di-dimana?" Renjun terbangun disebuah tempat. Ruangan putih tapi gelap.

"Sudah bangun..." tiba tiba sebuah suara muncul entah dari mana. Dengan memasang posisi waspasa Renjun terdiam.

"Tenanglah aku tak membahayakanmu" sebuah bayangan hitam muncul, menampakkan seseorang yang mirip dirinya. Dengan perasaan aneh ia mengamati orang itu.

"Kita satu Huang" katanya.

"Siapa kau?!" Renjun, Huang Renjun mendekati sosok itu dengan waspada.

"Aku dirimu, namaku Park Renjun. Aku akan membantumu balas dendam, asalkan kau juga membalaskan dendamku juga. Tubuhmu sudah mati Huang, kau tau tubuhmu sudah dicabik cabik. Kau juga bisa menggunakan tubuhku untuk balas dendam" jelas Park Renjun.

"Kenapa tidak kau sendiri saja? Itukan tubuhmu!" Ucap Si Huang.

Si Park menghela napasnya.
"Entah kenapa aku tak bisa kembali ke dalam tubuhku..." jawabnya.

Si Huang hanya diam, ia tak tau harus bagaimana. Bukankah seharusnya ia mati setelah dibunuh oleh rivalnya sendiri.

"Huang, pikirkan jawabanmu! Jika kau menggunakan tubuhku kau akan bisa membalas dendam! Kau juga bisa hidup kembali! Tapi kau juga harus memecahkan siapa pembunuhku" kata Si Park sambil mendekati Si Huang.

"Aku mau..." jawab si Huang, si Park tersenyum. Ia meraih tangan si Huang.

------°●•●°------

"Ukh..." Huang Renjun terbangun di sebuah kamar rumah sakit. Dia melihat disampingnya seorang pria 'tampan' sedang tertidur.

Ia memandang lengannya.
"Kecil..." ucapnya saat melihat jari jari lentik nan kecil milik Park Renjun.

Matanya mulai memandang pria tampan yang berada di sampingnya. "Siapa... orang itu?" Ucapnya dengan nada kecil.

"Eugh..." pria itu terbangun, sontak Renjun langsung terkejut.

"Ren...?"

"REN!" pria itu langsung menyalakan tombol untuk memanggil dokter.

Tak lama kemudia dokter datang bersama perawatnya. Dokter itu memeriksa tubuh kecil Park Renjun.

"Kondisinya belum stabil, mungkin 2 minggu lagi ia bisa pulang. Tapi anehnya semua tulang yang bermasalah kembali membaik." ucap sang dokter.

Pria itu bernafas lega. Lalu sang dokter pergi.

"Ren, syukurlah... kakak khawatir banget" pria itu memeluk Renjun dengan lembut. Entah mengapa Renjun merasakan kehangatan keluarga yang belum pernah ia rasakan.

"Kak...?"

"Winwin, kamu lupa sama nama kakak kamu sendiri?!" Ujar Winwin.

"Winwin ya, lain kali aku harus hati hati, sialan aku lupa! Aku harus segera melihat ingatan dari tubuh ini" ucap Renjun dalam batinnya.

"Kak... hari ini tanggal berapa?" Tanya Renjun agak gugup. Ia harus berpura pura menjadi anak polos agar tidak di curigai kan?

"Tumben kau memanggilku kak, biasanya Gege... dan sekarang tanggal 21 november" jawab Winwin sambil mengingat ngingat.

"Sialan, aku bahkan salah memanggilnya, dia takkan tau kan? Yang ada di dalam tubuh adiknya adalah aku" Renjun membatin. Ia benar benar harus segera melihat ingatan Park Renjun sekarang juga.

"Makasih Gege... I-injun mau tidur dulu" ucapnya, Winwin mengangguk lalu mencium kening Renjun. Renjun pun tertidur, tak sepenuhnya tertidur tapi ia hanya akan melihat ingatan seorang Park Renjun.

Winwin keluar kamar rumah sakit. Ia membuka ponselnya. "Hyung, Renjun sudah sadar. Tapi kurasa ada yang aneh dengannya" Ujar Winwin.

"Aku akan segera memanggil yang lain" jawab orang itu. Winwin mengangguk lalu pergi.


------°●•●°------

"Renjun sayang!" Saat Renjun terbangun, ia disambut oleh sebuah pelukan hangat dari seseorang.

"Ehm?" Renjun terdiam.

"Oramg ini adalah Lee Haechan, sahabat kecil si Park yang amat menyayanginya. Si Park biasa memanggilnya Echan kan..?" Batin Renjun.

"Echan, Injun sesak..." Renjun berkata layaknya anak kecil. Untuk menyesuaikan sifat Park Renjun. Ia tak mau semuanya ketauan sebelum ia benar benar menyelesaikan misi dari Park Renjun.

"Lepaskan Chan, kau tak lihat Renjun kesusahan bernafas?!" Pria ini adalah Lee Jeno atau Nono, sahabat Renjun juga yang amat menyayanginya.

"Maafkan Echan, Injun baik baik saja kan?" Tanya Haechan sambil mengusap surai Renjun. Renjun hanya mengangguk lucu layaknya puppy, sebenarnya terpaksa. Ia agak jijik dengan perlakuan sahabat sahabat Park Renjun yang clingy.

"Nana! Injun lapar!" Ucapnya seimut mungkin. Memang benar sih ia sangat lapar.

"Nana sudah masakan makanan untuk Injunie" Jung Jaemin atau yang sering si Park sebut Nana memberikan sebuah kotak berisi makanan enak. Dengan lahap Renjun langsung memakannya.

Beberapa cm darinya, Liu Yangyang terus menatapnya yang sedang makan. Jujur itu agak mengerikan, apalagi ia ditatap dengan wajah tersenyum seperti itu. Ia benar benar tak biasa.

"Yangie! Jangan menatap Injun seperti itu! Injun jadi... takut..." Katanya sambil memelankan kata takut.

"Ck, Yangyang! Kau mau menatap Renjun ku dengan wajah semengerikan itu?! Takkan kubiarkan!" Haechan langsung memeluk Renjun.

"Aku ikut" Jeno pun malah memeluk Renjun juga, disusuli Jaemin dan Yangyang. Hanya ada mereka ber4, karna akan terlalu repot jika mereka semua kesini dalam waktu yang bersamaan.

"Kami merindukanmu Ren.." ucap ke4 nya. Renjun hanya diam menikmati pelukan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Seumur hidupnya ia belum pernah merasakan pelukan sehangat dan penuh kasih sayang seperti ini.

Ia memejamkan mata.
"Injun juga (akan) merindukan kalian" ucapnya.

BERSAMBUNG

Hi hola annyeong! Maaf author lama gk update semoga suka

RENJUN'S [Renjunxall]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang